SEPANJANG pekan ini beredar di jalur maya, informasi atau berita yang kurang akurat dan itu merugikan Gereja, baik umat maupun para pengampu pastoral: para imam. Berita atau informasi yang beredar melalui medsos itu menyebutkan bahwa tabernakel Gereja Katolik St. Andreas Kim Tae Gon di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara itu terbuat dari emas (murni).
Harganya, lagi-lagi menurut berita yang simpang siur dan tidak akurat itu, menyebut angka hampir satu milyar rupiah.
Pertanyaannya, apakah memang semahal itukah harga sebuah tabernakel yang nilainya jauh melebihi bangunan sebuah gereja lain di luar Jakarta?
Menjawab hal itu, Redaksi mencoba menghubungi salah satu pengusaha katolik yang ikut dalam proses pembangunan gereja baru ini. Menurut dia, informasi yang menyebut tabernakel itu terbuat dari emas (murni) dengan kisaran harga sekitaran satu milyar rupiah tidak akurat dan sama sekali tidak benar.
Lazimnya benda-benda logam yang bisa dilapisi emas dengan metode ‘penyemprotan’ dengan verchrom, maka hal sama juga dilakukan terhadap bagian luar seluruh kerangka tabernakel tersebut. Ini kurang lebih persis sama dengan metode penyemprotan ‘berlapiskan emas’ (penyepuhan) pada sibori, patena, dan benda-benda suci lainnya agar memberi kesan bersih dan ‘mewah’.
“Verchrom yang dipakai memang berwarna seperti emas, sehingga tampilan fisiknya menjadi mirip-mirip seperti emas betulan,” kata penggiat PUKAT (Profesional Usahawan Katolik) KAJ ini menjawab Redaksi di jalur komunikasi japri.
Tabernakel itu sumbangan dari umat katolik lokal. “Ada beberapa orang rentengan menyumbang. Materinya tentu dari besi yang kemudian dilapisi ‘emas’ verchrom saja. Hal sama juga terjadi di meja tatakannya juga dilapisi dengan verchrom,” terang bapak pengusaha yang enggan menyebut nama ini.
“Kalau ada orang mencari dimana ada bongkahan emasnya, ya usahanya akan sia-sia karena material itu hanya berlapiskan vercrhom warna keemasan,” ujarnya setengah bercanda.