Suster OSA Membangun Asa: Merawat Relasi, Mengajari Penghuni Asrama Tertib, dan Disiplin Diri (3)

0
300 views
Ilustrasi: Suster OSA misionaris dari Belanda tidak hanya tetap aktif menjalin relasi emosional dengan "keluarga induk" di Nederland, tetapi juga dengan anggota masyarakat di Ketapang dan Tumbang Titi. (Dok OSA/Repro MH)

ZAMAN dahulu itu, rajin menjalin hubungan baik dengan keluarga para suster misionaris OSA yang tinggal di Nederland merupakan  sesuatu hal yang sangat penting. Tidak hanya karena melulu urusan “ikatan batin” sebagai sesama anggota keluarga, namun hubungan batin itu pada gilirannya juga melahirkan beberapa kemudahan dan mengalirnya bantuan.

Tidak banyak. Namun dalam kilasan sejarah, menjadi jelas bahwa jalinan ikatan batin dengan “keluarga induk” dari anggota keluarga masing-masing suster misionaris OSA di Nederland itu telah ikut berperan membangun prakarsa bersama untuk bisa merintis karya kerasulan mandiri.

Sukacita keluarga

Anggota keluarga itu kadang datang dari Negeri Belanda menjenguk sanak-saudarinya para suster OSA yang telah menjadi misionaris di Ketapang.

Suster OSA dengan riang suka hati mengendara sepeda motor model DKW untuk berkeliling kampung. (Dok OSA/Repro MH)

Inilah sebuah dunia keseharian yang amat berbeda.

Namun, hal itu tentu saja malah menjadi daya tarik tersendiri bagi anggota keluarga para suster OSA dari Negeri Belanda itu, ketika mereka tiba di Ketapang. Yakni, sebuah kawasan negeri tropis yang tidak jauh dari garis khatulistiwa yang tiada hari tanpa merasa kepanasan oleh terik sinar matahari.

Beberapa dokumentasi foto arsip Kongregasi OSA jelas menunjukkan atmosfir keceriaan tersebut.

Senangnya hati mendapat kunjungan anggota keluarga dari Belanda yang rela datang dari jauh ke Ketapang, Kalbar. (Dok OSA/Repro MH)

Bina diri agar hidup tertib dan disiplin

Pada saat yang sama, para suster OSA itu juga serius mendidik, membina, dan mengajari anak-anak asrama untuk membiasakan diri hidup baik, teratur, dan tertib.

Di asrama, mereka diajari hidup sederhana, berlatih diri bertanggungjawab, dan menjalani tugas dan kewajiban dengan disiplin dan tertib.

Anak-anak penghuni Asrama Susteran OSA di Ketapang dilatih hidup tertib dalam bingkai kerja bareng bersama para suster dan pastor-bruder Passionis. (Dok OSA/Repro MH)
Para suster OSA melatih anak-anak penghuni asrama keterampilan menjahit dan berkebun. (Dok OSA/Repro MH)
Tetap berjubah, para suster OSA pembina Novis mengajak remaja binaannya belajar berkebun dan berternak. (Dok OSA/Repro MH)
Anak-anak asrama didikan para suster OSA di Ketapang dilatih baris-berbaris dan kepanduan. (Dok OSA/Repro MH)
Suster OSA pembina melatih keterampilan bermain instrumen musik kepada para Novis dan Postulan OSA.

Di sekolah, mereka dididik soal kepanduan, diajari disiplin dalam bertugas dan studi.

Selain kepandaian keterampilan khas anak-anak remaja puteri seperti menjahit dan menyulam, para suster OSA juga “terjun ke pasar”. Dengan jubahnya dan tudung kepalanya yang model “kap becak” itu, para suster misionaris dari Belanda ini mengajari anak-anak asrama berkebun dan mengolah tanah agar menjadi lahan produktif.

Di kelas dan Postulat-Novisiat, para suster OSA itu mengajar anak-anak asrama dan para suster muda calon OSA bisa bermain musik. Salah satunya adalah cara memainkan instrumen seruling dan harmonika. (Berlanjut)

OSA dan para gadis didikan di asrama.
OSA mendidik anak-anak Tumbang Titi di asrama.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here