Abstrak
Tulisan ini menaruh perhatian pada teologi spiritualitas daun kering dan kebahagiaan manusia.
Spiritualitas ialah bagian terdalam dari diri manusia yang menghantar manusia untuk membangun suatu relasi yang intim dengan Sang Maha Ada.
Kebahagiaan adalah itu yang diinginkan oleh semua manusia. Semua manusia merindukan kebahagiaan.
Daun kering menunjukkan kematangan, kedewasaan.
Dewasa ini orang berlomba-lomba agar mendapatkan kebahagiaan yang pantas dalam hidupnya dengan cara cepat dan mudah dengan menghalalkan segala cara.
Akhirnya, kebahagiaan yang didapat bersifat sementara yang berujung pada kegelisahan mendalam karena kehilangan semua yang diperoleh.
Oleh karena itu, fokus penelitian ini untuk mencapai kebahagiaan. Dalam mencapai kebahagiaan orang harus menemukan cinta yang terdalam dengan berusaha dalam peziarahan hidupnya.
Cinta merupakan narasi kehidupan. Di dalamnya terkandung pengalaman fenomenologis. Di dalamnya ada perjuangan, usaha, kerja keras, sakit, dicintai, mencintai.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif berupa studi literatur. Penelitian ini menemukan bahwa dalam mencapai kebahagiaan pertama-tama orang harus memiliki kematangan dan kedewasaan spiritual, Allah itulah sumber kebahagiaan yang sejati.
Kebahagiaan sejati tidak hanya memiliki harta yang melimpah, uang yang banyak, mobil mewah juga rumah yang indah melainkan puncak kebahagiaan sejati ketika orang bersatu dengan Allah.
Saat orang bersatu dengan Allah, ia akan mendapat kebahagiaan kekal yang sesungguhnya didambakan oleh semua orang.
Spiritualitas daun kering Armada Riyanto
Armada mengungkapkan bahwa: “Daun kering bukan momen akhir sebuah daun, justru tahapan baru dalam peziarahan.” (Riyanto, 2021;55).
Daun mengering adalah anugerah dari Allah yang melewati berbagai proses yang panjang. Dia bukan sebatas terlepas, jatuh dan mati, melainkan membawa kesuburan bagi tanaman. Kesuburan itulah yang kemudian disamakan dengan kebahagiaan dalam suatu peziarahan hidup.
Kebahagiaan manusia sebagai tujuan peziarahan
Kebahagiaan dalam konteks ini diartikan sebagai suatu pecapaian peziarahan. Pejalanan itu adalah sebuah perjalanan rohani. Perjalanan rohani adalah suatu proses pencarian jiwa. Jiwa mendambakan suatu perjumpaan dengan pemiliknya. Jiwa mengharapkan perjumpaan itu.
Perjumpaan demikian oleh Armada dikatakan:
“Hidup rohani adalah hidup dari dan karena pengharapan, Hidup rohani bukan merupakan sebuah keadaan nyaman karena tidak ada kekurangan apapun, atau hidup dengan perasaan terberkati oleh kecukupan kehidupan sehari-hari. Spiritualitas pada pengharapan dan kasih—dan juga tentunya adalah iman. (Riyanto, 2021:79).”
Pernyataan tersebut mau menyebutkan bahwa kebahagiaan sesungguhnya bukan yang sekarang di dunia saja. Di dunia adalah keadaan semu dan fana, sedangkan kebahagiaan yang merupakan pencapaian dari peziarahan dari dunia adalah ke kebahagiaan kekal.
Manusia mendambakan perjumpaan dengan Sang Pencipta, karena perziaraannya adalah menuju kedekatan dan persatuan dengan Tuhan.
“St. Theresa mengatakan lebih jauh lagi, bahwa manusia karena jiwanya selalu mencapai keindahan yang lebih, kedekatan yang lebih, kebaikan yang lebih, dan cinta yang lebih.” (Renungan Harian, Café Rohani; 2010;15 Juli, Tahun C/II). (Berlanjut)