PERKEMBANGAN ilmu pengetahuan dan teknologi terutama kemajuan alat-alat komunikasi modern seperti gadget ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, tersedianya jalur komunikasi virtual melalui aneka gadget itu telah menghadirkan banyak hal secara lebih cepat, lebih lengkap dan lebih banyak. Namun di lain pihak, hal itu juga bisa membawa dampak buruk; antara lain sulit berkonsentrasi, tidak fokus bagi pengguna yang telah kecanduan.
Inilah awal kehancuran peradaban modern.
Hal ini disampaikan oleh narasumber staf promosi kesehatan RS RK Charitas dr Wilma Hannie Daniel dalam topik tentang aneka dampak negatif penggunaan gadget bagi anak. Seminari ini telah berlangsung di gedung Serba Guna St. Yoseph Palembang, Minggu (22/10).
Pada awal paparannya, dr. Wilma menunjukan cybe rcrime pada anak-anak usia 10-17 tahun. Hasil penelitian menunjukan data bahwa 55% anak telah menyaksikan gambar kekerasan dan pornografi,; 35% anak mengaku dihubungi orang yang tidak dikenal; 28% anak pernah mengalami penipuan.
Hal ini tentu belum termasuk kasus-kasus penculikan atau perdagangan anak, bullying, dan pornografi.
Kehilangan empati
Semakin dekat dan semakin lama mata bayi atau anak sering-sering menatap layar gadget, maka semakin mungkin bisa mengalami gangguan mata. Hal itu disebabkan sinar kebiruan yang dipancarkan dari gadget bisa merusak mata hingga mengalami juling. Demikian paparan dr. Wilma di hadapan sekitar 50 peserta.
Hasil sebuah penelitian di Iowa State University juga mencatat, bermain game yang mengandung unsur kekerasan selama 20 menit itu juga dapat menyebabkan seorang anak “mati rasa”. Anak akan mudah melakukan kekerasan dan kehilangan empati kepada orang lain.
Gejala kecanduan gadget antara lain rasa tidak nyaman jika tidak menggunakan gadget, depresi, cemas, merasa sendiri, dan kesepian.
Narasumber lain, psikolog anak RS Charitas Palembang, Devi Delia, M.Psi dalam paparannya menyentil tentang kondisi “merdeka dari pengaruh gadget”. Manusia era digital sangat tergantung pada produk digital. Hal ini dikarenakan teknologi memudahkan manusia di dalam banyak bidang kehidupan, internet memungkinkan kita untuk mengakses atau memperoleh informasi dari seluruh dunia, akses komunikasi jarak jauh, dan jejaring sosial.
Mengutip pandangan Ikatan Dokter Anak Indonesia, kata dia, anak-anak generasi masa kini merupakan generasi digital native. Artinya, mereka sudah mengenal media elektronik dan digital sejak lahir.
Mengarahkan aktivitas lain
Apa dampaknya? Dengan nada prihati, psikolog alumni program magister profesi psikologi Universitas Tarumanagara Jakarta ini menjelaskan kesehatan mata terganggu, masalah tidur, kesulitan untuk berkonsentrasi, penurunan prestasi belajar anak, perkembangan fisik anak terganggu, perkembangan sosial anak terganggu dan keterlambatan bicara.
Kapan orangtua harus mewaspadai anaknya kecanduan gadget?
Orang tua harus waspada, manakala ada gejala seperti ini:
- Anak menghabiskan waktu lebih dari dua jam dengan gadget.
- Anak menunjukkan protesnya terhadap setiap larangan penggunaan perangkat gadget.
- Anak seperti tidak bisa melewati satu haripun tanpa gadget.
- Anak melakukan berbagai usaha atau cara untuk dapat menggunakan
Karena itu, orangtua harus berani menyingkirkan semua penggunaan gadget oleh anak dalam jangka waktu tertentu. Juga aktif menanamkan dalam diri anak, bahwa banyak hal lain yang lebih menyenangkan dibandingkan bermain gadget. Juga membeerikan dorongan bagi anak untuk lebih banyak melakukan aktivitas di luar gadget, misalnya bermain di lapangan, menggambar, bermain puzzle.
Arahkan anak pada aktivitas lain, misalnya merapikan kamar, menyiram tanaman bersama, atau mengunjungi kerabat atau saudara.
Itulah tawaran Devi Delia untuk mengurangi kecanduan anak pada gadget.