Sosialita Agama

0
214 views
Tradisi cuci tangan

Bacaan 1: Rm 1:16-25

Injil: Luk 11:37-41

Akhir-akhir ini sering terdengar di televisi maupun sosial media, kata “sosialita”. menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya adalah orang penting atau sosok yang berpengaruh dan banyak yang berperilaku hedon.

Namun dalam bahasa gaul, artinya adalah seseorang atau sekelompok orang yang selalu berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan menghabiskan waktu untuk menghibur pada acara-acara mode kelas atas.

Ternyata dalam agama juga ada sosialita, yaitu mereka yang terlihat sebagai aktifis, berlaku saleh di hadapan umat namun sebetulnya punya perilaku buruk dalam dunia yang lainnya.

Sosialita agama selalu tampak tampil saleh dalam kegiatan pelayanan dan ingin dipuji, “Ini dia orang katolik yang saleh.”

Agama sebatas menjadi “Topeng Sosialita”.

Hari ini Tuhan Yesus mengecam orang-orang Farisi yang sok alim dan sok religius di hadapan-Nya. Mereka mengkritik Tuhan Yesus yang makan pakai jari tangan tanpa membasuh tangan-Nya terlebih dahulu. Namun mereka justru mendapatkan sindiran dari-Nya:

“Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan.”

Yesus berkata begitu sebab Ia tahu bahwa keseharian hidup mereka tak seindah “penampakannya” dalam kehidupan beragama. Cuci tangan merupakan aturan agama Yahudi tertulis dalam Kitab Keluaran 30:19-21.

Dengan menjaga tradisi cuci tangan, mereka menganggap sedang menjaga kesucian dan bahkan merasa lebih suci dari orang lain.

Melaksanakan perintah agama itu memang baik, namun juga harus diimbangi dengan perbuatan kasih untuk menghidupi imanmu. Kira-kira ini yang ingin disindir oleh Tuhan Yesus.

Hal ini tidak ditampik dalam peneguhan Rasul Paulus kepada jemaat di Roma.

“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.”

Rasul Paulus juga menyindir orang-orang munafik,

“Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.”

Tampak mengenal Allah namun tidak memuliakan-Nya. Tampak bagus dalam kehidupan beragama namun ternyata hanya dijadikan sebagai “Topeng Sosialita” saja.

Pesan hari ini

Apakah aku seorang “sosialita agama”?

“Kerendahan hati terbaca dalam sikap dan terasa lewat ketulusan. Sebaliknya, kata-kata tidak cukup lebar untuk mampu membungkus rapi sifat angkuhmu.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here