PERJUMPAAN dengan Allah membuat segala sesuatu indah pada waktunya. “Di dalam Tuhan dan bersama Tuhan waktu itu menjadi sangat indah. Waktu begitu indah bagi Tuhan dan bagi murid-murid-Nya. Dia punya waktu berdoa khusus dan setelah itu Dia memiliki waktu kebersamaan dengan murid-Nya. Dia memanggil para murid-Nya untuk berhimpun, berdialog bersama-Nya.” demikian Ketua Komisi Keluarga KWI Mgr. Frans Kopong Kung mengawali khotbahnya dalam misa pembukaan pertemuan Komisi Keluarga KWI dengan Komunitas Kategorial Keluarga.
Lebih lanjut dalam pengarahannya, Mgr. Kopong Kung menegaskan bahwa setiap keluarga harus mampu memaknai salib. Ecclesia Domestica tanpa salib bukanlah ecclesia domestica. “Maka, ketika berbicara tentang ecclesia domestica, aspek penting dari sebuah Gereja rumah tangga adalah communion, persekutuan yang berlandaskan pada roh kasih. Hal ini juga perlu diingat bilamana kita berbicara masalah pengembangan sosial ekonomi,” ujarnya.
Menurutnya, keluarga sebagai komunitas juga perlu mengembangkan hidup ekonomi di dalamnya yang dibangun dalam semangat persekutuan. Karena Ecclesia domestica juga merupakan bagian dari Gereja universal, maka perlu dibahas pula keluarga dalam arti yang lebih luas, serta harus juga berorientasi ke luar, kepada kepentingan keluarga-keluarga lain, Gereja dan masyarakat banyak.
Pertemuan Komisi Keluarga KWI dengan Komunitas Keluarga digelar selama tiga hari (23-25 September) sebagai salah satu tindak lanjut dari gaung SAGKI November 2015 dan dalam kerja sama dengan Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi KWI. Tema yang diusung adalah “Pemberdayan Sosial Ekonomi dan Pangan dalam Keluarga.”
Tema ini diambil untuk karena masalah sosial ekonomi semakin menjadi tantangan dan masalah dalam keluarga pada masa sekarang ini. Temu kategorial yang dilaksanakan di Puri Avia ini diikuti oleh 103 orang yang datang dari berbagai unsur, antara lain utusan Komisi Keluarga Keuskupan, Marriage Encounter, Couple for Christ, PWK St. Monika, STSM dan lain-lain.
Dalam sesi selanjutnya, Rm. FA Teguh Santosa Pr, Sekretaris Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi, menyampaikan kaitan antara pemberdayaan sosial ekonomi dalam keluarga. Keluarga perlu semakin memberdayakan diri pertama-tama dengan melihat dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
Ekaristi disebut sebagai sumber dan puncak kehidupan karena mengalirkan nilai-nilai belas kasih, kepedulian, solidaritas, pengampunan, kesetiaan,dll kepada keluarga. Nilai-nilai yang dihayati secara sungguh pelu dihidupi agar menghidupkan keluarga. Karya kerasulan ekonomi akan mudah dilakukan bila nilai-nilai ini sudah terinternalisasi dalam kehidupan berkeluarga. Bilamana keluarga berekaristi maka mereka akan semakin mengembangkan nilai-nilai salib dalam hidup berumah tangga.
Pertemuan hari pertama ini dirangkum dan ditutup dengan doa yang didaraskan dalam lagu yang indah oleh Rm. Hibertus Hartono MSF, Sekretaris Komisi Keluarga KWI.
Sumber: Dokpen KWI
Kredit foto: Yohanes Indra/Dokpen KWI