Tempat Manusia Bergantung

0
191 views
Ilustrasi: Kekayaan bisa menjauhkan Tuhan.

SECARA alamiah manusia ingin bertahan hidup. Untuk itu mereka perlu memenuhi kebutuhannya, terutama kebutuhan primer (pangan, sandang, dan papan).

Ada anggapan bahwa pada ketiganya seluruh hidup manusia bergantung. Mereka berjuang setengah mati untuk itu. Banyak orang merebut sumber-sumber kebutuhan itu. Kalau perlu dengan berperang. Bukankah kolonialisme kuno dan modern adalah bagian dari upaya bertahan hidup?

Rebutan kekayaan bisa terjadi pula dalam keluarga. Orang yang datang kepada Yesus meminta tolong membagi warisan dengan saudaranya (Luk 12: 13). Yesus merespon dengan mengajarkan soal ketamakan.

“Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” (Lukas 12: 15).

Menggantungkan hidup hanya pada harta benda mengandung dua bahaya.

Pertama, orang lupa bahwa semua itu sia-sia dan tidak dapat menyelamatkannya (Pengkhotbah 1: 2; 2: 21-23).

Kedua, sikap itu bisa menjadikan orang tamak. Ketamakan itu nyaris sama dengan penyembahan berhala (Kolose 3: 5). Orang tamak memuja harta, lupa menyembah Allah.

Yesus memperingatkan orang yang suka mengumpulkan harta untuk dirinya sendiri namun tidak kaya di hadapan Allah (Lukas 12: 21).

Mengapa?

Karena harta bukanlah tempat orang dapat menggantungkan seluruh hidupnya. Waktu mati semua ditinggalkan untuk orang lain (Pengkhotbah 2: 21;Lukas 12: 20).

Artinya, harta tidak bisa berbuat apa-apa terhadap kematian.

Hanya Tuhan yang dapat menyelamatkan manusia dari kematian. Maka, orang diajak percaya kepada Sang Pemberi harta dan kehidupan; bukan pada harta kekayaan.

Tuhanlah tempat manusia bergantung.

Minggu, 31 Juli 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here