Sucinya Perkawinan Katolik

0
54 views
Pernikahan katolik tak terceraikan
  • Bacaan 1: Yeh. 16:1-15.60.63
  • Injil: Mat. 19:3-12

Mempersatukan dua sejoli dengan karakter masing-masing dalam suatu ikatan pernikahan tentu tidak mudah. Bertahun-tahun terbiasa hidup dalam keluarga bersama orangtua dan kakak adik, lalu tiba-tiba harus hidup bersama pasangan hidup tentu perlu persiapan dan penyesuaian.

Dalam Gereja Katolik, mereka yang akan membangun hidup rumahtangga maka harus mengikuti persiapan perkawinan di gereja. Tidak bisa tiba-tiba dinikahkan begitu saja.

Masing-masing pihak harus memahami panggilannya sebagai keluarga dan sucinya sebuah perkawinan.

Banyak keluarga berantakan hanya karena salah satu atau kedua belah pihak tak setia pada janji perkawinan yang telah diucapkan di depan altar gereja. Tidak jarang, lalu mereka memutuskan bercerai.

Jika demikian, maka anak-anaklah yang akan menjadi korban.

Saat mendapatkan pencobaan dari pertanyaan orang-orang Farisi tentang perkawinan, Tuhan Yesus mengutip sabda-Nya dari Kitab Kejadian 1:27 dan Kejadian 2:24.

“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.

Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Jadi, tentang perkawinan itu Allah sudah merencanakannya sejak awal. Perkawinan itu monogami dan tidak terceraikan. Allah telah mempersatukan mereka dalam perkawinan dan tak seorang pun atau lembaga apa pun di dunia yang memiliki wewenang untuk menceraikannya.

Teladan kesetiaan dalam perkawinan juga diberikan oleh Allah dalam Kitab Yehezkiel. Hubungan antara Allah dan “Bangsa Terpilih” sering digambarkan sebagai hubungan perkawinan yang tidak terceraikan.

Sejak “bayi orok” bangsa itu dipilih menjadi pasangan hidup Allah. Didandani sehingga memiliki paras cantik jelita. Tetapi, kecantikannya malah disalahgunakan untuk menyelingkuhi-Nya. Meski demikian, Allah tetap setia dan tak pernah menceraikannya.

“Tetapi engkau mengandalkan kecantikanmu dan engkau seumpama bersundal dalam menganggarkan ketermasyhuranmu dan engkau menghamburkan persundalanmu kepada setiap orang yang lewat.

Tetapi Aku akan mengingat perjanjian-Ku dengan engkau pada masa mudamu dan Aku akan meneguhkan bagimu perjanjian yang kekal.”

Pesan hari ini

Panggilan sebagai keluarga adalah panggilan yang mulia dan kudus. Setiap insan harus memperjuangkan kasih sejati yang telah dipupuk.

Kesatuan perkawinan hanya bisa dipisahkan oleh kematian fisik.

”Pernikahan adalah ibadah, yang bermuara pada cinta-Nya sebagai tujuan. Sudah sewajarnya setiap upaya meraih cinta-Nya dilakukan dengan sukacita.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here