KATA-KATA itu diucapkan oleh ketua panitia pembangunan Gereja Agustinus Alexander Irsiandi menyitir Kitab Mazmur 127:1 yang berbunyi “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah orang yang membangunnya; jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga”.
Atas dasar semangat pemazmur itulah panitia pembangunan gereja mendapat suntikan energi yang menguatkan hingga berhasil menyelesaikan tugas membangun gereja besar ini.
Gereja Santo Agustinus Manokwari dibangun di atas tanah seluas 2.054 meter persegi terdiri dari lantain bawah seluas 1.324 m2 dan lantai atas termasuk balkon dengan luas 730 m2, dengan kapasitas daya tampung 900 orang. Atas dukungan berbagai pihak pembangunan gereja ini memakan waktu kurang lebih 1 tahun dan 10 bulan. “Ukuran waktu yang tergolong singkat,”ujar Uskup Keuskupan Manokwari-Sorong Mgr. Hilarion Datus Lega.
Menurut Alexander, pembangunan Gereja Agustinus menelan biaya 9.885.968.159 rupiah. Dana itu berasal dari swadaya umat dan dukungan para donatur. Umat Katolik Paroki Santo Agustinus Manokwari juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Papua Barat dan Pemerintah Kabupaten Manokwari yang ikut memberikan dukungan dana.
Seturut laporan ketua panitia, Pemerintah Provinsi Papua Barat memberi sumbangan dana hibah senilai 3.000.000.000 rupiah dalam dua tahun anggaran 2016 dan 2017. Sedangkan Pemerintah Kabupaten Manokwari memberi dana hibah senilai 750.000.000 rupiah. Itulah bentuk perhatian pemerintah daerah terhadap Gereja Agustinus yang menjadi ikon baru di Kota Injil Manokwari.
Sebaliknya, bentuk dan filosofi bangunan Gereja Agustinus juga memberikan kontribusi terhadap kearifan lokal dan peradaban masyarakat Papua, karena ornamen gedung gereja ini sangat kental dengan nuansa dan filisofi Papua.
“Semoga bangunan gereja yang berbentuk monstrans dan dibangun di atas bukit ini dapat memancarkan warta kasih Tuhan yang menerobos batas-batas agama,”ujar Mgr. Hilarion Datus Lega berharap.