SUNGGUH tak mudah bagi Tatie Sahea bisa meniti karier gemilang di dunia kerja dominan kaum pria. Meski begitu, perempuan enerjik berdarah Minahasa asal dari Pulau Karatung di Kecamatan Karatung, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulut ini nyatanya mampu.
Juga ia kemudian malah berhasil “menaklukkan” rasa yang semula dibayang-bayangi emosi tidak percaya diri. Kemudian, dengan segala tantangan yang dihadapinya di dunia perusahaan asing bidang pengelolaan migas, maka Tatie pun akhirnya berhasil mengatasinya.
Tepat pas membawa diri dan kata-kata
Lagi-lagi, kata dia, ini soal “keberanian” dan “keterampilan” membawa diri. Berucap kata-kata. Dan tentu saja kemampuan cepat untuk menangkap “banyak hal” sehingga jangan sampai terjadi semua bentuk bullying terhadap karyawan perempuan.
Mau perusahaan nasional atau asing, demikian pengalamannya, yang namanya persekusi, body shaming, dan sexual harassment itu tetap ada.
“Ya semua itu pandai-pandai kita saja sebagai perempuan membawa diri, berucap kata-kata,” papar Tatie Sahea dalam Program Bincang-bincang Panjang bersama Titch TV di Jakarta sebelum bertolak ke Negeri Belanda untuk urusan keluarga.
Tapi untunglah, demikian lanjutnya, Tatie merasa sangat beruntung telah “dipersiapkan” dengan baik di sebuah perusahaan jasa multinasional sebelum akhirnya “kecemplung” masuk ke dunia kerja laki-laki: mining.
“Akhirnya orang sampai bilang begin. Oh, kalau dengan karyawan lain bisa dan oke, tapi jangan pernah dengan Tatie karena dia tak bisa ‘ditaklukkan’,” kata Tatie mengulang apa yang sering dia dengar dari kolega kerja kaum pria.
Tidur satu kamar dengan kolega kerja pria
Bagaimana rasanya seorang perempuan, kata dia, ketika harus tidur bareng-bareng bersama kolega kerja laki-laki di kamar bersama.
“Kalau kita datang berkunjung ke lokasi rig pengeboran minyak offshore, maka kondisi ‘tidur bareng’ kolega kerja beda jenis kelamin sering tidak bisa dihindari,” kata Tatie.
Tapi ya begitulah.
Semua pengalaman kerja ini membuat Tatie merasa diri “dituntun” oleh Tuhan untuk benar-benar mengenali dunia kerja yang dituntut disiplin tinggi, etos kerja serius.
Dan itu terjadi di dunia produksi migas.
Dunia energi tak hanya sebatas gas dan minyak bumi
Tentang hal ini, maka Tatie pun berujar demikian. Dunia migas itu sebenarnya tidak terbatas pada produksi minyak dan gas bumi.
Tapi juga produksi semua hal -termasuk pertanian dan peternakan- yang menjadikan kita punya “energi”.
Pikiran tentang dunia bernama ‘energi’ membuat Tatie selalu semangat. Setiap kali diajak bicara tentang ketahanan nasional di bidang energi.
Ketahanan nasional di bidang energi
Sekali lagi, kata dia, ini bukan melulu soal gas dan minyak. Tapi juga semua hal yang bisa produksi sehingga negara dan bangsa besar seperti Indonesia ini punya apa yang disebut “ketahanan energi”.
Nah, tentang ketahanan energi ini, Tatie pun berpikir serius. Indonesia, kata dia, adalah negara besar dengan deposit sumber daya alam super jumbo dan itu pun juga sangat beragam.
Ini kalau kita mau bicara tentang sila kelima Pancasila dengan diksi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Maka, demikian keyakinan Tatie Sahea, yang harus dipikirkan serius adalah hal penting ini. Yakni, sejauh mana bangsa ini bisa memiliki sistem aturan-aturan yang sifatnya konsisten, tertib dipegang teguh oleh para pemangku kepentingan dan juga harus kredibel di mata investor.
Tentang aturan-aturan dunia energi yang mestinya harus sistemik inilah, maka pembicaraan dengan Tatie Sahea menjadi semakin lebih serius dan menarik. (Berlanjut)
Baca juga: Mukjizat Fatima dan Lourdes Terjadi pada Tatie Magdalena Sahea, Profesional Bidang Migas (1)