Pengantar
Saudara-saudari seiman yang terkasih, semoga kerahiman Allah yang ada dalam Diri Yesus Kristus meresapi kita semua. Kita memasuki lagi masa Pra-Paska, masa pertobatan yang dilaksanakan melalui aneka kegiatan umat beriman.
Tahun ini seluruh Gereja mengadakan Yubileum Kerahiman Ilahi yang mengajak kita untuk memberikan kesaksian tentang kerahiman Allah dan kemurahan hati-Nya untuk semua orang, seperti diteladankan oleh Yesus Kristus. Ada pun Aksi Puasa Pembangunan Nasional 2012-2016 bertema besar: Mewujudkan Hidup Sejahtera. Sedangkan tema nasional khusus 2016: Hidup Pantang Menyerah.
Keuskupan Palangka Raya mengikuti tema tersebut, sehingga diharapkan bahwa melalui macam-macam kegiatan termasuk: doa, pantang, puasa dan derma, kita dapat menyadari panggilan hidup dan tanggungjawab kita dalam mewujudkan hidup sejahtera baik untuk diri sendiri, keluarga maupun masyarakat pada umumnya.
Perlunya kerja keras, pantang menyerah mengusahakan kesejahteraan
Kesejahteraan hidup menjadi tujuan semua orang yang bekerja mencari nafkah sehari-hari. Pekerjaan menjadi bermakna karena mengarah pada tujuan mulia itu. Utamanya bagi orang beriman, kesejahteraan itu meliputi baik segi-segi material-duniawi maupun segi-segi rohani-surgawi.
Orang beriman mengarahkan tujuan hidupnya tak hanya demi hidup sekarang ini, melainkan menjangkau segi masa depan, sesudah kematian dan waktu terjadi kebangkitan badan. Oleh karena itu dalam mengejar tujuan kesejahteraan hidup, orang beriman juga mendasarkan usaha dan cara mencapai tujuannya dengan keutamaan-keutamaan yang berdasarkan iman, harapan dan kasih seperti diajarkan oleh Yesus.
Anugerah Allah yang berupa daya hidup haruslah dimanfaatkan dalam mencapai kesejahteraan dengan menggunakan keutamaan-keutamaan Injil pula. Dari iman yang mendalam akan muncullah sikap-sikap yang cocok untuk menyertai usaha mencapai kesejahteraan itu.
Orang beriman tak kenal menyerah dengan keyakinan bahwa Allah akan senantiasa menyertai dan membantu demi tercapainya hidup bermartabat seperti yang dikehendaki-Nya. Pada masa Prapaska ini perlulah kita renungkan dan kita mempraktekkan beberapa keutamaan-keutamaan berikut:
Daya hidup disertai keutamaan:Tekun, ulet, dan sabar
Untuk mewujudkan hidup sejahtera perlu perjuangan. Kadang berat dan lama sehingga menguras kekuatan dan daya hidup. Lalu bagaimana cara mengatasinya agar tujuan mendapatkan kesejahteraan hidup tetap bisa tercapai? Diperlukan ketekunan, keuletan dan kesabaran.
1. Tekun biasa diartikan sebagai sifat rajin dan bersungguh-sungguh; melakukan semua kegiatan dengan semangat untuk meraih cita-cita yang diinginkannya; dengan serius melakukan setiap aktivitas. St. Paulus memberikan nasehat agar kita berbuat baik (bdk. Rom 2:7); bahkan perjuangan yang kadang menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan itu dapat menimbulkan ketekunan, ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan (bdk. Rom 5:4). Dengan demikian kita berharap: “semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus” (Rom 15:5). Dalam kerukunan hidup itulah kesejahteraan bisa diusahakan bersama.
2. Keuletan umumnya dimaksudkan sebagai kemauan dan usaha keras, tidak mudah putus asa dalam memperjuangkan apa yang dikehendakinya. Usaha untuk mencapai kesejahteraan itu disertai dengan pelbagai kecakapan dan kemampuan yang dimiliki tanpa kenal lelah. Keuletan dan kerja keras menjadi kesatuan yang tak terpisahkan dalam usaha mencapai hidup sejahtera.
3. Kerja keras yang berkelanjutan merupakan usaha maksimal untuk memenuhi keperluan hidup baik jasmani dan rohani disertai sikap optimis. Memang kedua macam kebutuhan hidup harus terpenuhi untuk mendapatkan kesejahteraan hidup sepenuhnya. Perlu proses yang makan waktu untuk mencapai kesejahteraan itu.
Kebutuhan jasmani itu meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal, dan hiburan, sedangkan kebutuhan rohani diantaranya melaksanakan ibadat, mendapatkan pendidikan, dan ilmu pengetahuan. Kerja keras yang menjadi lawan segala kemalasan, merupakan sarana sekaligus syarat untuk mencapai kesejahteraan yang didukung dengan doa kepada Allah yang menjadi sumber segala berkat bagi manusia.
Tidak jarang, sesudah berusaha bekerja untuk hidup sejahtera dalam waktu lama, namun hasilnya belum kelihatan nyata, maka orang menjadi putus asa. Banyak orang menjadi tidak sabar, ingin melihat dan menikmati hasil sebesar-besarnya dan secepatnya. Padahal, kadang memang diperlukan kesabaran dalam proses mencapai hasil yang maksimal.
Nasehat St. Paulus perlu kita renungkan: “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! (Rom 12:12). Segala sesuatu yang dilakukan oleh orang beriman memang haruslah berlandaskan pada pengharapan dan kasih. Oleh karena itu, sekali lagi kata-kata St. Paulus perlu dicamkan: “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong” (I Korintus 13:4).
Pengetrapan keutamaan dalam hidup sehari-hari
Ada kata-kata bijak yang sering kita dengar: “selalu ada jalan bagi mereka yang berkemauan dan berusaha”. Hal ini berlaku untuk orang beriman yang juga mengandalkan Allah dalam segala usahanya. Kadang terasa sepertinya perjuangan itu tiada berkesudahan. Itulah yang kerap melemahkan perjuangan dan usaha yang tak kelihatan hasilnya secara langsung dan cepat.
Makna hidup sejahtera yang sesungguhnya dialami dalam perkembangan pada pelbagai macam situasi dan bidang, seperti: bidang jasmani (material), pendidikan (intelektual), mental (kepribadian), spiritual (rohani, hidup beriman). Terjadi keseimbangan antara bidang pengetahuan dan perasaan, antara hidup rohani dan jasmani, serta antara pengungkapan dan perwujudan iman. Perlu juga ditegaskan bahwa perkembangan dalam mencapai kesejahteraan itu berlangsung tahap demi tahap, dan tidak pernah sekali lagi. Dengan demikian dalam hidup sehari-hari kita perlu mengusahakan bidang demi bidang, tahap demi tahap secara terencana pada masing-masing bidang.
Kongkritnya, baiklah dalam Aksi Puasa Pembangunan ini kita mulai dengan bidang-bidang yang perlu diutamakan dalam mencapai kesejahteraan secara menyeluruh itu.
- Kita usahakan dan menargetkan bidang-bidang yang perlu diprioritaskan, misalnya dimulai dengan bidang sosial-ekonomi, pendidikan, kesehatan, dst.
- Kita laksanakan tahap demi tahap untuk dilaksanakan, misalnya: tahap awal menabung secara rutin, menyimpannya di CU atau dipakai untuk menjalankan usaha meningkatkan perekonomian.
- Bidang pendidikan, misalnya dengan mengusahakan adanya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), atau mengumpulkan dana untuk memberi beasiswa bagi yang membutuhkan.
- Mengevaluasi, apakah usaha-usaha itu bisa berjalan, atau ada hambatan yang menyebabkan rasa putus asa dan mengusahakan bagaimana caranya menyemangati dan memulai lagi dengan semangat baru.
Usaha dan program serta pelaksanaannya bisa saja dimulai dari perorangan, secara pribadi, atau seluruh keluarga, lingkungan, stasi atau seluruh paroki. Apabila kita betul mau kerja keras dan mempraktekkan keutamaan ketekunan, keuletan dan kesabaran, serta berjuang tanpa menyerah, kita yakin kesejahteraan bersama akan bisa dicapai. Tuhan memberkati segala usaha dan niat baik kita.
Peraturan Pantang dan Puasa dalam Gereja Katolik
- Waktu/masa puasa: hari Rabu Abu, 10 Februari – Jumat Agung 25 Maret 2016. Sedangkan kewajiban untuk pantang adalah hari-hari Jumat lainnya selama masa Pra-Paska.
- Maksud dan arti pantang: tidak makan daging, atau makanan lain (jajanan) yang bisa ditentukan secara pribadi atau bersama (dalam keluarga, komunitas biara), atau mengurangi gula atau garam atau tidak merokok. Diwajibkan untuk yang berusia 14 tahun ke atas.
- Maksud dan arti puasa: mengurangi porsi makan dan hanya makan kenyang satu kali sehari. Puasa ini berlaku untuk orang yang genap berusia 18 tahun sampai umur 60 tahun.
- Hasil Aksi Puasa Pembangunan (APP) seluruhnya disetorkan ke Keuskupan: 70% akan diteruskan untuk karya Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) di Keuskupan dan 30% akan disetorkan ke Dana Solidaritas Antar Keuskupan (DSAK) di KWI.
Palangka Raya,
25 Januari 2016
Pesta Bertobatnya St. Paulus
+ Mgr. A.M.Sutrisnaatmaka MSF
Uskup Palangka Raya, Kalimantan Tengah