Tentang Penderitaan Kristus, Inilah Risalah St. Petrus Canisius untuk Komunitas SJ (3)

0
1,127 views
Santo Petrus Canisius.


Konferensi untuk Komunitas Freiburg, Swiss, tanggal 5 April 1585. Diterjemahkan dari Pedro Canisio,  Autobiografía y Otros Escritos, 271-275.

St. Petrus Canisius menyajikan tema penderitaan Tuhan untuk kegiatan rohani selama Minggu Suci atau Minggu Sengsara.

Menurutnya, derita merupakan tema paling luhur dari Injil dan merupakan karya Tuhan yang utama. Di dalam penderitaan dan salib kelihatan keutamaan-keutamaan Kristus.

Dalam konferensinya,  St. Petrus Canisius mengajak para Jesuit merenungkan bagaimana menghormati derita Kristus tersebut: dengan merenungkannya, dengan matiraga, dengan mengikuti Kristus melalui salib kita sendiri.

(…) Saya ditawari untuk berbicara mengenai penderitaan Kristus. Dengan sungguh-sungguh, pagi ini Gereja mulai kembali masuk ke Minggu Sengsara dan dijelaskan kenyataan-kenyataan Sang Raja yang berdarah.

Mengenai Minggu Suci ini, tidak ada waktu lain di sepanjang tahun ini sebanyak dan seintensif Minggu Suci, kepada kita dibacakan, dinyanyikan dan dihadirkan dalam Gereja peristiwa derita Tuhan selama empat belas hari yang akan datang.

Sekarang kita mulai dengan kisah pembangkitan Lazarus (di sini St. Petrus Canisius menunjuk Injil misa Jumat sebelum Minggu Sengsara), besok berkumpul Sanhendrin di Yerusalem dan di sana memutuskan hukuman mati Tuhan dan orang-orang Yahudi bekerja keras supaya Tuhan wafat dan menumpahkan darah; karena itu Tuhan tidak berjalan di antara orang Yahudi, tetapi menyendiri ke wilayah dekat padang gurun, daerah yang bernama Efraim, dan di sana tinggal bersama murid-murid-Nya. (“Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi. Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama murid-Murid-Nya” (Yohanes 11:54)

Saya berharap tidak ada orang yang tidak setuju dengan bahan ini. Tetapi juga tidak perlu terburu-buru dalam merenungkannya sehingga permenungan mengenai sengsara Tuhan malah tidak mengena di hati.

Saya akan menjelaskan:

  1. Mengapa baik, berguna dan masuk akal memikirkan, berbicara serta membahas derita Kristus?
  2. Bagaimana kita dapat sepenuhnya berada di dalam misteri itu waktu-waktu ini?

1.

Mesti diakui bahwa kisah derita Yesus dinilai melebihi kisah-kisah lain dan menjadi bagian yang paling luhur serta paling baik dari Injil. Kisah derita Yesus menyediakan penghiburan utama bagi para pendosa yang menderita.

Inilah karya tertinggi Tuhan yang mau menunjukkan keadilan dengan menghukum pendosa sekaligus kebijaksanaan Tuhan yang membingungkan setan.



Inilah kisah kasih Tuhan yang yang menebus, yang membenarkan dan menyelamatkan manusia.

Kisah derita Yesus adalah cermin jernih di dalamnya dikontemplasikan keutamaan-keutamaan heroik Kristus – kesabaran, kerendahan hati, ketaatan, kasih, kemurahan hati – semua itu kelihatan lebih jelas dalam kisah derita dibandingkan daripada pada bagian kisah-iksah lain.

Karena itulah, St. Paulus berkata: “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” (lih: 1 Kor 2:2)

Inilah pengertian kita yang paling agung.

Di antara misteri-misteri hidup Tuhan, inilah misteri yang tersembunyi dan agung, tidak dikenal sejak berabad-abad (Rom 16:25-26; Kol 1:26; Ef 3:3, 5, 9-10), tersembunyi bagi orang-orang yang di dunia dipandang bijak dan pandai (Mat 11:25), “sandungan bagi orang-orang Yahudi; untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan.” (1Kor1: 23); tidak dimengerti mereka yang tidak kenal sabda dan pewartaan salib, sama juga para rasul yang pada mulanya tidak paham tentang misteri derita Tuhan ini. (Mk 9:32; Luk 18:34).

Inginkah saudara-saudara mengerti betapa penting bagi kita mengenal, merenungkan dan memuji salib dan derita Tuhan. “Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus” (Rom 3:24.) Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. (Rom 1:30)

  • Tanpa derita Tuhan, tidak ada nilainya sakramen-sakramen yang muncul darilambung Kristus yang tertikam itu;
  •  tanpa Anak Domba yang menderita, tidak ada penghapusan dosa (Yoh 1:29; Ap 5, 8, 8, 9, 12);
  • tak seorang pun dapat mengalahkan pemimpin dunia yang telah dirobohkan oleh Daud yang baru; kematian dan neraka menguasai kita, jika kita tidak dibasuh oleh darah Tuhan;
  • karya dan kebaikan kita sia-sia karena kita membangunnya di atas pasir dan bukan di atas batu padas. (Mat 7: 24-27; luk 6: 47-49).

Singkatnya, jika Putera memerdekakan kita, kita sungguh-sungguh merdeka (Yoh 8: 36) dari kemarahan Tuhan, dari hukum dosa dan dari semua halangan keselamatan kita. Apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku(Yoh 12:32). Jika biji gandum jatuh dan mati, memberi banyak buah. (Yoh 12: 24-25)

Tidak ada misteri iman lainnya yang diramalkan dan dihadirkan dalam Kitab Suci dengan demikian banyak penggambaran seperti derita Tuhan; misalnya, dengan Abel yang dibunuh karena rasa iri (Kej 4:1-9) ; Nuh yang menyelamatkan miliknya di dalam perahu dari kayu (Kej 7:1-24: 8:1-19)


Iskak, satu-satunya anak Abraham yang dipersembahkan di gunung

  • yang memanggul sendiri kayu bakarnya (Kej 22:1-19);
  • ular tembaga yang diangkat di padang gurun (Bil 21:6-9; Yoh 3:14);
  • Musa yang berdoa dengan tangan terentang melawan orang-orang Amalek (Kel 17:8-16)
  • Yunus yang melemparkan diri ke laut supaya teman-temannya tidak binasa. (Yunus 1:1-16)

Tidak ada jasa kebaikan yang Kristus lakukan yang minta dikenang dengan lebih setia dan dengan kasih serta dengan rasa syukur yang lebih besar dari umat melebihi penderitaan dan salib.

Tidak ada yang lebih perkasa untuk mematahkan kekuatan setan dan lebih berguna untuk mendapat semua rahmat melampaui penderitaan dan salib; karena itu Kristus menetapkan dan ingin kurban hukum baru dirayakan seperti dilakukan sendiri. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here