MARI belajar hidup apa adanya dari Sr. M. Seraphin SFS (77).
Sepanjang hidupnya, suster biarawati Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi (SFS) asal Wates, DIY, ini jujur berani mengakui segala keterbatasannya.
Terutama karena ia tidak punya kecerdasan intelektual.
Sehingga, kata Sr. Seraphin SFS, ia selalu “traumatik” kalau harus sekolah atau kuliah. Karena itu, ia sungguh menyadari dirinya sangat terbatas. Apalagi sudah disertai kondisi raganya yang lemah dan sudah tidak sempurna lagi.
Lutut remuk
“Efek kecelakaan lalu lintas. Sehingga lutut saya boleh dikatakan sudah ‘remuk’. Tidak mampu berjalan dengan sempurna lagi,” ungkap Sr. Seraphine SFS dalam Program Bincang-bincang Panjang dengan Titch TV di Griya Kasepuhan “Wisma Lansia Assisi” Kota Sukabumi, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Sejak kecil, ia mengaku ingin menjadi suster biarawati. Meski pada awalnya ditentang oleh kedua orangtuanya.
Namun, karena pengaruh motivasi dari Romo Rommens SJ -pastor Paroki Wates waktu itu- Sr. Seraphine SFS akhirnya bisa masuk biara.
Terjadi tahun 1969. Setelah sebelumnya selama tiga tahun, ia bekerja di Susteran Ursulin di Madiun, Jatim.
Urusan rumahtangga dan dapur serta kamar jahit
Selama menjadi suster biarawati SFS itulah, Sr. Seraphin SFS mengampu karya urusan rumah tangga dan dapur di Komunitas Sragen, Cibinong, Rangkas, dan Gubug Purwodadi.
“Saat di Gubug itulah, saya terpeleset jatuh ketika tengah menimba air,” paparnya lirih.
Ia masuk Postulat dan kemudian Novisiat bersama tiga orang teman seangkatannya. Namun dalam perjalanan waktu, hanya tinggal ia sendiri. Lainnya sudah lama undur diri saat masih suster muda.
50 tahun hidup membiara
Tahun 2019 lalu, Sr. Seraphin SFS telah merayakan pesta hidup membiaranya selama 50 tahun.
Salah satu kiat hidup yang selalu dia ingat sebagai nasihat moral dari kedua orangtuanya hanyalah pesan pendek.
Bunyinya, “Kalau memang kamu serius ingin masuk biara, maka jadilah suster yang bener dan berlaku pener,” ungkap Sr. Seraphin SFS mengulangi nasihat orangtuanya saat mereka sudah menerima kenyataan bahwa anaknya nomor lima benar-benar sudah masuk biara. (Berlanjut)
Baca juga: Sr. M Corona SFS Empati dan Belarasa Kuat dengan Mereka yang Sakit (1)
bagus Mathias..anglemu tpt tnoa saingan mengisi kekosongan sukses. gaya tururmu bagus, memang garus centhil ya, buar pembaca ketagan. simpel kayak sambel. ha ha ha.
pangestunipun mas