Bacaan 1: Kej 19:15-29
Injil: Mat 8:23-27
Dalam industri kelas berat terutama Pertambangan, aturan “Keselamatan Kerja” wajib untuk dipatuhi agar tidak terjadi kecelakaan.
Data menunjukkan bahwa 80% kecelakaan kerja diakibatkan oleh faktor manusia (ketidakpatuhan). Ada slogan unik,
*“Lebih baik berhati-hati berulang kali daripada sekali ceroboh tapi terbunuh.”*
Mungkin bagi sebagian pekerja, aturan keselamatan kerja itu hanya buang-buang waktu saja. Kelalaian terhadap sikap disiplin dan patuh pada aturan bisa berdampak negatif pada diri sendiri maupun orang lain yang pada akhirnya malah kontra produktif.
Oleh kebejatan perilaku orang-orang di Sodom dan Gomorah, Allah berniat menghukum dan menulahi mereka dengan hujan belerang. Tetapi disana ada Lot, anak saudara Abraham.
Tuhan sangat sayang kepada Abraham dan keluarganya, termasuk Lot karena iman dan ketaatannya. Allah berniat menyelamatkan mereka.
Namun tidak demikian dengan istri Lot, oleh ketidaktaatannya (menoleh ke belakang) ia tidak terselamatkan dan menjadi tiang garam.
“Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap.”
Demikian kata dua malaikat Tuhan itu, dan istri Lot tidak taat.
Dalam hal mengikut Tuhan Yesus, iman dan ketataan mutlak diperlukan. Menyerahkan segala sesuatunya dalam semua situasi kepada penyertaan Tuhan Yesus melalui Roh Kudus, bukan mengandalkan pada diri sendiri.
Tuhan Yesus menegur iman para murid yang seolah mengabaikan keberadaan-Nya dalam perahu saat mereka panik diterpa badai di danau Galilea.
“Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?”
Dalam bahtera kehidupan, kadang badai juga sering menerpa. Dalam situasi seperti itu, perlu ketenangan dan tetap patuh dalam iman Tuhan Yesus Kristus. Kuasa Ilahi yang dimiliki-Nya mampu untuk mengatasi segala “badai kehidupan” yang menerpa hidupmu.
Pesan hari ini
Jangan kasih kendor, mari kita belajar dari kisah istri Lot dan para murid Yesus saat diterpa badai di Danau Galilea.
Dalam badai, kepatuhan menjadi sangat diperlukan.
“Kamu harus rela menanggung badai untuk menikmati pelangi yang mengikutinya.”