DALAM Kapitel General SSpS tahun 1934, Sr. Gerardiana Geertje Spijker SSpS -saat itu Pemimpin Regional di Flores- memaparkan tentang kondisi para calon suster pribumi di Flores, NTT.
Paparan itu dia kemukakan di forum pertemuan internasional yang dihadiri oleh utusan SSpS dari berbagai belahan dunia.
“Sejak tahun 1933, para suster SSpS telah diberi tanggungjawab untuk membentuk para suster pribumi. Saat ini, kami sudah ada 13 postulan dan mereka masing-masing diharapkan bisa menjadi biarawati.
Para postulan itu dibimbing oleh para suster. Dan kepada mereka, diajarkan tentang hidup religius. Mereka tidak dibentuk di kemudian harus menjadi suster SSpS, tapi akan dibentuk sebuah kongregasi baru untuk mereka.”
Awal mula Kongregasi CIJ
Setahun kemudian, 15 Maret 1935, terbitlah dekrit tentang berdirinya Kongregasi CIJ — tarekat suster-suster pribumi.
Bunyi naskah itu sebagai berikut: “Hisce ltteris erigo et constituo Congregationem Religiosam Indigenam pro muleribus et approbo ad tempus probationis Constitutiones ac nomen Ketoeroetan Jesoes.”
Pada tanggal 25 Maret 1935, pada Pesta Kabar Sukacita, gadis-gadis pribumi itu tampak mengenakan pakaian biara mereka untuk pertama kalinya. Dan sejak saat itu, pula dimulailah novisiat pertama bagi para calon suster pribumi yang kemudian dikenal sebagai Kongregasi CIJ (Congregatio Imitationis Iesu) atau Kongregasi Pengikut Yesus.
Mgr. Heinrich Leven SVD, atas persetujuan pimpinan SSpS, lalu membebastugaskan Sr. Xaver Hoff SSpS dari Komunitas Lela dan sekaligus lalu mengangkatnya menjadi Magistra Novis CIJ di Jopu.
Sr. Xaver SSpS alias Margaretha Josephina Hoff
Ia lahir 5 Juni 1895 di Weissenthurm, Keuskupan Trier, Jerman.
Gadis yang dipanggil Josephina ini adalah anak dari pemilik dan nahkoda kapal Hoff dan isterinya Theresia.
Ia adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara. Karena orangtuanya hampir selalu berlayar (di kapal kargo milik mereka), Josephina dari umur 7-14 tahun tinggal bersama pamannya yang adalah seorang guru di Ediger, tepi Sungai Mosel.
Di sana Josephina mengenyam pendidikan dasar dan menengahnya.
Tanggal 30 September 1916, ia masuk biara SSpS di Steyl. Dua tahun kemudian, tepatnya 26 Mei 1918, ia mengikrarkan kaul pertama dalam Kongregasi SSpS.
Setelah mengikuti pendidikan dan lulus ujian guru, dia masuk ke dalam kelompok suster pertama (24 September 1920) yang malah kemudian diutus ke Indonesia setelah Perang Dunia I.
Dengan cinta dan antusiasme, dia betah berkarya di daerah misi. Ia bertekun dalam belajar bahasa lokal, mempelajari mentalitas dan budaya masyarakat Flores.
Di Lela, 8 Desember 1923, ia mengikrarkan kaul kekal sebagai Suster SSpS. Selanjutnya, ia mengemban tugas sebagai guru di Lela sampai tahun 1935.
Mgr. Heinrich Leven SVD mengetahui kemampuan luar biasa dari suster muda ini dan meminta pimpinan SSpS untuk membebastugaskannya sebagai guru dan mengangkatnya menjadi Magister Novis untuk Kongregasi pribumi yang akan didirikannya.
Kepercayaan yang diberikan kepadanya baik oleh Uskup maupun oleh pimpinan SSpS menjadi sumber kekuatan baginya selama 26 tahun menjadi “inang-pengasuh” yang memandu, menuntun dan membesarkan para suster pribumi.
Sr. Xaver Hoff SSpS, dengan sepenuh jiwa dan raganya, memberi dirinya bagi pertumbuhan CIJ.
Kemiskinan yang mencemaskan, kesehatan para suster yang terus mengkhawatirkan, juga banyaknya pengunduran diri para calon, yang dipertambah kesulitan internal yang besar, sangat menekan Suster Xaver dan kongregasi yang umurnya masih sangat muda ini.
Bahkan Uskup Leven, melihat kenyataan yang ada, sempat menawari agar bisa menutup kongregasi yang baru saja dia dirikan ini, sebelum ada yang berkaul. (Berlanjut)
PS: Artikel ini ditulis bersama Sr. Ivonny Kebingin CIJ