Suami Janganlah Egois dan Main Narkoba, Banyak Pihak Jadi Korban Hedonismu

0
424 views
Ilustrasi - Pusing ketagihan narkoba. (Ist)

BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN

Selasa, 6 Juli 2021

Tema: Teledor.

  • Bacaan Kej 32: 22-32.
  • Mat. 9: 32-38.

KITA diajari begini. Hidup itu anugerah. Tapi, juga sebuah perjuangan. Bahkan pertaruhan.

Namun Sang Pencipta senantiasa menyertai. Maka, percaya saja. Juga beranilah belajar berserah diri.

Namun siapa sanggup menghadapi kehidupan?

Terutama, ketika harapan tidak bisa tercapai. Juga kenyataan yang ada malah menyakitkan. Belum lagi, semua usaha berantakan. Yang ada hanya perasaan kecewa. Sungguh jadi kecewa berat.

Putus asa? Janganlah. No way.

Tapi, siapa sanggup bertahan. Hidup terasa sesak. Bahkan, Allah pun seakan-akan tidak hadir, tidak peduli.

Pengalaman itulah yang dialami bangsa Israel. “Buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir-kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia.

Lalu aku berkata kepada mereka: Siapa yang mempunyai emas haruslah menanggalkannya. Mereka memberikannya kepadaku dan aku melemparkannya ke dalam api, dan keluarlah anak lembu ini.” ay 23-24.

Maksudnya, hiduplah tanpa mengandalkan apa-apa. Apalagi hanya materi.

Kekecewaan berat

“Romo, suami saya ditangkap,” tangis seorang ibu.

“Ia pesan pil. Tiba-tiba disergap dan kemudian ditahan. Harus ditebus dalam jumlah yang besar. Kami tidak sanggup. Suami beberapa bulan ini  telah kena PHK. Untuk makan saja sulit. Sementara, saya lagi hamil tua.

“Apa yang bisa dibantu? Perkara “napza” ini agak sulit, sensitif, ada undang-undangnya. Apalagi terbukti,” kataku.

“Iya Romo, saya mengerti. Sementara pihak keluarga suami malah bergeming. Dulu, dia memang pernah pakai. Sekarang kembali terulang.

Saya telah mencoba menghubungi pihak-pihak terkait. Pembicaraan dan negoisasi tidak menemukan titik temu. Perkara akan diproses,” lanjutnya.

Beberapa waktu kemudian ada percakapan ini.

“Romo, sudah ada keputusan. Suamiku dihukum dan harus masuk lapas. Doakan saya, supaya mampu menjalani hidup. Semoga bayi lahir sehat dan kondisi normal,” sambutnya dengan cucuran airmata berjatuhan.

Beberapa kali berjumpa. Wajahnya terlihat capai. Pucat dan lelah. Terkesan tidak ada lagi airmata yang dapat dikeluarkan.

Namun, iabelajar berserah. Tetap beriman dan juga datang ke Gereja.

Ia bekerja hanya cukup untuk makan sehari-hari. Sedih rasanya.

Kenikmatan semu

Hai laki-laki. Kenapa engkau rapuh?

Kenapa engkau gampang tergoda mencari hiburan semu, kenikmatan palsu?

Engkau tahu betapa keluarga menyayangimu.

Mereka tidak menuntut untuk hidup serba enak, serba mewah, serba ada.

Mereka hanya ingin Kehadiranmu. Kehadiran yang mengayomi. Kehadiranmu yang melindungi, membentengi.

Mereka tau keterbatasanmu mengais rezeki. 

Engkaulah pria, laki-laki sebagai ciptaan yang pertama.

Di mana nalarmu? Hatimu?

Segitu gampangkah engkau goyah. Segitu cepatkah engkau membuang yang paling berharga, keluarga, dengan mencari hiburan semu dan palsu.

Sadarkah, siapa yang terluka karena perbuatanmu?

Orangtua yang melahirkanmu. Juga Pribadi-pribadi yang kau cintai; yang setia menemanimu sampai akhir hayatmu.

Terlebih isterimu sendiri.

Ia harus bisa menyesuaikan hidup dengan macetnya penghasilanmu. Harus bisa mengatur semua demi kehidupan bersama.

Gampangkah mengatur rumah tangga?

Kebutuhan anak-anak tidak sedikit. Ia bertahan mati-matian.

Dalam doa malamnya menyerahkan seluruh keluarganya.

Ia tidur paling akhir, tergeletak tanpa daya.

Sementara, engkau sendiri, hai pria, laki-laki,  di mana hatimu?

Apa arti kehadiranmu?

Inilah kenyataan hidup. Tidak ada yang menolong bila jatuh. Saudara pun tak bersuara. Sahabat bergeming.

Sendirian ibu muda ini mencoba bertahan dalam kondisi lunglai dan runyam.

Anak-anak perlu perlindungan dan makan. Sang bayi pun menunggu saatnya dilahirkan. Tanpa kehadiran ayah yang mendampingi.

Kejam.

Apa pun yang terjadi, sepahit apa pun, Allah tetap merancang kebaikan. “Pergilah sekarang, tuntunlah bangsa itu ke tempat yang telah Kusebutkan kepadamu; akan berjalan Malaikat-Ku di depanmu.” ay 34a.

Demikian pun Tuhan Yesus. Ia hadir, menemani dan menyertai.

Kuatkanlah hatimu. “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.” ay 26

Tuhan, iringkanlah langkah hidup kami. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here