BANYAK orang ingin menghindari sampah dan cepat-cepat ingin menyingkirkannya. Lalu mengenyahkannya dengan segala macam cara. Bisa dibakar, dibuang di jogangan.
Atau yang paling tidak “terhormat” adalah kebiasaan kita suka membuangnya di jalanan umum. Atau di got saluran air depan rumah. Dan yang paling jamak, membuangnya di sungai.
Beda dengan Sr. Theresina CB. Untuk suster yang sering dipanggil “Suster Oshin” ini, sampah adalah berkah. Tentu saja kalau sudah dikelola dengan baik. Antara lain dengan menaruhnya di tempat yang “benar” dan telah disediakan. Lalu mengolahnya secara tepat dan benar.
Dengan demikian, bila menaruh sampah dengan baik dan benar, maka sampah akan menjadi berkat. Bagi alam semesta, bumi dan tanah, serta bagi lingkungan – termasuk kita yang setiap hari “memproduksi” sampah.
Memproduksi sampah di RS Panti Nugraha Pakem
Kiat mencintai sampah dan kemudian mengelolanya secara tepat dan benar itu tiap hari secara tekun dan serius dia praktikkan di Biara Susteran CP Pakem.
Sudah barang tentu juga, hal sama juga dipraktikkan di RS Panti Nugraha Pakem, DIY – tempat Sr. Theresina “Oshin” CB kini berkarya.
Di bagian belakang bangunan sal-sal pasien, Sr. Theresina CB menciptakan “rumah produksi” sampah.
“Pertama-tama kita memang harus memilah-milah semua sampah buangan di rumah dan di RS terlebih dahulu dengan teliti. Memasukkannya di kantong-kantong khusus yang telah disediakan sesuai kriterianya,” tutur suster biarawati Kongregasi Suster-suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus (CB).
“Yang tidak kalah pentingnya adalah kemauan serius kita untuk kemudian mau mengolah tumpukan buangan sampah itu sesuai jenis-jenis kategorinya,” asal suster CB asal Paroki Jombor, Klaten, Jateng, yang pernah menjadi misionaris di Tanzania, Afrika.
Inilah kisah totalitas cinta Sr. Theresina CB tersaji secara lengkap di video di atas. (Berlanjut)