MENJALANI hidup berkeluarga ibarat berjalan sambil membakar jembatan pulang, tidak ada lagi jalan untuk kembali atau pun berpaling. Setiap tantangan hidup harus dihadapi bersama baik itu menyenangkan maupun susah, seperti janji yang telah saya ucapkan saat saling menerimakan Sakramen Pernikahan: “Saya, Stefanus Aditya Dwi Dyatmika Wijaya, menyatakan dengan tulus ikhlas bahwa Natalia Wijayanti yang hadir di sini mulai sekarang ini menjadi istri saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang dan saya mau mencintai dan menghormati dia seumur hidup”.
Mungkin ada yang berpikir bahwa mengucapkan janji pernikahan adalah hal yang mudah, toh ada buku panduannya. Namun saat ‘kerikil’ mulai menghalangi perjalanan kita, mampukah kita mempertahankan janji yang dulu terucap di depan altar? Bukan hanya cinta yang dibutuhkan, namun komitmen yang menjadi pegangan kita.
Tuhan membawaku ke persimpangan jalan
Detik–detik persalinan merupakan saat dimana kita dibawa Tuhan menuju persimpangan jalan. Semua hal besar yang dapat mengubah kehidupan kita sacara drastis sangat mungkin terjadi pada saat itu. Pada hari itu kita pergi ke rumah sakit berdua dengan istri atau mungkin dengan beberapa keluarga, namun kita tidak pernah tahu saat pulang nanti apakah kita pulang dengan status baru sebagai ayah atau tidak. Bahkan banyak pria yang pulang dari rumah sakit dengan status duda.
Hal yang sama juga saya rasakan saat kelahiran anak pertama saya, saat dimana istri saya bertaruh nyawa untuk melahirkan dan anak saya juga berjuang untuk dapat hadir di dunia. Saat itu saya teringat kembali akan Janji Sakramen Pernikahan yang pernah saya ucapkan. Semua permasalahan dan cobaan hidup yang pernah terjadi menjadi tidak berarti lagi. Hanya satu permohonan saya kepada Tuhan, agar Tuhan bersedia untuk menyelamatkan istri dan anak saya.
Keluarga adalah harta dan anugerah yang paling berharga, maka berbahagialah orang yang dapat memegang teguh janji setianya saat dahulu menikah di depan altar. Tuhan Memberkati. (Selesai)
Link: Dag-Dig-Dug Perasaan Suami Tunggui Proses Persalinan Istri (1)