JAJARAN bunga papan tampak terpasang di sekitar halaman Gereja Katolik St. Yoseph Palembang, Sumatera Selatan. Sejumlah umat silih berganti datang dan segera memasuki gedung gereja. Mereka yang datang tampak mengenakan masker.
Pada hari Jumat (11/9) sore yang lalu, secara istimewa ada peristiwa iman yang boleh dirayakan oleh Gereja yaitu Perayaan Ekaristi Tahbisan tiga Diakon menjadi Imam Diosesan Keuskupan Agung Palembang (KAPal).
Upacara Agung yang digelar di Gereja St. Yoseph ini terasa berbeda dari biasanya. Munculnya pandemi virus Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari enam bulan ini mengharuskan pelaksanaannya mengikuti protokol kesehatan pencegahan penyebaran virus Covid-19.
Para imam, biarawan-biarawati dan seluruh umat yang hadir diwajibkan mengenakan masker, mencuci tangan dan duduk pada tempat yang telah ditentukan oleh panitia.
Jumlah umat yang datang pun dibatasi, jauh dari suasana ramai seperti biasanya ketika Perayaan Tahbisan digelar. Perayaan tahbisan ini pun disiarkan secara live streaming melalui kanal YouTube Komsos KAPal.
Romo Laurentius Rakidi (Pastor Paroki St. Yoseph) dan Romo Petrus Sukino (Ketua UNIO Imam Diosesan KAPal) serta sejumlah imam konselebran lainnya tampak hadir mendampingi Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, Uskup Agung Keuskupan Agung Palembang, yang memimpin Perayaan Tahbisan.
Tema yang diangkat dalam perayaan ini adalah motto tahbisan para diakon, yaitu “Gembalakanlah kawanan domba dengan pengabdian diri (1Petrus 5:2)”.
49 imam diosesan
Dalam homilinya, Bapa Uskup menyampaikan bahwa dengan pentahbisan ketiga Diakon menjadi imam berarti jumlah imam Diosesan di Keuskupan Agung Palembang menjadi 49 imam.
Para imam Diosesan bekerjasama dengan para imam yang berasal dari sejumlah Kongregasi, yaitu MSC, O.Carm, CSsR, OFMCap dan SCJ untuk berkarya melayani umat KAPal yang tersebar di tiga provinsi, yaitu Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.
Bapa uskup menegaskan bahwa dalam perayaan ini para Diakon akan menerima urapan Roh Kudus. Hal ini juga berarti bahwa seluruh umat diajak untuk merenungkan kembali rahmat baptisan yang telah diterima.
Dengan dibaptis berarti umat diurapi oleh Roh Kudus sehingga semua dipersatukan dengan imamat Kristus, bisa mengikuti pelayanan dan perayaan di mana Yesus sebagai imam merayakan kehadirannya di tengah umat-Nya.
Melalui rahmat Imamat, para imam secara istimewa menerima urapan Roh Kudus menjadi gembala melanjutkan karya kegembalaan Yesus Kristus yang melalui kehadiran-Nya ingin membagikan rahasia besar untuk memberikan keselamatan bagi umatNya.
Untuk menjadi gembala umat seorang imam harus mengenal dan memiliki relasi yang dekat dengan Yesus, mewartakan Injil, mau berkorban memberikan diri dalam pelayanan, melepaskan diri dari segala ikatan, tangguh dan mengenal umatnya.
Sehingga kasih kegembalaan itu tampak dalam karya pelayanan para imam. Para imam pun diundang untuk mampu menjaga stabilitas kehidupan bersama di tengah karya pelayanannya sebagai gembala.
Tahbisan tertunda karena covid-19
Menurut informasi yang disampaikan oleh Mgr. Aloysius, sedianya Tahbisan Imam ini dilaksanakan pada tanggal 11 Juni 2020 yang lalu, namun karena pandemi Covid-19 maka rencana itu baru dapat terlaksana pada 11 September 2020 dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Para diakon yang ditahbiskan menjadi imam adalah Diakon Ignasius Wahyudi, Diakon Fransiskus Riyanto dan Diakon Andreas Eko Wahyudianto. Ketiganya mengawali proses pembinaan sebagai calon imam di Seminari Menengah St. Paulus Palembang, Tahun Orientasi Rohani (TOR) St. Markus Sinaksak dan di Seminari Tinggi St. Petrus Pematangsiantar, Sumatera Utara.
Sebelum menerima Tahbisan Imamat para calon imam ini telah terlebih dahulu menerima Tahbisan Diakonat pada 22 Januari 2020 yang lalu di Seminari Menengah St. Paulus Palembang.
Tugas pastoral pertama
Sebelum perayaan usai Bapa uskup berkenan menyampaikan penugasan para imam baru sebagai berikut:
Romo Ignasius Wahyudi yang berasal dari Stasi Trisanto Paroki St. Maria Assumpta Mojosari Belitang ini menjalani masa Diakonat di Gereja Katedral St. Maria Palembang dan akan mengawali tugasnya sebagai imam di Paroki St. Theresia Jambi.
Romo Fransiskus Riyanto yang berasal dari Stasi Air Senda Paroki St. Stefanus Palembang ini menjalani masa diakonat di Unit Pastoral St. Yohanes Maria Vianney Penarik Bengkulu dan akan mengawali tugasnya sebagai imam di tempat yang sama.
Romo Andreas Eko Wahyudianto yang berasal dari Stasi Rantau Makmur Paroki St. Theresia Jambi ini menjalani masa diakonatnya di Paroki Sang Penebus Batuputih Sumatera Selatan dan akan mengawali tugasnya sebagai imam juga di tempat yang sama.