Sosok Ramah Pastor Leo Van Beurden OSC dari Bandung

LEO van Beurden atau kerap dipanggil Pastor Leo lahir di Kerkdrikel, Belanda, Desember 1942. Membawa nama lengkap Leonard Johanes Antonius Maria van Beurden.

Pastor Leo ditahbiskan menjadi imam tanggal 27 September 1970 oleh Uskup Den Bosch: Mgr. Johannes Willem Maria Bluyssen. Ia datang ke Indonesia sekitar tahun 1970;menjadi seorang misionaris di Indramayu.

Pada saat bertugas sebagai misionaris, ia kemudian mendapat tugas lagi untuk mengajar anak-anak sekolah di Bandung. Pastor Leo mengajar semua anak-anak yang hadir dalam kelas tersebut, walaupun berbeda agama.

Ia mengatakan, hal itu tidak masalah. Asalkan semua anak dapat mendengarkan dengan baik.

Pastor Leo meninggalkan negara asalnya dan memilih menjadi WNI.

Sejak tahun 1999, ia menjadi Ketua Yayasan Salib Suci yang berhubungan dengan bidang pendidikan di Bandung. Ia juga bertugas sebagai pastor paroki Gereja Katedral Santo Petrus hingga kini.

Di tengah kesibukannya, Pastor Leo tetap bersikap ramah kepada masyarakat dan melayani tamu-tamunya dengan baik.

Ia akrab dengan daerah dan masyarakat sekitar. Pastor Leo juga aktif dalam kegiatan Gereja.

Hal itulah yang membuat umat senang dengan kehadiran Pastor Leo. Banyak insiprasi yang telah disebarkan beliau melalui sikap dan homilinya.

Meninggalkan negara asal merupakan keputusan yang berat, namun Pastor Leo rela menetap di Indonesia demi pelayanannya terhadap umat.

Penghargaan dari Kerajaan Belanda

Berkat pengabdiannya Kerajaan Belanda mengangkat beliau sebagai Ridder in de Orde Van Oranje-Nassau, pada tahun 2010.

Penghargaan itu merupakan gelar ksatria yang diberikan Kerajaan Belanda setiap tahunnya kepada orang yang dianggap berjasa di bidang sosial.

Walau usianya sudah tidak muda lagi beliau tetap aktif dalam kegiatan Gereja dan masyarakat. Maka dari itu Pastor Leo layak untuk mendapat gelar tersebut, yang dimana beliau sudah menjadi imam selama 40 tahun di Indonesia.

Pastor Leo mengajarkan untuk selalu dekat dengan sesama karena hidup itu akan hikmat jika kita melayani sesama dan bukan dilayani.