TANGAN besi ungkapan biasa didengar untuk mendeskripsikan cara dan perilaku manusia memerintah dengan kejam. Sekali mencekik, tangan besi pasti menimbulkan korban. Tangan ini ternyata juga membutuhkan tangan-tangan lain untuk mencengkeram dan menguasai.
Tangan besi sering disamakan dengan diktator. Kata ini berakar dari kata Latin dicere berkata, memerintah. Maka, dictator bermakna orang yang memberi perintah. Namun, dalam perkembangan, kata ini berubah menjadi bermakna buruk, peioratif.
Diktator selalu bermakna orang yang memerintah dengan sewenang-wenang. Kata-katanya bernada perintah, tak bisa dibantah; dan yang membantah bisa pergi ke tanah antah berantah.
Diktator selalu menaklukkan, terutama mereka yang berkata dan berbuat benar. Wajah diktator selalu mencerminkan wajah penakluk. Ungkapan Spanyol conquistador. Ia bisa bersembunyi di lubuk hati yang terdalam dan menghantui.
Diktator hanya dapat dikalahkan oleh solidaritas. Kuat kuasa komunisme, yang angkuh dan pongah, hancur oleh Serikat Buruh Independen Solidarność di galangan kapal Gdansk, Polandia. Mereka tidak menggerakkan orang dengan senapan dan pedang, tetapi pemberian diri. Mengorbankan diri sampai tangan besi runtuh.
Solidaritas berakar dari dua kata Latin solus, tunggal, sendiri, pribadi, hanya, diri sendiri; dan dare, memberikan. Orang yang yang solider selalu memberikan seluruh pribadi atau dirinya untuk sesama. Tiada kasih yang lebih besar dari kasih sahabat yang memberikan nyawa untuk sahabatny. Namun juga, laku solider juga bermakna merendahkan diri dan melayani.
Saat melihat kedatangan tiga orang yang hendak bertamu ke kemahnya, segera Nabi Ibrahim meminta seluruh keluarga menyiapkan perjamuan terbaik. Dan ia menyiapkan air, dan berkata, “Mari, Tuan-tuan, silakan singgah ke kemah kami. Dan izinkan hambamu membasuh kaki-kaki Tuan.”
ac eko wahyono