KITA sering keluar masuk super market atau mal. Di sana banyak pajangan berbagai minuman dengan harga bermacam-macam. Ada kopi, sari jeruk, atau minuman pengencer metabolism pencernaan.
Kemasan teh juga tidak hanya satu, ada teh hijau, teh celup, teh kotak.
Kita banyak dijejeli promosi. Entah lewat layar televisi, media sosial, atau baliho-baliho yang terpampang besar di jalan-jalan raya.
Anggur tua
Bagaimana dengan minuman anggur?
Bagi penikmat minuman yang satu ini, begitu mata melirik, sudah tahu apakah anggur itu enak atau tidak. Tentu harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan minuman air mineral.
Semakin tua sebuah anggur, maka kualitasnya pun semakin baik. Harga anggur di bawah dan di atas 10 tahun, pasti beda jauh. Bisa dikatakan, anggur itu ibarat keterampilan menulis, misalnya.
Semakin jam terbangnya tinggi, semakin baik kualitas tulisannya. Bernas. Renyah. Enak dibaca. Dimengerti segala kalangan.
Hari ini saya merenungkan kisah Yesus membuat mukzizat pertama kali.
Kisah kasih “Pernikahan di Kana,” Yohanes 2:1-11.
Adakah yang menarik dari kisah ini?
Tamu membludak
Yesus dan murid-murid-Nya hadir di sebuah pesta pernikahan di Kana. Hadir pula ibu Yesus. Tak disangka, tamu yang hadir membludak.
Jauh dari yang diperkirakan. Akibatnya, tuan rumah kehabisan anggur.
Habisnya anggur, menjadi tanda ‘kiamat’ bagi yang empunya hajatan. Bisa dikatakan bencana. Memalukan.
Andai itu terjadi kita yang menjadi tuan rumah. Kita mengundang tamu untuk hadir dalam upacara pernikahan.
Makanan yang disajikan tinggal sedikit, padahal tamu masih terus berdatangan.
Kita pasti panik. Seperti itulah yang terjadi di Kana, ketika itu.
Dalam perikop itu disebutkan dengan detil. “Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung.” (Yohanes 2:6)
Dua-tiga buyung berarti 20-30 galon. Kira-kira 100 liter.
Itulah banyaknya air yang bisa ditampung dalam masing-masing tempayan.
Tempayan itu diisi apa?
Oleh para pelayan, diisi air biasa. Apalah gunanya air biasa untuk menyambut tamu?
Syukurlah dalam keadaan genting itu, Yesus ada. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.”
Dan mereka mengisinya sampai penuh. Setelah itu, Yesus meminta mereka untuk menyendok air itu dan membawanya kepada pemimpin pesta.
Suatu mukzizat terjadi. “Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu – dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya.
Si pemimpin pesta pun terheran-heran. Segera ia memanggil mempelai pria dan berkata, “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.” (ayat 10).
Pesta pernikahan berakhir dengan selamat dan sukses. Ini karena berkat kuasa Yesus.
Itu adalah mukzizat awal sebagai permulaan dari pelayanan dan karya penebusan Kristus secara langsung di dunia.
Air biasa diubah Kristus menjadi anggur. Bukan sekedar anggur biasa. Tetapi, anggur yang baik.
Anggur yang baik ini bukan untuk disimpan. Tetapi dinikmati. Menjadi berkat bagi banyak orang yang hadir di sana. Jika dibandingkan harganya, tentu sangat jauh bedanya dengan air putih biasa.
Di tangan Yesus
Dari kisah pernikahan di Kana ini, kita bisa mengambil pelajaran penting: seperti apakah kita ini?
Apakah saya masih seperti air biasa? Atau air yang sedang dalam proses pemurnian? Atau sudah menjadi anggur yang baik?
Seperti halnya Yesus sanggup mengubah air menjadi anggur. Dia sanggup mengubah kita yang biasa-biasa saja ini untuk menjadi anggur yang baik.
Yang bisa memberkati. Membawa sukacita bagi banyak orang. Betapa bahagianya kita bila itu mampu kita lakukan kepada banyak orang.
Sekarang kita lihat, awalnya tempayan tempayan itu diminta Yesus untuk diisi dengan air.
Sebelumnya, ada pesan penting dari ibu Yesus, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”
Pelayan-pelayan itu sangat taat pada Yesus.
Dari sini kita bisa belajar bahwa ketaatan pada Yesus menjadi kunci utama.
Jadi, apabila kita berada di tangan Yesus, taat kepada-Nya, kita akan diubah menjadi anggur.
Menyakitkan
Sering proses pengubahan—air menjadi anggur—tidak menyenangkan.
Ada rasa nyeri.
Bahkan, kita bisa berteriak kesakitan. Tetapi lewat itulah hidup kita diubah-Nya.
Menjadi anggur yang berkualitas. Untuk itu kita harus rela ditegur dan dihajar.
Kalau kita mau menjadi hamba-Nya, kita harus rela berkorban: waktu, tenaga, pikiran, dan hati. Agar kita dapat melayani dengan tulus dan murah hati.
Siapa pun kita. Dengan latar belakang apa pun. Tuhan bisa pakai itu semua untuk menjadi berkat.
Yang dibutuhkan adalah kerelaan kita untuk diubah. Dipakai menjadi berkat. Taat penuh pada perintah dan aturan-Nya merupakan dasar yang dapat mengarahkan kita menjadi anggur yang berkualitas.
Mari kita sama-sama bertumbuh hingga bisa menjadi anggur yang baik.