BEBERAPA hari terakhir ini sepanjang pekan lalu telah beredar ‘surat berantai’ di jalur medsos mempersoalkan dan mencemaskan akan beredarnya film dengan titel Corpus Christi yang terjemahannya berarti “Tubuh Kristus”.
Kehebohan ini dipicu oleh sas-sus yang menggambarkan sosok Yesus dan ke-12 orang murid-Nya itu punya kecenderungann seks yang tidak biasa yakni menyukai sesama jenis.
Bukan hal baru
Kehebohan ini sebenarnya bukan hal baru. Tahun-tahun sebelumnya, teks ‘surat berantai’ itu juga pernah muncul di grup milis.
Kini, setelah jalur medsos berjaya di jagad virtual, maka kehebohan yang sama kembali terbit atau malahan sengaja dimunculkan lagi oleh mereka yang suka menikmati sensasi tanpa dasar.
Padahal, sejatinya “film” Corpus Christi itu tidak pernah ada. Kalau pun saja pernah ada “film”-nya, maka “film” itu tidak lain hanyalah rekaman visual dokumentasi atas pertunjukan drama tersebut.
Judul film dokumenter hasil syuting pertunjukan dan reaksi penonton itu adalah Corpus Christi: Playing with Redemption produksi tahun 2011 dan pernah ditayangkan di Atlanta Film Festival tanggal 7 Mei 2011.
Pembaca harus ingat bahwa naskah drama, pertunjukan, dan film dokumentasi itu dibuat di Amerika yang mengagung-agungkan demokrasi dan menjunjung tinggi hak kebebasan pendapat.
Naskah drama produksi tahun 1969
Corpus Christi sebenarnya hanyalah judul sebuah naskah pertunjukan drama hasil besutan penulis Terrence McNally di tahun 1969. McNally memanglah seorang penulis naskah beken dan berhasil memenangkan hadiah prestisius: Pulitzer.
Pada naskah drama itu, McNally memang berkisah tentang Yesus dan para murid-Nya namun dengan perspektif nyleneh yakni dengan sengaja telah menggambarkan kecenderungan seksual mereka terhadap sesama jenis demi sebuah sensasi pertunjukan.
Naskah drama yang diadaptasi dari skenario produksi tahun 1969 karya McNally itu dikerjakan lagi di tahun 1997 dan kemudian dipentaskan di New York di tahun 1998.
Masih fokus pada penggambaran sosok Yesus dan para murid-Nya yang mencintai sesama jenis, pertunjukan drama Corpus Christi di New York tahun 1998 itu mengadopsi gaya hidup kelompok grup pecinta sesama jenis di Texas dan kemudian secara sengaja mencampuradukkan gambaran masyarakat modern itu dengan simbol-simbol iman Kristiani.
Penulis naskah drama Terrence McNally itu sendiri dikenal luas sebagai sosok dengan kecenderungan seksual pada sesama jenis.
Badan Sensor Selandia Baru baru-baru ini tegas menyebutkan tidak pernah ada film lama atau baru bertitel Corpus Christi dengan karakter dan kecenderungan seksual yang sengaja ‘dibelokkan’ tersebut.
Memicu protes di mana-mana
Sebagai naskah drama yang ditulis tahun 1969 dan baru naik panggung 29 tahun kemudian di tahun 1998, Corpus Christi memang sukses karena berhasil membetot penonton di banyak panggung teater di AS. Namun sejak dipentaskan itulah, muncul protes di mana-mana bahwa Corpus Christi itu melecehkan iman Kristiani akan Yesus Kristus.
Laporan The New York Times menyebutkan, rencana pentas di sebuah universitas di Texas dibatalkan karena munculnya gelombang aksi protes. Di tahun 2012, sebagaimana ditulis oleh The Guardian, rencana pentas di Yunani juga kandas lantaran protes keras menentang pertunjukan drama kontroversial tersebut.
Gelombang protes yang terjadi beberapa tahun silam itu telah memicu reaksi global di banyak negara sehingga kemudian muncullah ‘surat berantai’ yang isinya mengimbau umat Kristiani sebaiknya jangan nonton “film” kontroversial Corpus Christi tersebut.
Surat berantai itu juga menyerukan diadakannya petisi agar umat Kristiani sebaiknya memboikot peredaran Corpus Christi seandainya “film” itu nantinya lolos sensor dan kemudian diputar di negara-negara yang telah mengizinkan peredarannya.
Jadi, kalau “film”yang beneran saja tidak pernah dan memanglah belum pernah ada, maka kehebohan ‘protes’ di jalur medsos dan ‘surat berantai’ terhadap Corpus Christi itu sebaiknya tidak perlu kita hiraukan lagi.