SETELAH 33 tahun berkecimpung di dunia pendidikan formal di sekolahan, baik sebagai guru pendidik dan kepala sekolah, Sr. Christera OSF lalu berpindah jalani tugas baru.
Beberapa tahun terakhir ini, ia mengampu karya baru di panggung karya kerasulan sosial. Membina dan mendidik anak-anak dan remaja yang kurang beruntung di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) – istilah baru untuk panti asuhan.
LKSA “Brayat Pinuji” Boro
Kini, Sr. Christera OSF berkarya memimpin LKSA Puteri “Brayat Pinuji” Boro yang di tahun 2023 ini sudah merangkai usia 17 tahun.
Brayat Pinuji berarti “keluarga yang terberkati”. Lokasinya hanya “selemparan batu” dari RS Santo Yusup Boro dan Gereja Santa Theresia Lisieux Paroki Boro, Kulon Progo, DIY.
Sikap lepas bebas
Dari Sr. Christera OSF yang selau tampil ceria dan enerjik ini, kiranya para religius bisa belajar banyak hal. Salah satu yang menonjol daripadanya adalah sikap lepas bebas. Tetap merasa sukacita, lepas bebas karena berani tinggalkan zona nyaman dan mulai masuk ke lingkup tugas kerasulan baru.
Maka, dengan rasa sukacita, Sr. Christera OSF mau menerima tugas pengutusan baru. Sekalipun ia sudah merasa sangat nyaman -selama 33 tahun- berkarya di panggung karya pendidikan anak dan remaja di sekolah umum.
Tentu saja, model bina-didik anak-remaja di sekolah dan di LKSA sangat berbeda.
Namun, kita melihat betapa modal dasar kelihaian cara berkomunikasi Sr. Christera OSF benar-benar sangat menunjang untuk berkarya di ladang pembinaan yang tidak mudah. Yakni, membina dan didik anak dan remaja yang kurang beruntung layaknya kelompok baya mereka di sekolah umum.
Masuk OSF atas arahan Romo Th. Koendjono SJ, dosen IKIP Sanata Dharma
Sr. Christera OSF masuk biara tahun 1983, setelah kuliah bahasa Indonesia di IKIP Sanata Dharma Yogyakarta selepas menyelesaikan pendidikan calon guru di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) van Lith Muntilan.
Atas bimbingan dan arahan dosennya di IKIP Sadhar waktu itu yakni Romo Th. Koendjono SJ (alm.), maka Sr. Christera OSF mantap melangkah kakinya masuk biara OSF di Gedangan, Semarang.
Bahagia menjadi suster OSF
Ia merasa bahagia saat pertama kali berada di lingkungan biara sebagai seorang postulan -calon suster. Karena, katanya menjawab Titch TV di Boro beberapa waktu lalu, karena dia bisa bertemu dan kenal dengan 15 teman kolega postulan baru dari berbagai daerah di seluruh Indonesia; lengkap dengan latar belakang budaya dan bahasa berbeda-beda.
Tahun 1986, ia mengucapkan kaul pertama setelah menyelesaikan tahapan pendidikan sebagai postulan dan novis di Gedangan, Semarang.
Ia mengaku sangat bangga menjadi seorang biarawati anggota Kongregasi Suster-suster Santo Fransiskus dari Cinta Kasih Kristiani (OSF Semarang).
“Karena dengan menjadi suster OSF, saya bisa berbuat sesuatu untuk MISI pelayanan kasih kepada sesama,” ungkap suster asal Paroki Banyutemumpang, Muntilan, Kabupaten Magelang, Jateng. (Berlanjut)
Kredit: Titch TV/Mathias Hariyadi