“Karena engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara kecil, masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”
BAGI seorang tukang galian yang dibayar harian cepekceng (Rp 100.000) membaca koran tentang korupsi yang nilainya milyaran mungkin tidak terbayang betapa besarnya nilai uang tersebut. Mungkin bisa gila kebingungan kalau mereka ketiban rejeki 1 M saja ya?
Sama halnya kita yang tidak hidup di Timur Tengah juga sulit memahami betapa besarnya nilai satu talenta. Sekedar gambaran 1 talenta adalah ukuran timbangan sebesar 3000 syikal atau seberat 34 kg. Jadi kalau talenta emas ya seberat 34 kg emas.
Dikatakan nilai 1 talenta adalah enam ribu dinar (Matius 18:24, Matius 25:15-28) . Kalau upah sehari adalah Rp 100.000 sama dengan 1 dinar pada jaman Alkitab ditulis, maka nilai 1 talenta adalah Rp 600 M … weewww…
Setia pada hal-hal kecil
Di sisi lain kita sering menganalogikan talenta adalah bakat yang terpendam dalam diri seseorang. Karena ‘terpendam’ tidak diusahakan untuk digali dan dikembangkan, ia akan tetap bakat terpendam dan bahkan tidak pernah disadari oleh pemiliknya sendiri.
Betul kan? Berapa sering kita menolak tugas dan kesempatan yang ditawarkan dengan mengatakan, ”Wah saya gak bakat, saya tidak bisa mengerjakannya. Orang lain saja yang melakukannya.” Bagaimana kita bisa tahu bahwa kita ‘tidak bisa/mampu’ dan ’tidak punya bakat’ untuk mengerjakannya, kalau bakat itu tidak pernah dicoba untuk dipraktikkan dan dilatih, dibimbing serta diberi kesempatan?
Semua membutuhkan ketelatenan dan kesetiaan dari hal yang kecil dan sederhana.
Talenta untuk orang lain
Talenta yang diberikan dan dipercayakan Tuhan kepada kita sering tidak kita sadari, sampai muncul saat-saat dimana orang lain mengakui talenta tersebut melalui karya dan pelayanan kita. Contohnya saya bisa bilang saya punya suara bagus, tapi kalau orang lain katakan lebih bagus kalau saya tidak menyanyi, mana yang benar? Saya tidak bisa mengatakan bahwa saya punya talenta kepemimpinan sampai orang lain mengatakan bahwa gaya kepemimpinan kita cocok dengan yang mereka inginkan. Intinya, tidak ada talenta yang bisa dinikmati diri sendiri.
Talenta yang diberikan Tuhan pasti dan harus ada gunanya bagi orang lain. Harus ada nilainya, berapa besar? Kalau digali dan digunakan sungguh-sungguh maka nilainya akan sangat besar. Bayangkan kalau kita ternyata memiliki talenta mendengarkan keluh kesah seseorang, ternyata ia memutuskan tidak jadi bunuh diri karena bertemu anda. Nah?
Atau kalau terlalu ekstrim, anda punya talenta kesabaran untuk mendampingi seorang anak korban PHK sampai ia mendapatkan ketrampilan dan punya usaha. Alangkah besarnya nilai perubahan kehidupan yang diterimanya melalui kita.
Setiap orang dipercayakan memiliki talenta, minimal 1. Tetapi kalau yang satu itu pun tidak dikenali dan tidak didayagunakan bagi kebaikan orang lain, kita pun tidak memberikan arti bagi kehidupan orang lain. Sia-sia saja diberikan talenta.
Apa arti kehidupan kita bila hanya berguna bagi keluarga sendiri, ah semua orang tidak perlu percaya Kristus kalau membela keluarganya sendiri. Orang ateis pun melakukannya. Tetapi bilamana yang satu talenta itu telah didayagunakan, maka Tuhan bisa memberikan 1 talenta lagi dan bisa ditambah lagi karena melalui kita semakin orang mengalami perkembangan dan perubahan hidup. Apalagi bila membawa seseorang menuju pertobatan, karena betapa berharganya hidup seseorang bagi Kristus mengingat Ia sudah membayar mahal dengan darahNya di kayu salib.
Berharga
Betapa berharganya satu jiwa bagi Kristus, lebih berharga dari 1 talenta, lebih berharga dari Rp 600 M. Bayangkan betapa bahagianya Ia bila seorang saja bertobat, seluruh pasukan malaikat berpesta pora (Luk 15:10). Kalau kita bisa memahami apa yang menjadi The passion of The Christ kita tidak akan mengatakan ‘tidak bisa, tidak bakat’ apalagi ‘tidak sanggup”. Semua telah menerima talenta kehidupan yang diberikan Tuhan sesuai dengan kemampuan kita, bahkan kalau kita tidak mampu Dia akan memberikan Roh Penolong untuk memampukan kita menyelesaikan misiNya.Kitapun perlu saling melayani agar setiap orang menyadari talenta yang Tuhan percayakan kepadanya. Tidak ada yang bisa bekerja sendiri untuk mengembangkan talentanya.
Pengalaman riil
Dalam mempersiapkan kepengurusan Dewan Paroki SPMR periode 2011-2014, sebagai ketua panitia pemilihan tidak jarang saya mendapat komentar serupa terutama dari para calon ketua seksi. Kalau untuk calon pengurus lingkungan lebih mudah karena mekanismenya melalui proses usulan dari warga lingkungan.
Dengan diberikan kriteria tertentu, warga lingkungan akan mengusulkan siapa yang dinilai telah menunjukkan ‘talenta kepemimpinan’ dalam melayani umat. Bukti itu sudah cukup untuk menjadi dasar mengangkat mereka menjadi ketua lingkungan. Bagi para calon ketua seksi diperlukan bukti-bukti dan testimoni bahwa mereka sungguh memiliki talenta yang dinilai berguna dan dapat dikembangkan dalam penggembalaan umat di paroki. Mereka telah menunjukkan setia pada hal-hal kecil yang dipercayakan kepada mereka, kini saatnya mendapatkan tanggungjawab lebih besar.
Selamat kepada para pengurus Dewan Paroki SPMR 2011-2014. Anda telah berani menerima tantangan melayani umat dengan talenta yang telah dipercayakan Tuhan kepada anda semua. Anda telah mengambil sikap untuk mempersembahkan talenta terbaik agar nama Tuhan semakin dimuliakan melalui karya pelayanan anda. Dengan saling bekerja sama satu sama lain, saling menopang dalam doa seluruh kepengurusan Dewan Paroki SPMR mulai dari pengurus DP Harian, pengurus seksi dan lingkungan telah berani menjawab: “Ini aku, utuslah aku bersama RohMu ya Tuhan!”