“Ketika Petrus mendengar bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau.” (Yoh 21, 7)
Hari kemarin di rumah ada kerja bakti. Tetangga membantu membersihkan lingkungan rumah dan juga kursi-kursi pinjaman. Ada juga yang memasang tratag dan mempersiapan perabotan lain. Hari ini terasa panas. Adik saya semula pakai singlet dan celana pendek. Namun dia rupanya tidak tahan dengan panas dan keringat, sehingga bekerja tanpa baju.
Banyak orang bekerja tanpa berpakaian, seperti dialami adik saya dan juga Simon Petrus yang sedang menjala ikan. Rupanya ada sementara orang yang suka tidak berpakaian pada saat mereka bekerja dengan berbagai alasan. Mereka tidak merasa risih atau sungkan; tidak merasa malu saat dilihat orang lain.
Tidak berpakaian merupakan kebiasaan hidup sehari-hari. Kebiasaan seperti ini rupanya tidak berlaku bagi semua orang. Ada orang yang risih dan merasa tidak nyaman kalau tidak berpakaian, sekalipun melakukan pekerjaan kasar dengan keringat bercucuran. Mereka tetap berpakaian. Bahkan ada banyak orang mempunyai pakaian kerja beberapa stel.
Dalam satu pekan, mereka bisa berganti-ganti pakaian kerja, selaras dengan ketentuan yang ada. Dalam hal berpakaian, banyak orang punya perbedaan corak, gaya atau warna pakaian. Mereka berpakaian selaras dengan situasi, suasana atau kebutuhan yang ada. Berhadapan dengan pejabat atau orang terhormat, orang akan berpakain dengan pantas dan rapi. Simon pun berbuat demikian.
Berhadapan dengan Tuhan, Simon segera berpakaian agar menghadap-Nya dengan pantas. Akhir-akhir ini masih saja terdengar kritik dan saran, agar umat berpakaian pantas saat menghadap Tuhan. Bagaimana pun juga, pakaian tidak hanya sekedar penutup tubuh, tetapi juga menjadi ungkapan atau gambaran diri pemakainya. Pakaian apa yang saya kenakan selama ini, khususnya saat menghadap Tuhan?
Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
