“Kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh 13:35)
HARI Pendidikan Nasional dalam terang Sabda Tuhan
Saudari-saudaraku terkasih,
Pelopor pendidikan, Ki Hajar Dewantara lahir di Jogyakarta 2 Mei 1889. Tanggal kelahirannya, 2 Mei, dijadikan Hari Pendidikan Nasional. Ki Hajar Dewantara dikukuhkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden RI, Soekarno pada 28 November 1959.
Marilah kita jadikan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2013 kesempatan bagi kita untuk bersyukur kepada Tuhan atas partisipasi Gereja dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia (bdk. Pembukaan UUD 1945 alinea 4).
Kepada kita Tuhan Yesus, Sang Guru sejati, menyampaikan perintah baru: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian juga kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh. 13: 34-35).
Dalam terang sabda Tuhan itu, marilah kita menyadari tanggungjawab Lembaga Pendidikan Katolik untuk menyelenggarakan “Sekolah Kasih” bagi para peserta didik.
Pendidikan tentu bukan hanya urusan sekolah, namun menjadi tanggungjawab orangtua dan Gereja secara bersama-sama. Masing-masing perlu menjalankan perannya dengan kerjasama yang sinergis. Dengan demikian Lembaga Pendidikan Katolik menjadi “Media Pewartaan Kabar Gembira, Unggul dan Lebih Berpihak kepada yang Miskin” sebagaimana ditegaskan dalam Pesan Pastoral Sidang KWI 2008.
Sejak awal karya misi di wilayah Keuskupan Agung Semarang, para misionaris perintis telah menyadari betul pentingnya pendidikan untuk mendampingi anak-anak, agar memiliki akal budi yang cerdas, hati penuh kasih dan jiwa merdeka serta tangan-tangan yang trampil bekerja. Kesadaran tersebut tetap dipelihara, dipertajam dan dikembangkan sampai sekarang ini.
Keuskupan Agung Semarang bersama dengan Yayasan Pendidikan Katolik milik Tarekat Imam, Bruder, Suster, Awam menyelenggarakan sekolah-sekolah Katolik pada jenjang Kelompok Bermain, TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Perguruan Tinggi. Sekolah-sekolah tersebut didirikan, diselenggarakan dan dikembangkan di atas dasar prinsip-prinsip pendidikan Katolik.
Keprihatinan
Apa partisipasi Gereja dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, kalau sekarang ini kita melihat realitas kehidupan bangsa yang sungguh memprihatinkan? Pada zaman kita begitu hebat ancaman yang dapat merusak anak-anak kita, bahkan sejak mereka berusia dini. Pengaruh jahat masuk dalam sanubarinya melalui lingkungan sekitarnya. Bagaimana mungkin orangtua dapat menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anak, kalau tidak ada cukup waktu untuk memperhatikan anak-anak? Kekerasan dalam keluarga bisa menjadi benih terjadinya kekerasan yang merajalela dalam masyarakat dewasa ini.
Keadaan itu diperparah dengan media komunikasi modern yang begitu berpengaruh bagi pembentukan kepribadian anak. Dunia menawarkan persaingan, kecepatan, kekerasan dan kebencian yang disiarkan melalui corong-corong media komunikasi yang tak terbendung. Sementara itu para pemilik modal dalam bidang komunikasi sibuk berlomba-lomba untuk mengeruk keuntungan bagi mereka sendiri.
Ancaman itu menjadi semakin nyata. Dewasa ini kejujuran tidak mudah ditanamkan dalam hati anak apalagi ketika bersekolah hanya dimengerti untuk mengejar nilai akademis. Kita harus waspada, ketidakjujuran adalah benih korupsi dan kehobongan publik dalam kehidupan bermasyarakat.
Ada pula upaya terencana untuk merusak anak-anak dengan narkoba.
Dalam realitas memprihatinkan itu Sekolah-sekolah Katolik harus menampakkan identitas dan perannya untuk mengembangkan semangat saling mengasihi. Keluarga telah menanamkan cinta kasih dalam hidup sehari-hari, Sekolah Katolik meneruskan dalam kerangka pendidikan karakter bagi peserta didik yang diasah bersama dengan teman-teman di sekolah, maupun dalam pergaulan hidup sehari-hari di rumah dan di tengah masyarakat. Sekolah-sekolah Katolik diharapkan mampu menerapkan pendidikan nilai yang membuat peserta didik mengalami pembelajaran yang Eksploratif, Kreatif, Integral dan Komunikatif.
Sekolah Kasih
Perintah baru yang disampaikan kepada kita oleh Sang Guru Sejati, Tuhan Yesus, meneguhkan kita untuk mewujudkan “Sekolah Kasih” di sekolah-sekolah Katolik. Kasih adalah bahasa universal untuk membangun persaudaraan sejati, persaudaraan yang dibangun di atas dasar kemanusiaan, yang terbuka pada panggilan Allah, agar setiap orang menjadi anak-anak Allah. Persaudaraan itu melewati batas-batas suku, agama, ras dan golongan. Sungguh indah bila persaudaraan sejati tersebut terwujud di sekolah-sekolah kita. Bila persaudaraan atas dasar kasih itu terjadi, masih sangat mungkin pada zaman kita sekarang ini “Ia membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman” (bdk. Kis. 14: 27). Sekolah Katolik menjadi perwujudan semangat Injil untuk pewartaan iman dan nilai-nilai Kekatolikan.
Tuhan Yesus Kristus telah menjadi teladan yang unggul dalam mengasihi kita dengan memberikan nyawa-Nya untuk keselamatan kita. Tuhan telah membentuk hati kita agar memiliki kehendak kuat untuk mewujudkan cita-cita kehidupan. Tuhan telah pula memberi daya kekuatan yang memberdayakan kita untuk menjadi manusia dewasa. Tuhan adalah Guru, Pengajar, Pendidik serta Pamong yang baik bagi kita para murid-Nya, agar kita mampu saling mengasihi. Diperlukan sinergi antara keluarga, komunitas, lingkungan, Gereja dan sekolah untuk mewujudkan Sekolah Kasih di lingkungan masing-masing.
Inspirasi dari Ki Hajar Dewantara dapat menjadi pintu masuk bagi para pendidik, orangtua dan keluarga mengembangkan sekolah kasih dengan bersedia “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri andayani”.
Para pelaku pendidikan di sekolah-sekolah Katolik hendaklah selalu mengusahakan terwujudnya semangat Sabda “Biarkan anak-anak datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka ….” (Mk. 10:14).
Para Pendidik bertugas mengantar anak-anak datang kepada Sang Guru Sejati, Yesus Kristus.
Dengan membangun sekolah Katolik menjadi sekolah bagi para murid untuk saling mengasihi, kita berpartisipasi untuk menggarap realitas kehidupan bangsa yang sungguh memprihatinkan terutama melalui pendidikan. Bila kita sekarang ini menabur benih kasih dalam hati anak-anak kita, kita akan menuai damai. Akan tetapi bila kita sekarang ini menebar angin kebencian, kita akan menuai badai, yang memporak porandakan persaudaraan.
Ucapan terimakasih dan penghargaan
Saudari-saudaraku terkasih,
Kita semua, dalam tugas kita masing-masing, mengemban tanggungjawab untuk ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan dengan menanamkan nilai baik, benar dan indah dalam keluarga, komunitas, dan sekolah-sekolah yang dipercayakan kepada kita. Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan:
kepada para orangtua yang menyadari dan melakukan peran sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anak, terutama dengan teladan nyata dan meluangkan waktu untuk mendampingi kehidupan harian anak-anak;
· kepada para guru, pengajar, dosen yang dengan tekun dan setia secara kreatif selalu berusaha untuk meneruskan nilai-nilai kehidupan pada para perserta didik;
· kepada para pengurus Yayasan dan Lembaga Pendidikan Katolik yang tergabung dalam MPK (Majelis Pendidikan Katolik) dan BKS (Badan Kerjasama Sekolah-Sekolah), yang dengan gigih mendampingi sekolah-sekolah dalam mengemban perutusan menjadi pewarta kabar gembira kepada orang miskin melalui Sekolah Katolik.
· kepada para karyawan kependidikan yang dengan berbagai macam cara mendukung pendidikan Katolik;
· kepada Tim Peduli Pendidikan (TPP) di empat Kevikepan dan para pemerhati pendidikan yang peduli pada pastoral pendidikan dengan memfasilitasi pembenahan dan perubahan pendidikan Katolik; juga paroki-paroki yang mempunyai komitmen melanjutkan menyelenggarakan sekolah Katolik sebagai media pewartaan dan pencerdasan peserta didik kendati telah ditutup oleh yayasan induknya.
· kepada Anda semua yang bekerja dalam lembaga pemerintahan maupun masyarakat, yang memperlakukan pendidikan Katolik sebagai mitra untuk mencerdaskan kehidupan bangsa;
· kepada Anda yang mengusahakan pendidikan kader melalui latihan-latihan yang sungguh berguna bagi pembentukan kepribadian yang utuh;
· kepada anak-anak, peserta didik pada jenjang Kelompok Bermain, TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Perguruan Tinggi yang dengan semangat dan hati terbuka mengolah nilai-nilai yang baik, benar dan indah menjadi sikap hidup membangun persaudaraan sejati.
Sebagai Uskup, saya berharap “Anak-anakku, bukalah hatimu bila Tuhan memanggilmu untuk menjadi imam, bruder atau suster yang membaktikan hidup seutuhnya kepada Tuhan”.
Ambillah waktumu untuk secara khusus pernah memikirkan jalan panggilan ini. Apabila Tuhan menghendakinya, mengapa tidak? Bagi anak-anak yang sudah menjalani Ujian Nasional, tetaplah semangat dalam membekali diri dengan belajar untuk hidup. Sedangkan bagi anak-anak yang masih akan menjalani Ujian Nasional dan tes kenaikan kelas, ketekunan kalian dalam belajar akan memberikan hasil yang bermanfaat bagi masa depanmu.
· Kepada Tim Kerja Pendampingan Keluarga di paroki-paroki serta Komisi Keluarga Kevikepan dan Keuskupan, yang dengan tekun – setia mencari cara dan peluang agar keluarga-keluarga Katolik menyadari perannya sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Perlu dipersiapkan kader penggerak keluarga di Paroki sampai ke Lingkungan dengan memanfaatkan modul pendampingan yang sudah ada serta mengadakan pelatihan hingga para kader itu trampil berkiprah.
Ajakan dan harapan
Saudari-saudaraku terkasih,
Saya mengajak dan berharap pada seluruh umat, terutama para orang tua, baiklah untuk memilihkan Sekolah Katolik yang mengedepankan pendidikan karakter sebagai tempat pendidikan bagi putra-putri Anda, jangan sampai memilih sekolah karena gengsi atau karena biaya yang tampaknya lebih murah bahkan dengan iming-iming “Sekolah Gratis”. Kita wajib mengusahakan pendidikan yang terbaik bagi putra-putri kita.
Kita berharap, agar upaya kita bersama membangun Sekolah Katolik menjadi Sekolah Kasih menjadi bagian penting dari gerakan atau proses transformasi hati yang membuat setiap orang dipenuhi dengan kasih. Bila hati kita penuh dengan kasih, maka mata kita mampu melihat semua orang di sekitar kita sebagai saudari atau saudara kita. Dengan demikian kita juga mampu “melihat langit yang baru dan bumi yang baru” (Wahyu 21: 1).
“Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara”, demikianlah nasehat Paulus dan Barnabas pada jemaat Gereja Perdana (bdk. Kis. 14: 22). Seturut teladan mereka, mari kita mengubah ancaman menjadi peluang, mari kita mengajak setiap orang masuk Kerajaan Allah melalui pendidikan, mari kita mengembangkan Sekolah Katolik menjadi Sekolah Kasih. Selamat bekerja dan selamat berjuang.!!
Salam, doa dan Berkah Dalem,
Semarang, 21 April 2013
Pada Hari Minggu Panggilan
+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang
Photo credit: Uskup Agung Semarang Mgr. Johannes Pujasumarta bersama anak-anak sekolah (blog pribadi Mgr. Pujasumarta)