Rabu, 11 Agustus 2021
Ul.34:1-12.
Mat. 18:15-20
KETIKA diambang putus asa, seorang teman mengirimi kata-kata bijak via WA group SMP, “Tuhan benteng hidupku dan gunung pengungsianku.”
Padahal teman ini, setiap kali posting biasanya isinya ngacau. Namun pagi itu dia kirim kalimat tadi dengan kata-kata di bawahnya. “Ingat bro, ada Tuhan yang bisa kita mintai pertolongan,” tulisnya.
“Padahal semalaman, saya tidak bisa tidur. Atau lebih tepatnya berusaha tidak tidur, karena isteriku pendarahan lagi,” kata seorang teman yang berdiri di samping ranjang istrinya yang baru saja melahirkan.
“Selama 24 jam kemarin iman dan kepercayaanku pada Tuhan benar-benar diuji,” katanya.
“Kami sebenarnya ke rumah sakit untuk kontrol kandungan. Bukan untuk proses kelahiran, karena usia bayi dalam kandungan isteriku baru tujuh bulan,” ujarnya.
“Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ada masalah pada bayi dan tembuni-nya hingga kami harus secepatnya dioperasi untuk menyelamatkan bayi dan ibunya,” ujarnya lagi.
“Kami syok. Bahkan isteriku mungkin karena terlalu stres lalu pendarahan. Di situlah saya langsung lemas, menangis karena kandungan yang pertama dulu sudah berusia delapan bulan dan meninggal di dalam kandungan karena isteriku pendarahan,” katanya.
“Saya benar-benar trauma, kesedihan dan kehampaan seakan terbayang di depan mata, semuanya jadi gelap dan menyesakkan,” ujarnya lagi
“Dalam kekalutan itulah, saya sekilas ingat postingan teman di group SMP yang seakan ditujukan untuk saya semata, ingat Tuhan,” katanya.
“Saat itulah saya dengan cepat minta doa keluarga dan teman-teman. Saya sebar ke berbagai group WA yang ada di HP ku dengan permintaan doa untuk keselamatan isteri dan bayiku,” katanya lagi.
“Ketika isteriku masuk ruang operasi, saya tidak henti-hentinya berdoa Bapa Kami, Salam Maria, dan menyebut hati kudus Yesus berulang-ulang. Karena hanya doa itu yang spontan muncul di pikiran, bibir dan hati saya,” ujarnya.
“Tiga jam saya benar-benar takut dan cemas. Saya benar-benar mohon kepada Tuhan untuk keselamatan isteri dan anakku,” kenangnya.
“Puji Tuhan, Tuhan mengabulkan doaku, doa isteriku dan doa semua keluarga dan teman-teman yang bersatu dengan kami dalam doa. Isteriku dan anakku selamat dan sehat. Anakku sekarang di inkubator karena masih perlu perawatan yang intensif,” katanya dengan penuh syukur.
“Saya percaya dalam hidup ini, tidak ada yang kebetulan. Semua sudah direncanakan Tuhan,” katanya.
“Tuhan sudah menentukan dan menuntun kami untuk memeriksakan kandungan kemarin. Jika kami terlambat mungkin kejadiaannya tidak seperti saat ini,” katanya lagi
“Postingan temanku yang tidak biasa, yang menjadi penuntunku dalam mendampingi isteri. Saya kira juga bukan sebuah kebetulan, namun sudah ada dalam rencana Tuhan,” ujarnya lagi.
“Kekuatan doa itu sungguh luar biasa dan dahsyat. Apalagi jika kita lakukan bersama-sama. Inilah yang terjadi ketika saya meminta doa keluarga dan teman-teman,” ujarnya.
Tuhan mengangkat kepedihan hati kami, ketika dokter mengatakan bahwa istri dan anakku selamat dan baik keadaanya.
Kesusahan dan trauma selama ini, disembuhkan oleh Tuhan sendiri dengan karunia kelahiran anak bagi kami.
Tuhan adalah Sang Penyelenggara Ilahi, segalanya ada dalam tangan-Nya.
Apakah aku merasakan kekuatan doa dalam hidup ini?