Syukur atas Tuntunan dalam Kesempitan Hidup

0
432 views
Ilustrasi - Jangan lupa bersyukur. (Ist)

Rabu, 22 Desember 2021

1Sam.1:24-28
Mzm. 1Sam.2:1.4-5.6-7.8abcd; Luk.1:46-56

UNGKAPAN syukur bisa diwujudkan dalam banyak cara. Bisa melalui sebuah persembahan materi namun juga bisa melalui ekspresi.

Banyak alasan orang mengucap syukur. Syukur karena terlepas dari bahaya maut atas kecelakaan yang dialami, syukur karena lulus ujian sekolah.

Syukur karena sembuh dari penyakit, syukur berhasil dalam pekerjaan dan lain sebagainya.

“Jika saya tidak menikah dengan isteriku ini, saya tidak tahu apakah keluargaku mampu bertahan dalam menghadapi pandemi ini,” kata seorang bapak.

“Isteriku adalah perempuan yang tabah dan ulet hingga dia bisa menjadi penyemangatku, pendungkungku,” lanjutnya.

“Ketika saya di PHK karena dampak pandemi, dialah yang menyambung hidup kami dengan jualan pecel,” katanya.

“Kita harus bisa menggunakan uang pesangon ini untuk menyambung hidup kita,” kata isteriku waktu saya serahkan uang pesangon dari kantorku.

“Saya bisa masak, tetapi untuk sementara ini kita jualan yang bisa terjangkau oleh warga sekitar,” lanjutnya.

“Mama jualan pecel saja, karena pecel masakan mama enak dan bumbunya sangat khas. Orang pasti suka,” kata anakku yang sulung.

“Nanti kita bisa beli sayur langsung dari petani; bahkan kita bisa menanam sendiri kangkung dan bayamnya,” kata adiknya.

“Iya saya setuju, nanti bapak bisa bantu goreng tempe dan bakwan,” kata isteriku.

“Rasa sedihku hilang saat saya melihat isteri dan anak-anakku semangat menjawab permasalahan akibat saya di PHK dan pandemi yang masih menakutkan,” kata bapak itu.

“Hatiku bersyukur pada Tuhan yang berkenan membuka jalan di saat kami mengalami kebuntuan,” lanjutnya.

“Dia memperhatikan kami hamba-Nya yang rendah dan lemah ini,” ujarnya.

Dalam.bacaan Injil kita dengar demikian.

Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku.”

Kita dapat bersukacita bersama Maria atas kebaikan Tuhan yang telah kita terima.

Kebaikan itu bukan untuk kesenangan kita sendiri. Kita punya tugas agar kasih Allah itu dialami secara nyata oleh orang-orang miskin, lemah, terbuang dan berdosa yang ada di sekitar kita. 

Bersama Maria kita sadari kerendahan atau sisi lemah diri kita.

Kita perlu memeluk erat kelamahan hidup ini, karena justru di sanalah Tuhan akan memperlihatkan kuasa-Nya secara menakjubkan.

Kelemahan kita akan diarahkan secara baru oleh rahmat Tuhan sehingga menjadi kekuatan kita.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku bisa bersyukur atas apa yang terjadi dalam hidupku saat ini?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here