Surat Gembala Prapaska untuk Umat Keuskupan Surabaya

0
2,295 views
Uskup Keuskupan Surabaya Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono.

No. 20/G.111/II/2016

Saudara-saudari, Umat Allah yang terkasih,

Tradisi Gereja Katolik, sejak abad ke-4, berdasarkan Kitab Suci, menetapkan 40 hari masa puasa sebagai wujud pertobatan batin untuk mempersiapkan diri merayakan Sengsara, Wafat dan Kebangkitan Tuhan. Masa tersebut kita mulai Rabu Abu yang kita rayakan besok Rabu, 10 Februari 2016 hingga menjelang Perjamuan Tuhan di Kamis Putih, 24 Maret 2016.

Dalam Kitab Suci diceritakan: selama 40 hari Musa berada di puncak Sinai, selama 40 hari Nabi Elia berjalan menuju gunung Allah yang suci, seluruh penduduk kota Ninive berpuasa selama 40 hari, selama 40 tahun bangsa terpilih keluar dari perbudakan Mesir menuju tanah terjanji, dan selama 40 hari Tuhan Yesus berpuasa di padang gurun.

Masa Prapaska tahun ini sungguh istimewa karena kita jalani bersamaan dengan Yubelium Luar Biasa Kerahiman Allah. Bacaan Injil hari ini menggambarkan proses istimewa Simon Petrus yang mengalami Kerahiman Allah. Ikan dalam kisah tersebut dapat kita hayati sebagai kasih karunia kerahiman Allah.

Setelah sepanjang malam bekerja keras dan tidak menangkap satu ikan pun, namun setelah mengikuti apa diperintahkan Tuhan supaya bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala untuk menangkap ikan, akhirnya mereka mengalami kerahiman Allah hingga jala mereka mulai koyak. Cara pandang dan cara kerja yang lama terkoyakkan oleh melimpahnya kerahiman Ilahi. Dari keputusasaan berubah menjadi kerendahan hati dan hidup penuh ketakjuban akan kerahiman Ilahi.

Dalam bacaan kedua, Rasul Paulus juga mengalami kerahiman itu dengan mengatakan, “Berkat kasih karunia Allah, aku menjadi sebagaimana aku sekarang dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidaklah sia-sia.” Nabi Yesaya mengungkapkan pengalaman yang sama dengan berseru, “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh dengan kemuliaan-Nya.”

Pengalaman iman akan kerahiman Allah tersebut juga ditawarkan kepada kita dan juga diharapkan menjadi proses kita masuk ke dalam misteri Kerahiman Allah selama masa Prapaska hingga Perayaan Paska.

Pada perayaan Rabu Abu nanti, kita semua ditandai dengan abu di dahi yang menandakan pertobatan terbuka dan bersama-sama di hadapan Allah dan Gereja untuk memulai perjalanan rohani sebagai seorang pendosa kepada pemurnian jiwa. Imam pada waktu itu mengutip Firman, “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil !” Inilah seruan yang menyatakan bahwa pertobatan merupakan bagian hakiki dalam pewartaan Kerajaan Allah. Gereja terus-menerus menjalankan pertobatan dan pembaharuan. Maka marilah kita membuka diri bagi Tuhan yang hendak membersihkan dosa-dosa dan menguduskan kita.

Tindakan pertobatan ini adalah tindakan Gereja, bukan sekedar tindakan individual. Isilah masa Prapaska ini dengan lebih tekun bersama-sama mendengarkan dan merenungkan Sabda Tuhan, lebih rajin berdoa, datang kepada Imam untuk mengaku dosa, berpantang dan berpuasa serta meningkatkan karya amal kasih terhadap mereka yang berkekurangan dan menderita.

Gerakan pertobatan pertama-tama adalah pertobatan batin, yakni sikap hati mengarahkan langkah kepada Allah. Sikap ini disertai dengan rasa rindu yang mendalam, menata kembali seluruh kehidupan, lalu mewujud dalam tanda-tanda kelihatan dalam puasa, matiraga dan karya-karya pertobatan yang biasa kita namai Aksi Puasa Pembangunan (APP).

Tema APP tahun ini adalah: “Hidup Pantang Menyerah: Tekun, Ulet dan Sabar”.

Dengan tema ini kita sebagai Gereja diharapkan membangun dan mewujudkan hidup berkelimpahan dengan:

  1. Menghargai dan menghormati kerja sebagai anugerah yang berasal dan bersumber dari kasih Allah melalui: ketekunan, keuletan dan kesabaran dalam menghadapi tantangan hidup.
  2. Menggali dan menemukan daya kehidupan yang bersumber dari Kerahiman Allah untuk menjadi landasan hidup dalam mencapai kesejahteraan hidup lahir dan batin.

Pada tahun 2016 ini, Gereja Keuskupan Surabaya mencanangkan sebagai Tahun Anak dan Komunikasi Sosial. Hendaklah semangat pertobatan, penghayatan atas kerahiman Allah, daya juang hidup yang pantang menyerah, tekun, ulet dan sabar sudah ditanamkan dalam setiap pembinaan dan pendampingan iman anak, baik di sekolah-sekolah Katolik, di Bina Iman Anak Katolik (BIAK) maupun dalam keluarga di rumah.

Di era media komunikasi yang semakin canggih ini, hendaklah kita juga semakin cerdas dalam menggunakan alat komunikasi serta media sosial sebagai saluran pewartaan Kerahiman Allah dan pertobatan bagi sesama dan masyarakat.

Semoga dalam masa Prapaska ini, Tuhan memberkati pertobatan kita semua sehingga kita bersama Santo Petrus berani meninggalkan segala sesuatu yang buruk dan mengikuti Kristus. Marilah kita taburkan buah-buah pertobatan sehingga semua orang mengalami kerahiman Allah melalui kebangkitan hidup baru bersama Tuhan yang bangkit. Selamat memasuki masa Prapaskah, Tuhan memberkati Anda sekalian.

Surabaya, 2 Februari 2016

Vincentius Sutikno Wisaksono
Uskup Surabaya

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here