Tak Perlu Kecewa karena Harta

0
55 views
Ilustrasi: (Ist)

Senin 19 Agustus 2024

Yeh. 24:15-24;
MT Ul. 32:18-19.20.21;
Mat. 19:16-22

MEMPUNYAI harta dan kekayaan yang melimpah bisa dibilang menjadi keinginan setiap orang.

Bahkan, tak sedikit yang beranggapan tolok ukur kesuksesan seseorang dengan memiliki banyak harta. Mungkin hal tersebut yang membuat banyak orang bekerja keras.

Kendaraan, rumah, dan tanah, dan tentu saja uang menjadi barang berharga yang kerap menjadi simbol banyaknya kekayaan seseorang. Untuk itu, banyak orang yang mati-matian dan seolah berlomba-lomba dalam mencari harta.

Kondisi tersebut terkadang membuat orang terlalu fokus mencari harta hingga akhirnya melupakan Tuhan, sang sumber kehidupan ini.

“Untuk kehidupan sehari-hari saja kami masih kurang mengapa harus berbagi dengan orang lain,” itulah yang sering muncul dalam pikiranku ketika ada imbuan atau ajakan dari teman untuk membantu orang lain.

“Hidupku berjalan biasa tidak lebih kaya atau miskin, tanpa menyumbang sesama. Memang ada rasa takut atau kuatir untuk memberi banyak secara finansial kepada Gereja atau sesama yang kekurangan akan keamanan finansial keluargaku di masa depan.

Namun setelah isteriku mengajak saya aktif pelayanan dan tidak pelit dalam berbagi berkat dan kasih kepada sesama, kondisi kehidupan rumah tanggaku yang sebelumnya selalu saya kuatirkan justru menjadi lebih baik, harmonis dan keadaan ekonomi juga membaik.

Dengan berbagi aku tidak menjadi lebih miskin bahkan aku mengalami pengalaman batin yang penuh syukur. Sejak itu, ada dorongan dari dalam hatiku yang biasanya mengharapkan bantuan dari orang lain, kini aku ingin menjadi orang yang membantu orang lain,” ujar bapak itu

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Kata Yesus kepadanya: Jika engkau ingin sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan memperoleh harta di surga; kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”

Pemuda dalam perikop ini, tidak puas hanya dengan hidup yang sementara. Dia mencari sesuatu yang lebih dari sekadar kebahagiaan duniawi, dia mencari hidup kekal. Ini adalah pertanyaan yang sering muncul dalam kehidupan kita, terutama saat kita menghadapi tantangan atau saat kita mencari arti hidup yang lebih dalam.

Meskipun pemuda itu sudah mematuhi perintah-perintah dalam kehidupan beragama namun Yesus menunjukkan bahwa ada satu hal lagi yang harus dia lakukan untuk menjadi sempurna, yaitu melepaskan segala miliknya dan mengikuti Yesus.

Ini menandakan bahwa keselamatan tidak hanya tentang mengikuti hukum, tetapi juga tentang melepaskan diri dari segala sesuatu yang mengikat kita dan mengikuti Kristus sepenuhnya.

Pemuda itu menjadi kecewa karena hartanya banyak dan hatinya terikat pada harta bendanya. Banyak orang saat ini hatinya terikat pada harta benda dan kekayaan seringkali menjadi penghalang.

Harta bisa menjadi penghalang yang membuat kita sulit untuk menyerahkan segala sesuatu demi mengikuti panggilan Tuhan.

Bagaimana dengan diriku?

Sudahkan aku menjadi berkat bagi sesamaku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here