Jumat, 29 November 2024
Why 20:1-4.11-21:2.
Mzm 84:3.4.5-6a.8a.
Luk 21:29-33.
PADA waktu masih kecil, sebagai anak petani, saya cukup akrab dengan alam.
Apalagi saya diserahi orangtua untuk memelihara kambing, saya harus cepet pulang dan meninggalkan teman-teman meski sedang bermain sesuatu, ketika mendung dari arah selatan tampak semburat karena pasti akan hujan.
Untuk itu, saya harus segera mencari rumput (ngarit) dan kemudian membawa kambing pulang dari tegalan (ladang).
Pengetahuan itu saya terima karena seringnya saya melihat mendung itu, dan kemudian selang berapa lama pasti akan terjadi hujan. Mendung itu telah mengarahkan sikapku untuk mengantisipasi kejadian yang akan terjadi.
Zaman itu saya merasakan bahwa kami hidup berdampingan dengan alam, tidak hanya memanfaatkan tetapi juga menghormatinya.
Kami mampu membaca tanda-tanda alam, gerakan angin, gemuruh langit, perubahan cuaca, dan memaknainya sebagai pesan yang menghubungkan kehidupan kami dengan semesta.
Setiap fenomena alam tidak kami lihat sebagai peristiwa biasa, tetapi sebagai cerminan hubungan kami dengan Sang Pencipta, dengan sesama, dan dengan lingkungan.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.”
Pohon-pohon yang mulai bertunas adalah tanda sederhana namun penuh makna. Dalam keheningan dan keajegannya, alam mengajarkan kita untuk peka membaca tanda-tanda zaman.
Begitu pula dengan perjalanan hidup kita; ada tanda-tanda yang, bila kita perhatikan dengan iman, menunjukkan bahwa Tuhan sedang berkarya.
Tuhan menghendaki kita hidup dalam kewaspadaan. Sama seperti kita membaca musim dari pertumbuhan pohon, kita diajak untuk membaca kehadiran-Nya dari peristiwa-peristiwa hidup sehari-hari.
Setiap suka dan duka adalah kesempatan untuk mendekat kepada Tuhan, menyadari bahwa Kerajaan Allah hadir di tengah-tengah kita, bukan hanya sebagai janji masa depan, tetapi sebagai kenyataan yang dapat kita alami saat ini.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mampu membaca tanda-tanda kehadiran Tuhan dalam hidupku?