Suster OSA Membangun Asa: Kegembiraan Pecah di Biara Induk OSA Ketapang, Kaul Kekal Tiga Suster Dayak (1)

0
609 views
Tiga suster junior OSA yang di tahun 1961 mengucapkan kaul kekalnya dalam Kongregasi OSA. (Dok OSA/Repro MH)


SETELAH karya kesehatan, rupanya karya pendidikan dan rumah asrama sudah menjadi semacam ikon penting dalam sejarah karya yang selalu diampu oleh para Suster Kongregasi St. Augustinus dari Kerahiman Allah (OSA).

Tiga jenis karya kerasulan para suster St. Augustinessen itu terjadi:

  • Mula-mulai di Biara Dendermonde di Oost Vlaanderen, Belgia –wilayah negeri yang penduduknya berbahasa Belanda (sementara wilayah permukiman Belgia yang berbahasa Perancis sering disebut Wallonie).
  • Lalu berlanjut di Biara Mariënheuvel, mula-mula di Delft namun tetap masih berlanjut di Heemstede, Negeri Belanda.
  • Barulah kemudian juga ikut dirintis terjadi di Biara Induk OSA, baik di Ketapang dan di kemudian hari juga di Tumbang Titi; semuanya di Provinsi Kalbar.

Terutama dari para penghuni asrama yang tinggal tidak jauh dari Biara Susteran OSA –baik di Ketapang dan Tumbang Titi— itulah, benih-benih panggilan akan hidup religius sebagai biarawati OSA itu muncul.

Agnes adalah satu dari sekian anak-anak pribumi Dayak yang menjadi penghuni generasi pertama di Asrama Susteran OSA di Ketapang yang mulai dibuka tahun 1954.

Ia sendiri tidak pernah masuk biara. Namun, dari rahimnya ada dua anak kandungnya yang akhirnya benar-benar berhasil menjadi suster biarawati OSA.

Kedua anak kandung almarhum Ny. Agnes yang telah menjadi suster OSA itu adalah Sr. Agnes Anastasia OSA (alm.) dan Sr. Sesilia OSA.

Empat Novis OSA generasi pertama

Sr. Wulfrana OSA dan Sr. Clementina OSA –keduanya sudah senior—meninggalkan Nederland untuk menjalani hidup sebagai suster misionaris di Indonesia dan mereka berhasil tiba di Ketapang tahun 1953.

Sr. Wufrana langsung didapuk menjadi Pemimpin Biara. Sedangkan, Sr. Clementina mulai merintis berdirinya sekolah keterampilan kepandaian puteri (SKK), juga asrama, dan di kemudian hari juga Novisiat OSA.

Ada empat orang gadis Dayak yang di tahunn 1954 itu mulai memberanikan diri masuk menjadi anggota Kongregasi OSA. Mereka itu mula-mula menjadi Aspiran, lalu kemudian Postulan, dan akhirnya menjadi Novis OSA.

Keempat gadis lokal Dayak dari beberapa daerah di seluruh wilayah Ketapang itu adalah:

  • Makarina Tembaga dari Menyumbung yang di kemudian hari memilih nama biaranya sebagai Sr. Theresia OSA (kini berumur 81 tahun).
  • Maria Angela Enjol dari Randau menjadi Sr. Augustina OSA.
  • Julia Joka dari Randau menjadi Sr. Agnes OSA.
  • Florentina Dondot dari Sedukan menjadi Sr. Albertina OSA dan sudah meninggal dunia.

Mengucapkan kaul

Kegembiraan yang amat mendalam itu akhirnya pecah di Ketapang di bulan Agustus 1961.

Setelah melewati masa pendidikan awal dan pembinaan sebagai calon suster OSA (sebagai Aspiran, Postulan dan kemudian Novis) sejak tahun 1954, maka di tahun 1961 kegembiraan itu terjadi di Biara Induk OSA di Ketapang.

Luapan kebahagiaan itu tertuang kemudian dalam liturgi Perayaan Ekaristi sederhana juga di Kapel Biara Induk OSA Ketapang.

Para suster muda pribumi yang bergabung masuk menjadi OSA. (Dok OSA/Repro MH)

Pada tanggal 28 Agustus 1961 dan bertempat di Kapel Biara OSA, Vikaris Apostolik Keuskupan Ketapang Mgr. Gabriel Wilhemus Sillekens CP menerima pernyataan kaul kekal tiga orang suster OSA pribumi generasi pertama yakni Sr. Theresia Tembaga OSA, Sr. Augustina OSA, dan Sr. Agnes OSA.

Ketiga suster muda itu “menjatuhkan tubuhnya” di depan altar dan segera berposisi menelungkup di depan Mgr. Sillekens CP, saat mulai didaraskan doa Litani Para Kudus.

Tiga suster yunior OSA menelungkup di hadapan uskup sebelum akhirnya mengucapkan kaul-kaul religiusnya secara kekal. (Dok OSA/Repro MH)
Para calon suster OSA angkatan satu dan dua dari masyarakat pribumi di Ketapang saat mulai menjalani pembinaan sebagai Postulan dan Novis kurun waktu tahun 1958-1959 di Ketapang. (Dok OSA/Repro MH)

Di akhir doa panjang memohon rahmat dan kekuatan ilahi dari Tuhan melalui perantaraan para Kudus itu, ketiga suster junior OSA itu akhirnya mengucapkan kaul kekalnya sebagai suster OSA.

Ikut menjadi saksi penerimaan itu adalah Pemimpin Kongregasi OSA Ketapang Sr. Wulfrana OSA dan segenap suster OSA.

Ketiga suster pengikrar kaul pertama itu lalu menerima cincin pengikat dari Sr. Wulfrana OSA.

Pada hari yang sama pula, Sr. Wulfrana OSA resmi menerima dua Novis baru yakni Sr. Lidwina dan Sr. Margaretha. Sementara, Sr. Vincentia dan Sr. Hilaria diterima menjadi Postulan.

Sedangkan, Sr. Nicolaus Sina OSA dan Sr. Frederika OSA pada hari yang sama diperkenankan mengucapkan kaul sementara dalam Kongregasi OSA.

Berikut ini rekaman gambar peristiwa tentang sejarah luapan kegembiraan itu. (Berlanjut)

Para suster OSA dari kalangan Bumi Putera. (Dok OSA/Repro MH)

Wajah-wajah ceria para suster OSA pribumi.
Empat orang generasi pertama novis OSA.
Suster-suster pribumi OSA bersama para pembinanya. (Dok OSA/Repro MH)
Ceria bersama dengan sesama teman suster angkatan dan pembina mereka. (Dok OSA/Repro MH)
Wajah-wajah ceria para suster OSA dari kelompok Bumi Putera. (Dok OSA/Repro MH)
Sr. Frederika dan Sr. Nicolaus Sina bersama Sr. Clementina OSA.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here