BERDOA itu hukumnya harus dan wajib. Juga melakukan karya pewartaan Kabar Gembira. Ini berlaku umum bagi setiap religius; apakah itu imam, suster, dan bruder. Juga dalam hal pelayanan. Bahkan di atas dipan -ketika raga sudah tidak bisa apa-apa- maka seorang religius tetap tak boleh kenal kata “pensuon”.
“Masing-masing kita masih bisa berdoa. Mendoakan semua orang. Itu masih bisa dilakukan, ketika secara fungsional sudah pensiun. Masih bisa berdoa di atas dipan,” tutur Sr. Aloysia BKK (95).
Meski sudah sangat uzur, Sr. Aloysia BKK masih sangat canthas bicara. Juga tegas dan kuat warna suaranya. Sangat runtut logika bicaranya. Dan tentu saja juga tampak sangat cerdas.
Suster pribumi dan provinsial pribumi pertama BKK
Maklum. Sr. Aloysia BKK asal Paroki Ambarawa ini adalah Provinsial pribumi pertama Biarawati Karya Kesehatan atau BKK.
Bersama dua teman seangkatannya yang semuanya sudah meninggal, Sr. Aloysia BKK tercatat dalam sejarah Medical Mission Sisters (BKK) sebagai suster pribumi pertama BKK.
Tentang apa dan bagaimana Biarawati Karya Kesehatan (BKK), lihat di Kisah Kongregasi Suster BKK diambil dari https://apibkk.wordpress.com/mms-our-history/
Itulah butir-butir pikiran penting yang berhasil dirangkum Titch TV dalam Program Bincang-bincang Panjang bersama Sr. Aloysia BKK di Solo, awal Juni 2023.
Percakapan panjang ini difasilitas oleh Angelika Mangala Muras, mahasiswi asal Ketapang di Kalbar yang kini berkuliah di Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta.
- Pewawancara: Angelika Mangala Muras.
- Dokumentasi: Royani Ping.
- Kamerawan & Sutradara: Mathias Hariyadi.
- Kredit: Titch TV.
Baca juga: HUT ke-95 Sr. Aloysia BKK di Solo (1)