JAKARTA, SESAWI.net – Kasus pemenggalan kepala patung Bunda Maria di Gua Maria Sendang Pawitra Sinar Surya di Tawangmangu, Solo cukup mengejutkan banyak orang. Maklum, kejadian seperti ini sebelumnya tidak pernah terjadi. Bahkan wilayah yang masuk dalam Paroki Karangnyar ini tidak dikenal sebagai wilayah konflik. “Tidak ada sejarah konflik di wilayah ini,” jelas Romo Yohanes Sunaryadi Pr Pastor Paroki Karanganyar kepada Sesawi.net.
Gua Maria Sendang Pawitra Sinar Surya merupakan tempat ziarah umat Katolik yang lokasinya kurang lebih 2 km dari Pasar Sayur Tawangmangu atau sekitar 3 km ke bawah dari Terminal Parkir Grojogan Sewu Tawangmangu. Masuk di sebuah gang sempit yang nyempil di tepi jalan besar, persis beberapa meter sebelum jalan utama itu menjadi 2 cabang, jalan sebelah kiri menuju arah Mangadeg, tempat pekamanan Pak Harto dan Ibu Tien Soeharto, sementara jalan sebelah kanan menuju Karangpandan.
Sebagai obyek wisata, masyarakat Tawangmangu menurut Romo Sunar dikenal sebagai masyarakat yang terbuka terhadap siapa saja. Jadi, rasa-rasanya kejadian seperti ini tentu saja sangat mengejutkan. Namun, kita tidak bisa berbuat banyak sebelum pihak polisi menyatakan siapa sebenarnya pelakunya.
Kata Romo Sunar, disinyalir ada kelompok orang-orang yang dengan sengaja melakukan tindakan-tindakan perusakan atas situs-situs peziarahan yang menempatkan patung-patung di kompleksnya. “Kata penyidik, modus yang dilakukan ini sama dengan perusakan yang terjadi di situs-situs candi sekitar Tawangmangu beberapa waktu sebelumnya,” jelasnya. Mereka merusak atau memotong kepala patung dan mengobrak-abrik patung yang ada. Tidak tahu apa motivasinya dan siapa mereka ini. Semuanya masih diselidiki.