Surga dan Neraka Ternyata Sama Saja

1
4,136 views

 

[media-credit name=”Google.fr” align=”alignleft” width=”150″][/media-credit] 

KONON, surga dan neraka itu sama. Masing-masing terdiri dari sebuah meja makan panjang dengan berlimpah makanan, namun hanya ada satu sendok panjang. Kendati infrastruktur surga dan neraka sama saja, ada satu hal penting yang membedakan.

Di neraka, orang-orang di sekitar meja makan saling berebut sendok itu, akibatnya orang malah kelaparan kendati berlimpah makanan. Di surga, orang saling melayani, satu memegang sendok untuk menyuap makanan ke orang sebelahnya, sampai semua orang merasa kenyang.

Masing-masing agama mempunyai gambaran tentang surga dan neraka. Namun saya lebih terkesan dengan ilustrasi di atas karena konsep surga dan neraka “lebih realistis”.

Bahkan, tak mustahil saya menemukan surga dan neraka itu? Mau contoh? Pengalaman tiga hari ini berturut-turut memberikan saya gambaran: apakah neraka itu.

Dunia “surga-neraka” paling riil

Hari Minggu, di Cijantung Mall, beberapa waktu lalu saya dan keluarga makan di sebuah restoran cepat saji. Setelah memesan makanan, saya dan anak saya mencari tempat duduk. Tak saya duga sebelumnya, tempat duduk penuh semuanya. Saya melihat ada seorang ibu sedang asyik BBM-an, namun di mejanya sudah kosong. Dia sudah selesai, tapi tampaknya hanya “numpang” duduk saja.

Mungkin begitu asyiknya, dia tidak peduli terhadap pengunjung lain yang “lebih membutuhkan” tempat duduk. Saya hanya berpikir: jika setiap orang terlalu asyik dengan dirinya dan tidak peduli pada orang lain, itulah situasi neraka.

Hari Senin, awal puasa, orang pada berebut untuk sampai rumah agar bisa buka puasa perdana bersama keluarga. Situasi jalan di Pertigaan Simatupang ke arah Cijantung, kacau balau. Karena lalu lintas padat, para pengendara sepeda motor mengambil jalur yang berlawanan. Orang pada berebut di pertigaan. Akibatnya lalu lintas semakin semrawut. Dan setiap orang tidak “mendapat apa-apa” karena jalan seperti lingkaran setan, tidak ada yang mau mengalah.

Hari Selasa, di Kuningan, di tengah-tengah padatnya kendaraan, sebuah “voorijder” nguing nguing mengawal sebuah mobil mercedez keluaran terbaru yang pasti milik “orang kaya”. Dilihat dari plat nomornya bukanlah pejabat negara, tapi di balik kaca hitam mobil itu pastilah orang kaya.

Semua kendaraan yang berjalan seiringan dengan mobil ini diminta  keluar dari kemacetan dan segera minggir dari lintasan. Saya yakin, semua orang pada menggerutu. Saya hanya berpikir,  jika setiap orang “tidak mau kalah”, seperti pemilik Mercedez mewah ini, situasinya persis seperti neraka sebagaimana digambarkan di atas.

Dalam Latihan Rohani, Santo Ignatius Loyola mengatakan bahwa orang hendaknya bisa melepaskan diri dari self love, self will, dan self interest. Kiranya beliau mau menegaskan bahwa mereka yang tidak bisa melepaskan diri dari tiga hal di atas merupakan kandidat utama untuk masuk ke meja makan panjang neraka, berkelimpahan makanan tapi tetap lapar.

Mispan Indarjo, bekerja di badan internasional di Jakarta.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here