Sr. Augustine OSU dan Sr. Madeleine OSU: Dua Suster Ursulin Bahagia, 50 Tahun Hidup Membiara

0
477 views
Para imam selebran, dua suster Ursulin yubilaris, Provinsial Ordo Ursulin Sr. Lita Hasanah OSU dan para kolega. (Br. Dinus Kasta MTB)

HARI Sabtu, 26 November 2022 merupakan hari bahagia bagi Sr. Augustine Prawiradisastra OSU dan Sr. Madeleine Mail OSU.

Kedua suster Ordo Santa Ursula (OSU) ini merayakan pesta 50 tahun hidup membiara. Pesta ini dihelat di lantai 3, Kampus Santa Angela, Jl. Merdeka No. 24 Bandung.

Pada pukul 10,00 WIB, pesta dibuka dengan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh Pastor Agustinus Agung Rianto OSC sebagai selebran utama dengan dua konselebran: Pastor Emmanuel Evariste Kasereka OSC dan Pastor Gratianus Bobby Harimaipen OSC.

Perayaan Ekaristi ini dimeriahkan oleh koor para novis dan suster Ordo St. Ursula serta bapak dan ibu guru dari persekolahan Santa Angela.

Koor dari para suster Ursulin. (Br. Dinus Kasta MTB)

Lagu Aku Setia ciptaan Ferdy Levi mengiringi peraraan: putera altar, perwakilan para suster, kedua yubilaris dan ketiga imam menuju ke altar.

Aku setia menjejaki langkah-Mu

mengarungi lorong hidupku

setiap detik hidupku berlalu

kumerasa tangan-Mu menuntunku

Kini t’lah nyata ganjaran imanku.

Dikau t’lah setia membimbing aku.”

Panggilan Tuhan itu misteri

Dalam wawancara dengan Sr. Asia OSU, para suster yang merayakan pesta emas hidup membiara dalam Uni Roma Ordo St. Ursula ini menceritakan perjalanan hidup panggilannya sebagai berikut:

Sr. Madeleine Mail OSU tentang dampak perbuatan baik

Sr. Madeleine, demikian suster kelahiran Cianjur ini dipanggil, menceritakan kisah hidupnya. Sejak sekolah di SMA St. Angela Bandung, ia sudah tertarik; aktif mengikuti kegiatan Legio Mariae. Ia juga senang membantu orang lain.

Suster ini menghabiskan sebagian besar waktu pengutusannya sampai saat ini di karya pendampingan suster-suster muda, novisiat, suster-suster yuniorat dan suster tersiat. Ia mengatakan, orang lain akan bahagia kalau kita dapat membantunya.

Sr. Madeleine OSU dan keluarga. (Br. Dinus Kasta MTB)

Membahagiakan orang lain

Ada peristiwa yang menyentuh dan membekas dalam hatinya saat itu, ketika sebuah keluarga minta tolong menjaga anaknya, karena kedua orangtua anak itu akan mengikuti pelajaran agama. Meski hari itu tengah hujan deras, ia tetap berangkat menuju rumah keluarga tersebut untuk menjaga anaknya.

Wajah bahagia terpancar dari kedua orangtua anak itu, saat kembali ke rumahnya. Melihat kebahagiaan kedua orangtua itu, Madeleine muda berpikir bahwa perbuatan baik kepada orang lain akan membahagiakan; baik untuk dirinya sendiri, membahagiakan pula orang yang telah dibantunya.

Dalam hati, ia ingin menjadi biarawati agar dapat  lebih banyak berbuat baik kepada orang lain. Sejak saat itu, ia rajin mengikuti Perayaan Ekaristi di Kapel Biara Ursulin Jl. Supratman 1 Bandung.

Setelah berpikir keras, bertanya-tanya dalam hati, menimbang-nimbang dan berkonsultasi dengan pembimbing rohaninya, Madeleine memutuskan menjadi suster Ursulin. Pada awalnya, niat itu tidak mendapat restu dari orangtuanya.

Dua suster yubilaris Ursulin merayakan pesta emas 50 tahun hidup membiara: Sr. Augustine OSU dan Sr. Madeleine OSU. (Br. Dinus Kasta MTB)

Sr. Augustine OSU, banyak suster berkarya bidang pendidikan

Suster asal Kantungan Jogjakarta ini, menceritakan kisah masa kecilnya. Dari kecil sampai masa sekolah, ia tidak pernah mengenal apa atau siapa suster itu. Ia sudah dibaptis sejak masih bayi.

Meski demikian saat bersekolah di SMA St. Agustinus milik paroki, ia tertarik dan diizinkan mengikuti pelajaran agama untuk katekumen yang saat itu tengah diselenggarakan paroki.

Suatu ketika, romo paroki saat itu -Romo Blasius Pujaraharjo Pr yang kelak menjadi Uskup Keuskupan Ketapang– menanyai dia apakah ia mau menjadi suster.

Suster yang sebagian besar waktu pengutusannya dipercaya menangani bidang pendidikan itu terkejut. Selama ini, ia tidak mengenal suster.

Tetapi, demikian penuturannya, ia pernah mendengar ada suster yang menangani orang-orang sakit di rumah sakit. Dalam benaknya terlintas bahwa ia tidak tahan melihat darah.

Kepada romo paroki lalu diungkapkan bahwa ia tidak mau jadi suster; karena tidak tahan dengan obat.

Romo Pujaraharjo waktu itu mengatakan banyak suster dapat berkarya di bidang lain. Dan romo itu memberi pesan bahwa hal  menjadi suster dipikirkan lagi setelah tamat sekolah.

Masa SMA telah berlalu tanpa rintangan. Ia berharap romo paroki yang pernah menanyakan apakah ingin jadi suster  juga melupakannya. Pengumuman ujian akhir SMA tiba, ia tidak ingin bertemu dengan Romo Puja, maka kakaknya diminta melihat hasil ujian di sekolah.

Proses pengambilan ijazah perlu cap tiga jari, hal ini tidak dapat diwakilkan dan apa boleh buat harus datang sendiri.

Saat menuju sekolah, ia menghindari jalan pastoran –akses menuju ke gedung sekolah-  agar tidak bertemu dengan romo, maka dilaluinya jalan lain.

Namun seperti pepatah mengatakan “untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak”, ia justru berpapasan dengan romo yang sangat ingin dia hindari. Suster yang pernah menjabat Kepala Sekolah di berbagai sekolah -SMP dan SMA di Bandung, Solo, dan Surabaya; juga ketua yayasan di Sukabumi- kali ini tak ada kesempatan bisa mengelak.

Hiburan dari para novis dan postulan Ursulin. (Br. Dinus Kasta MTB)

Kunjungan dadakan Sr. Maria Oda OSU ke Kantungan

Romo Puja -demikian ia menyebutnya- mengulang kembali pertanyaan apakah dia masih tetap ingin menjadi suster. Karena pertemuan ini mendadak, ia tidak mampu berkomentar. Ia juga tidak pernah membicarakan hal menjadi suster kepada orangtuanya.

Kepada Romo Puja, ia mengatakan terserah saja. Romo Puja memberitahu akan menulis surat ke Bandung. Waktu berlalu dan gadis yang baru saja tamat SMA ini mengharapkan untuk tidak diterima menjadi suster.

Hingga suatu hari, seorang suster bernama Sr. Maria Oda OSU datang mengunjungi rumahnya. Saat itu ia sendirian di rumah. 

Sr. Maria Oda OSU menanyakan apakah benar ini rumahnya Sisilia Supriati. Suster Maria Oda juga memberitahu bahwa pencarian rumahnya sempat kesasar ke Kentungan, padahal yang benar adalah Kantungan.

Suster dari Bandung ini menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya kepada orangtua dan kepada Sisilia Supriati. Tak ada kata-kata yang keluar dari gadis ini.

Yang ada hanyalah perasaan sedih hati, karena hari itu juga ia harus berangkat bersama Sr. Maria Oda OSU untuk memasuki Masa Postulat di Bandung.

Rasa bahagia sebagai suster Ursulin

Ketika Sr. Asia OSU menanyai bagaimana perasaannya setelah menjalani masa 50 tahun hidup sebagai seorang suster Ordo St. Ursula, kedua suster yang berpesta ini mengatakan sangat bahagia dan bersyukur.

Baik Sr. Augustine OSU maupun Sr. Madeleine OSU

mengungkapkan, meskipun jalan panggilannya berliku dan penuh misteri, mereka merasa sangat bahagia.

Kebahagiaan ini dinyatakannya bahwa kedua suster ini  selalu siap diutus ke mana pun dan di mana pun; dijalani dengan perasaan gembira.

Kedua pestawati ini juga merasa sangat bersyukur menjadi biarawati Ordo St. Ursula. “Allah yang memanggil, Ia akan merawat, menjaga dan Allah pula yang akan  mencukupi.”  

Mereka berdua juga menekankan bahwa menjadi biarawati St. Ursula itu sebagai sebuah “anugerah”. Talenta yang dimiliki oleh masing-masing suster mendapat kesempatan untuk dikembangkan.

Para saudari sepanggilan dalam komunitas serta rekan kerja, saling mendukung hidup panggilan dan segala kekurangan pada dirinya. Yang Memanggil akan mencukupi. Oleh karena itu, kedua suster yang tenang, ramah dan selalu ceria ini tetap setia sampai saat ini.

Saluran kasih Tuhan

Perasaan–perasaan sedih, kejadian-kejadian tak terpahami oleh jangkauan pikiran manusia serta hati yang mencoba menerka apakah benar sesuatu yang dialaminya merupakan kehendak Allah, sampai saat ini pun tidak serta-merta dapat dijawab dengan tuntas.

Tetapi mengapa para suster ini mampu bertahan dan setia?

Mengenai hal ini, Sr. Augustine OSU mengungkapkan bahwa yang membuat kuat dan setia adalah Tuhan sendiri. Tuhan yang memanggil, Tuhan pula yang akan menguatkan. Kalau Tuhan menghendaki, Tuhan pula yang akan menyertai.

Sedangkan Pastor Agustinus Agung Rianto OSC dalam homilinya mengatakan bahwa 50 tahun bukan sekadar angka; melainkan sebuah rentetan peristiwa; bermuara dalam ungkapan rahmat dalam hidup dan karya-karya.

Hal ini dapat menjadi berkat bagi suster yang berpesta, berkat bagi komunitas, menjadi rahmat dan berkah pula bagi Gereja dan masyarakat.

Sesuai dengan tema perayaan “Kasih setia-Mu Tuhan, menjadikan aku setia” dalam arti bahwa mengikuti Yesus, ya harus siap membawa dan menyebarkan kasih.

“Manusia tercipta oleh kasih dan yang tidak dapat mengasihi berarti menyangkal asal kasih,” jelasnya.

Pastor Agustinus Agung Rianto OSC mengucapkan proficiat dan turut berbahagia. Tak lupa pula mohon doanya agar sebagai gembala mampu membawa dan mewartakan kasih, sehingga kasih Allah semakin nyata di dalam kehidupan manusia.

Harapan dan pesan bagi para Ursulin yunior

Kedua suster yang berpesta ini juga berpesan dan berharap kepada para suster muda pada Ordo St. Ursula di masa kini dan masa depan.  

Sr. Madeleine Mail OSU lalu mengutip kata–kata St. Angela dalam Prakata Regula yang  mengatakan:

”Anda harus berbuat apa saja dan seluruh kekuatan anda untuk tetap setia pada panggilan Tuhan; untuk mencari dan mendambakan semua cara dan jalan, yang dibutuhkan untuk bertahan dan maju sampai akhir, tidaklah cukup untuk memulai bila tanpa ketaatan.”

Sedangkan Sr. Augustine Prawiradisastra OSU kepada para suster muda berpesan:

”Hidup tidak monoton; akan selalu ada gelombang; ada sakit, senang dan duka, tetaplah tangguh, percaya kepada Tuhan. Doa merupakan kekuatan utama.

Selalu mau terbuka, mau bekerjasama. Semua itu akan mengantar dan menguatkan kita dalam perjalanan.”

Pesta ditutup dengan aneka tontonan hiburan dari para suster, dewan guru, dan siswa-siswi Persekolahan St. Angela Bandung.

Peserta Program Sabbatical di Rumah Retret St. Angela Bandung ikut menghadiahi lantuan pantun yang ditulis oleh Sr. Liza SPM.

Salah satu pantunnya berbunyi:

Ke Cibaduyut beli sepatu

Mata tertuju ke warna biru

Puteri-puteri Angela teruslah  bersatu

Mengubah dunia menjadi baru.

Juga sebuah puisi. Dibacakan oleh Fr. Martin CMM, peserta Sabbatical; juga oleh Dra. B. Arijanti Carolina MSi, pendamping Program Sabbatical.

Syukurku Tuhan

Syukur pada-Mu, Tuhanku

Rahmat kasih-Mu sepanjang waktu untukku

Manusia, aku ini, yang Engkau cipta dan Engkau sayangi

Aku Engkau angkat dan aku berharga dalam pandangan-Mu

Dalam segala kelemahan dan kekuranganku

Engkau memeluk dan mengasihiku

Lebih dari seluruh isi langit dan bumi buatan tangan-Mu

Engkau menjaga-ku bagai biji mata-Mu

Illahi, pada-Mu, Tuhan aku menyerahkan jiwa, hati dan hidupku

Niatku yang sejak semula Engkau letakkan di dalam hatiku

Engkau yang memanggil dan Engkau mencukupiku

Manusia aku ini Tuhan, yang Engkau Cipta dan Engkau cintai

Atas kasih  dan kerahiman_Mu itu aku bersyukur

Ini aku Tuhan.

Lahirkan Kembali aku dalam kekudusan_Mu

O Tuhan, penguasa segala

Syukurku dan sembah puji serta kemulian

Untuk-Mu semata, Allah Maha Cinta.

Bandung, 2 Desember 2022

Br. B. Sukasta MTB

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here