Senin, 10 Oktober 2022
- Gal. 4:22-24,26-27,31-5:1.
- Mzm. 113:1-2,3-4,5a,6-7.
- Luk. 11:29-32.
KALAU saja kita mampu membaca tanda-tanda alam kita bisa menghindar dari banyak bencana.
Kita bisa seperti sejumlah hewan yang lari terlebih dahulu sebelum bencana itu tiba, karena kemampuan mereka menangkap peringatan alam.
Kewaspadaan hewan itu muncul secara instingtif karena kedekatan, bahkan hidupnya menyatu dengan alam.
Kenyataannya saat ini, kita harus dengan jujur mengakui bahwa kepekaan kita terhadap alam semakin menurun. Kehidupan kita saat ini telah memisahkan kita dengan alam.
Kita kurang peka terhadap tanda-tanda yang ada bahkan terhadap situasi batin kita, terhadap dosa dan kesalahan kita. Kadang kita menolak kenyataan yang tidak sesuai dengan hati nurani kita.
Seorang bapak mensyeringkan betapa susah hatinya karena harus hidup berpisah dengan isteri dan anak-anaknya.
Dia merasa bahwa kesulitan yang dia hadapi dikarenakan oleh kekonyolan masa lalu.
“Manusia yang benar bukan berarti dia tidak pernah mengalami kesalahan dan perbuatan dosa,” katanya dengan penuh sesal
“Setiap manusia mempunyai kelemahan dan kekurangan yang menyebabkan dosa. Maka manusia yang benar adalah manusia yang mengalami pertobatan,” katanya dengan yakin
“Tuhan tidak anti dengan orang yang bersalah, Tuhan ingin kita kembali kepada jalan yang benar ketika mengalami dosa,” lanjutnya
“Meskipun banyak cacat dan dosa, kita selalu punya harapan untuk kembali kepada-Nya,” ujarnya.
“Sebesar apapun dosa dan kesalahan kita, kasih dan pengampunan Allah jauh lebih besar,” sambungnya.
“Maka kita tidak perlu takut untuk selalu kembali kepada-Nya. Dia selalu membuka pintu kerahiman. Pertobatan hanya bisa kita lakukan selama masih di dunia,” tegasnya.
“Saya meninggalkan isteri dan anak-anak karena tergoda perempuan lain,” paparnya.
“Jika saja waktu itu, aku bisa lebih peka akan tangisan dan kerinduan anak-anak, situasi sulit ini bisa kami cegah dan hindari,” lanjutnya.
” Saya sudah melepaskan orang yang membuatku meninggalkan isteri dan anak-anakku, namun mereka belum bisa menerima diriku untuk kembali tinggal bersamanya,” katanya.
“Semua salahku, dan aku pantas menerima kepahitan saat ini, dari orang-orang yang sangat aku sayangi,” ujarnya.
“Pertobatanku bukan hanya pertobatan batin, tetapi juga pertobatan tingkah laku, kata-kata dan perbuatan,” tegasnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian Lalu kata-Nya,
“Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus.”
Pewartaan Injil hari ini berbicara tentang pertobatan. Pertobatan ada karena ada perbuatan dan tindakan dosa manusia. Dosa manusia tetap harus dilunasi supaya manusia terbebas darinya.
Pelunasan yang paling mungkin dilakukan adalah dengan membangun sikap tobat.
Pertobatan berarti menyesali segala kesalahannya dan berbalik arah ke jalan yang benar.
Pertobatan ini bukan hanya pertobatan batin, tetapi juga pertobatan tingkah laku, kata-kata dan perbuatan. Singkatnya, pertobatan yang sempurna itu melibatkan seluruh diri manusia.
Jalan kembali kepangkuan keluarga dan orang-orang yang kami cintai seringkali dijalani melalui perjuangan yang tidak mudah dan perlu waktu untuk berproses.
Pertobatan akan terjadi jika kita dengan sadar dan dengan rendah hati mengakui dan menerima kesalahan yang telah kita buat.
Kesadaran inilah yang membuat kita berani bangkit dan berjalan kembali ke jalan Tuhan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku bisa menangkap tanda-tanda yang muncul dalam kehidupanku sehari-hari?
Hiruk pikuk kehidupan ini membuat orang menjadi malas berkorban, karena beban hidup nya merasa paling berat. Bukti dari rasa syukur adalah mau berkorban untuk orang lain, jika bersyukur itu sungguh masuk ke dalam hati yang dalam kemungkinan besar orang tersebut setidaknya bisa merasakan tanda-tanda alam yang akan menuntun hidup nya. Memang tidak mudah dan juga harus mau melakukan beberapa hal yang mendukung adanya ketenangan batin di antara nya berpuasa dan berpantang di luar rutinitas gereja. Sebenarnya sungguh menyenangkan bila sudah masuk ke dalam rasa syukur yang mendalam karena walaupun sedikit pasti ada yg bisa kita tangkap dari tanda-tanda alam semesta ini.