INI jeritan riil di Pulau Nias. Ini sudah memasuki hari ke-6, dimana kami penduduk Pulau Nias di Provinsi Sumatra Utara hidup tanpa listrik dari PLN.
Malam hari menjadi gelap gulita. Siang-malam hidup menjadi susah, karena ketiadaan air. Ini sudah mulai memasuki musim kemarau, hawa terasa panas, pengin mandi tidak ada air. Mau mandi di sungai, jaraknya cukup jauh.
Betul kami hidup di Pulau Nias sungguh menderita karena tidak ada listrik dari PLN dan susah mendapatkan air di pompa air.
Di toko tempat penjualan mesin genset, mereka yang punya uang bisa membelinya. Namun yang tidak punya, hanya merasa ngilu mendengarkan deru mesin genset. Untuk menghidupkan mesin genset ini, mereka butuh BBM. Berarti biaya hidup lebih banyak lagi.
Panti asuhan
Kami mengelola sebuah panti asuhan dengan jumlah anak asuh 75; mulai anak-anak hingga sampai umur sekolah SMA. Plus tambah karyawan dan pasien yang kami rawat maka kami bertujuh sungguh kewalahan.
Kain-kain harus kami bawa ke sungai untuk bisa dicuci. Beli air satu tengki harus bayar Rp 150 ribu. Beli bensin setiap kali pakai dalam sehari harus keluarkan uang Rp 300 ribu.
Mau membeli ikan banyak, takut menjadi busuk karena tidak ada es batu. Di pasar, harga ikan menjadi sangat murah.
Kami tidak tahu berapa lama lagi kami hidup menderita, karena tidak ada listrik suplai dari PLN di Pulau Nias. Banyak orang mengeluhkan biaya hidup makin tinggi, sementara hasil petani makin jeblok karena harga karet per 1 kg hanya Rp 5.000,00.
Mungkin yang mampu bertahan hidup, hanyalah para pegawai negeri karena mereka bisa terima gaji setiap bulan.
Mohon doa supaya bisa listrik PLN masuk lagi ke Pulau Nias. Tapi, siapa juga yang mau membantu kami, dengan senang hati kami terima.
Salam dari saya
Sr. Klara Duha OSF
Pengelola Panti Asuhan Faomasi di Gunung Sitoli, Nias, Sumut
Tautan: www.faomasiklaraosf.wordpress.com
Kredit foto: Ist
Semoga ada perhatian dari semua pihak