PUASA mengurangi makan dan tidur sebagai laku mati raga dilakukan oleh umat beragama.
Kearifan lokal dalam hal laku puasa “cegah dhahar lawan guling” (mengurangi makan dan minum) dalam kearifan lokal budaya Jawa juga dilakukan oleh Pakubuwono XII.
Swarga (almarhum) Sri Susuhunan Pakubuwono XII Raja Keraton Surakarta 14 April 1925–11 Juni 2004.
Lahir pada masa kejayaan kakeknya Pakubuwono X yang mashyur. Nama kecil Pakubuwono XII adalah Bandoro Raden Mas Suryo Guritno.

Ketika kecil, Pakubuwono XII diminta kakeknya Pakubuwono X untuk berlatih tari di Suryohamijayan. Latihan ini dilakukan sepekan dua kali pada malam Rabu dan malam Minggu. Latihan menari (joged) Tari Wireng Kethek. Latihan dilakukan setiap pukul 12.00 malam.
Ketika ayahnda Pakubuwono XI naik tahta, Raden Mas Gusti Suryo Guritno, sebagai putera raja, ditempa lahir dan batin untuk dipersiapkan agar suatu saat dapat menggantikan sebagai raja.
Dipersiapkan lahir dan batin untuk kurangi makan, kurangi durasi tidur, berbakti pada Tuhan. Mengheningkan cipta setiap malam sampai pukul 03.00-03.30. “Apa isi mengheningkan cipta secara pribadi itu yang selalu harus dicari,” sabda Swarga Sri Susuhunan Pakubuwono XII.
Dikutip dari dokumentasi video “Berjuang Untuk Sebuah Eksistensi (IGP Wiranegara, 17 September 2021)
https://youtu.be/Do0JBcKv8pk?feature=shared