Rabu, 24 Mei 2023
- Kisah Para Rasul 20:28-38
- Mazmur 68:29-30,33-35a,35b-36c
- Injil Yohanes 17:11b-19.
SUKACITA sejati bukanlah yang berasal dari apa yang kita alami, sukacita berasal dari Tuhan.
Sukacita karena Tuhan inilah yang memberikan sebentuk kekuatan tertentu yang memampukan kita bertahan bahkan keluar sebagai pemenang ditengah kesulitan apa pun.
Sukacita adalah faktor internal diri kita, maka tidak seharusnya itu dipengaruhi oleh faktor-faktor atau hal-hal yang ada di luar diri kita.
Sukacita itu adalah sebuah keputusan. Kita bisa membuat sebuah keputusan untuk tetap bersukacita atau sebaliknya, tidak bisa bersukacita di segala keadaan.
Waktu saya kerja di pedalaman Kalimantan pernah menemukan seekor anak anjing, yang hanyut terbawa banjir.
Anak anjing itu sudah lemas dan nyangkut di bawah pastoran dengan bulu yang basah kuyup dan perut yang kembung kebanyakan air.
Kondisinya sangat lemas, waktu saya angkat naik, saya pesimis bisa hidup atau tidak.
Saya bersihkan, dan kemudian saya keringkan badannya dengan handuk, lalu saya buat perapian di tungku dan saya letakkan anak anjing itu di dekatnya.
Awalnya anjing itu tergeletak tak berdaya hingga kemudian setelah kurang lebih tiga jam sudah bisa berdiri, namun masih sepoyongan hingga kemudian tertidur.
Besok paginya, saat saya buka pintu dapur anak anjing itu sudah menyalak kemudian mengendus-endus kakiku.
Betapa senangnya hatiku, ketika saya angkat anak anjing itu, matanya berbinar lalu lidahnya terjulur mau menjilat wajahku.
Saya putuskan untuk saya pelihara, senang sekali rasanya melihat anak anjing itu hidup.
Sukacita ada dalam hatiku karena melihat kehidupan berlangsung terus, anak anjing yang tak berdaya dan hampir mati itu kembali sehat dan lincah.
Di kemudian hari, anak anjing itu menjadi teman dan penjaga pastoran yang sangat setia.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka,”
Sukacita kita akan penuh kalau kita berani bertindak penuh kasih kepada segala makluk.
Pada saat itulah kita mengijinkan Yesus untuk masuk dan bertahta dalam hati kita.
Kehadiran Tuhan Yesus akan menciptakan sumber mata air sukacita dalam hati kita yang akan terus-menerus memancar dan mengalir tiada hentinya, di setiap waktu.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku menemukan dalam Tuhan sukacita hidupku?