Tanpa Doa, Hidup Jadi “Kemrungsung, Kemrengseng, dan Kemrangsang”

0
696 views
Ilustrasi: Yesus berdoa untuk para murid-Nya by psephizo.

Puncta 12.01.22
Rabu Pekan Biasa I/C
Markus 1:29-39

SUATU ketika dalam sebuah rekoleksi para imam, teman saya, Romo Pamungkas Pr, yang sering dipanggil “Rompang” memberikan syering pengalaman.

“Doa dan karya itu menjadi satu kesatuan. Saya berdoa di mana saja dan kapan saja, juga saat melakukan aktivitas. Sering misalnya sambil bersepeda motor dalam perjalanan jauh saya “ndremimil” berdoa rosario. Selain mohon keselamatan dalam perjalanan, juga untuk mengusir kebosanan dan rasa kantuk di jalan.”

Beda lagi yang disyeringkan oleh Pak Ignatius Redes, seorang umat sederhana di Betenung. Sebelum memulai “noreh” getah karet di ladangnya, dia selalu berdoa.

”Jam empat subuh kami berangkat ke ladang. Kami selalu awali dengan berdoa pada Tuhan Yesus.”

Bahkan dia cerita, “Sambil menggores pohon karet, saya bayangkan seperti serdadu yang menusuk lambung Yesus sehingga keluar darah dan air. Saya berdoa semoga getah karet ini menjadi berkah bagi kehidupan keluarga kami, sebagaimana darah Kristus menjadi sumber keselamatan kita semua.”

Dalam Injil hari ini, kita membaca bagaimana Yesus sibuk melayani banyak orang. Ia menyembuhkan ibu mertua Simon yang sakit demam.

Menjelang malam banyak orang sakit datang dan disembuhkan. Ia juga mengusir banyak orang yang kerasukan setan.

Kiranya Ia bekerja sepanjang malam, setelah seharian mengajar mereka di rumah ibadat.

Kesibukan Yesus sangat padat. Namun Ia tidak melalaikan doa, untuk berbicara dengan Bapa.

“Keesokan harinya, waktu hari masih gelap, Yesus bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi, dan berdoa di sana.”

Keseimbangan hidup membuat orang merasa nyaman dan bahagia. Keseimbangan antara doa dan karya membuat hidup mengalir penuh berkat, hatinya “jenjem adem ayem lan tentrem.”

Keseimbangan antara doa dan karya membuat tindakan kita tidak “kemrungsung” (terburu-buru). Kalau terburu-buru sering hati menjadi “kemrengseng” (cepat marah, panas). Hidup tanpa doa membuat kita jadi “kemrangsang” (terlalu mengejar duniawi).

Hidup jadi tidak seimbang. Tidak tenteram. Tidak bahagia.

Yesus mengajarkan kepada kita, sesibuk apa pun kegiatan kita, doa atau menjalin relasi dengan Tuhan harus tetap diutamakan.

Dengan doa, kita tidak akan jatuh pada kesombongan bahwa segalanya adalah hasil jerih payah sendiri. Tuhan ikut berperan dalam kesuksesan kita.

Dengan bekerja, kita ikut ambil bagian dalam karya Tuhan menyalurkan berkat-Nya.

Ora et labora. Berdoa dan Bekerja adalah satu tarikan nafas dalam kehidupan kita. Marilah kita menyeimbangkan keduanya.

Selalu menyisihkan waktu untuk berdoa sehingga karya kita adalah sumber doa dan doa kita adalah kekuatan dalam berkarya.

Di Jepang ada bunga sakura,
Tumbuh di gunung Fujiyama.
Padukan hidup doa dan karya.
Hidup akan happy dan bahagia.

Cawas, aja kemrangsang….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here