MINGGU IV Paskah dikenal juga dengan Minggu Doa Panggilan, Komisi Panggilan Keuskupan Malang mengundang berbagai Kongregasi, Ordo -semua tarekat religius- yang berkarya di Keuskupan Malang dalam acara bertema “Hidup Membiara. Siapa Takut?”
Boleh dikatakan bahwa para perwakilaan tarekat religius mempromosikan panggilan di hadapan para remaja dan orang muda Katolik dari berbagai paroki se Dekenat Malang Kota yang hadir di Gedung Pusat Pastoral Widya Bhakti Malang, Sabtu sore 7 Mei 2022.
Esok pagi pada hari Minggu 8 Mei 2022, mereka juga diundang kembali untuk mengikuti misa yang dipersembahkan Bapak Uskup Keuskupan Malang Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm di Gereja Katedral Malang.
Salah satu kongregasi yang hadir adalah Kongregasi Suster Santo Augustinus dari Kerahiman Allah (OSA) Keuskupan Ketapang.
“Suster OSA masuk Keuskupan Malang secara resmi pada tanggal 17 Agustus 1969 untuk menyelenggarakan rumah sakit yang sebelumnya diurus oleh Suster Misericordia. Pada saat itu, mereka kemudian juga mengurus dan memikul tanggung jawab keuangan TK, SD dan SMP yang ada”.
Mulai tahun 1969
Demikian kutipan menurut Romo Antonius Denny Firmanto PR dalam buku Gereja Keuskupan Malang Dalam Perjalanan Sejarah (2022).
Berita ini diperjelas oleh Mathias Hariyadi dan Royani Ping dalam buku Jalan Berlumpur, Sungai Beriam: OSA Membangun Ketapang, halaman 596:
“Setelah mengadakan pembicaraan berulang kali tentang ‘proyek’ karya kesehatan di Tumpang, maka tanggal 17 Agustus 1969 menjadi hari bersejarah bagi Kongregasi karena Komunitas Tumpang resmi terbentuk”.
“Empat suster yang mengawali kisah karya kesehatan di Tumpang adalah Sr. Wulfrana Smit OSA, Sr. Luca Ruigrok OSA, Sr. Theresia Tembaga OSA, dan Sr. Vincentia OSA. Tentu saja, ketika mereka datang pertama kali lagi-lagi ‘biara’ Tumpang belum siap menerima penghuni”.
“Tanggal 2 Februari 1971 menjadi hari bersejarah bagi Kongregasi OSA, karena Balai Pengobatan Sumber Sentosa Tumpang diberkati oleh Mgr. Albers O.Carm dan kemudian diresmikan kegiatan operasionalnya oleh pejabat Dinas Kesehatan Malang”.
Menurut penuturan Sr. Fanda OSA, “Pada 18 September 1997 Balai Pengobatan Sumber Sentosa beralih status menjadi Rumah Sakit Sumber Sentosa hingga sekarang”.
Rumah Sakit Sumber Sentosa Tumpang sudah dapat menyediakan empat pelayanan dasar, dan sudah terakreditasi, sekarang ini sedang menyiapkan Akreditasi Paripurna.
Pada saat ini ada empat Suster OSA yang berkarya yaitu:
- Sr. Clara OSA mewakili Kepala Yayasan.
- Sr. Johana OSA sebagai perawat.
- Sr. Fanda OSA bertugas pada rekam medik.
- Sr. Andrea OSA bertugas pada sanitasi dan lingkungan.
Para suster OSA tinggal di biara yang ada di belakang Rumah Sakit Sumber Sentosa Tumpang Malang.
Pasien yang datang ke rumah sakit kebanyakan juga warga masyarakat dari Kecamatan Tumpang dan Kecamatan Poncokusumo; pernah juga datang pasien dari sekitar Ranu Pane di kaki Gunung Semeru.
Seringkali dijumpai pasien yang berobat dan rawat inap yang seharusnya perlu tindakan lanjut dan dirujuk ke rumah sakit di Kota Malang tidak bersedia dirujuk, karena sudah merasa senang-cocok dengan perawatan oleh paramedis yang ada dan para suster OSA. Dan mereka pulang dalam keadaan sembuh.
Mereka para pasien juga masih sering menyebut Rumah Sakit Sumber Sentosa dengan ‘Rumah Sakit Londo’ karena menurut cerita, dulu ada Pastor Paroki Tumpang keturunan Eropa yang sering mengunjungi pasien di rumah sakit. Cerita seperti itu terus melegenda hingga sekarang.
“Pasien yang datang ke rumah sakit untuk berobat atau untuk mendapatkan perawatan tidak pernah ditolak, kalau ada pasien yang tidak mempunyai Kartu BPJS Kesehatan atau sudah beberapa bulan belum bayar iuran BPJS tetap diterima dilayani dan dirawat sampai sembuh.
Juga serta dibantu pengurusannya Kartu BPJS sampai di Kantor BPJS di Kota Malang” imbuh Suster Fanda OSA yang juga diamini oleh Sr. Johana OSA.
Berkarya membantu Paroki Tumpang
Para Suster OSA juga membantu berbagai pelayanan di Paroki Tumpang, antara lain di bidang liturgi, pewartaan sebagai tenaga katekis.
Contoh pada saat ini menjelang Pertemuan Keluarga se Dunia ke-X di Roma atau yang lebih dikenal dengan WMOF-X, Sr. Fanda OSA yang berkaul kekal pada tahun 2008 di Biara OSA Pusat Ketapang juga membantu menyampaikan bahan katekese “Kasih Keluarga: Panggilan dan Jalan Kekudusan di Paroki maupun di Stasi Jabung.
Ia juga menambahkan, ketika lelah setelah seharian berkarya di rumah sakit akan segera berubah menjadi sukacita ketika hadir di paroki untuk melatih koor paroki yang banyak diikuti oleh umat Paroki.
Keahlian melatih koor didapatnya dari mengikuti kursus-kursus di Pusat Musik Liturgi Yogyakarta.
Suster-suster OSA Biara Tumpang juga terlibat aktif dalam Komisi Panggilan Keuskupan Malang. Setidaknya sudah tiga periode terlibat di dalam kepengurusan, mereka hadir dan mempromosikan hidup membiara dalam acara-acara yang digelar oleh Komisi Panggilan Keuskupan Malang.
Kerjasama dengan Tarekat Putri Karmel
Para Suster Putri Karmel, bila ada yang sakit juga dirawat di RS Sumber Sentosa Tumpang. Namun bila memerlukan perawatan lanjutan akan dirujuk ke Rumah Sakit yang ada di Kota Malang.
Kerjasama ini juga nampak ketika pandemi Covid-19 memuncak pada bulan Juni-Juli 2021, para Suster Putri Karmel membantu mengusahakan berbagai kebutuhan yang diperlukan rumah sakit misalnya: masker, alat pelindung diri untuk paramedis, handscoon, handsanitizer juga logistik harian.
Sungguh suatu kerja sama baik dan sangat mulia antar biara yang disemangati pelayanan dan kasih Tuhan.