Sungai Kapuas dan Sungai Melawi Meluap dan Ciptakan Genangan, Kota Sintang Jadi Lumpuh (5)

0
374 views
Kota Sintang di Kalbar menjadi lumpuh selama beberapa hari karena genangan banjir dampak hujan deras dan luapan Sungai Kapuas dan Sungai Melawi yang membelah Kota Sintang, Kalbar. (Dok. Kongregasi Suster SMFA)

SELAMA beberapa hari lamanya dalam dua pekan pertama di awal bulan November 2021, Kota Sintang benar-benar telah lumpuh. Kota Sintang terasa lumpuh karena terjangan genangan banjir setinggi 1–3 meter.

Untuk mencapai lokasi Susteran SMFA di Jalan Sudirman No. 55, rombongan pengantar donasi amal kash dari Pontianak harus berjuang menerobos air hampir setinggi satu meter di sepanjang Jalan MT Haryono.  

Hari berikutnya Selasa, 9 November 2021, para “Suster Rakyat” Kongregasi SMFA se Komunitas di Sintang langsung bekerja menyiapkan paket–paket. Yang sudah siap ya langsung dibagikan ke warga sekitar lingkungan susteran.

Bukan hanya untuk mereka yang ada di sekitaran aula susteran saja. Penyaluran bantuan dilakukan secara menyeluruh sesuai kebutuhan.

Satu paket bantuan kemasan diisi dengan beras, mie, air mineral, minyak goreng, sarden, telur, gula, kopi, teh, biskuit, masako, garam, odol, sikat gigi, sabun mandi dan rinso. Plus obat–obatan ringan, susu bayi, bubur bayi, dan pampers

Paket bantuan amal kasih pemberian para donatur di Pontianak langsung diberikan kepada warga masyarakat yang terdampak banjir di wilayah pastoral Keuskupan Sintang, Kalbar. (Dok. Kongregasi Suster SMFA)

Dinamika penyaluran bantuan dilangsungkan seperti ini.

Para suster SMFA langsung membagikan donasi amal kasih itu ke warga masyarakat yang terdampak banjir.

Sebagian mereka datang sendiri ke Susteran SMFA Sintang. Dengan berbagai alasan yang sangat memilukan, karena permukimannya sampai berhari-hari tak terjangkau oleh tim relawan lainnya.

Warga datang ke susteran dan kami sambut dengan gembira dan langsung kami beri apa yang mereka maui.

“Suster minta air untuk membuat susu anak saya, rumah kami sudah tiga pekan lamanya masih terkepung air,” kata mereka.

Air mineral dikeluarkan dari dusnya, lalu dimasukan ke dalam plastik besar dan dihanyutkan melalui genangan air agar bisa sampai ke titik lokasi rumah.

Air setinggi dada orang dewasa masih menyekat akses rumah mereka. Mereka berjibaku hanya untuk sebuah niat yang sifatnya harus. Tekad kuat mau minta air bersih demi bisa membuat susu bagi anaknya yang masih balita.

Lain peristiwanya ada kisahnya. Mereka sudah menunggu di depan pintu pagar biara atau sampai mengejar suster dengan setengah memaksa.

“Suster, kami boleh minta beras?”

“Kami sudah dapat paket beras 5 kg, tapi sekarang sudah habis. Beras kami tinggal segenggam lagi,” keluh mereka kepada para suster SFMA yang berjaga di ruang penyimpanan barang.

Siapa yang tega tidak mau memberi?

Walaupun sudah dapat bantuan melalui RT masing-masing atau kring -bahkan konon lewat provinsi- mereka yang tengah haus dan kelaparan ini langsung datang menyambangi biara SMFA untuk minta pertolongan.

Rasa kemanusiaan kami langsung tersentak, prihatin, pilu. Tapi tidak boleh berhenti sampai hanya para rasa-merasa saja.

Harus cepat berbuat aksi.

Terakhir bantuan kami berhasil salurkan melalui Ketua RT yaitu RT 01 + Kring Fransiskus, RT 02, RT 03, RT 04, RT 05, RT 06, RT 07, RT 14, RT 20, RT 21, RT 26, RT 27 + Kring Maria, dan RT 37. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here