Tentang Romo Didik, Uskup Keuskupan Surabaya (1)

0
66 views
Uskup Keuskupan Surabaya Mgr. Agustinus Tri Budi Utomo alias Romo Didik. (Komisi Komsos Keuskupan Surabaya)

AGUSTUS lalu, tepatnya Minggu tanggal 25 Agustus 2024, pukul 20.30 WIB dan sesampainya di rumah dari rumah sakit, penulis terkejut. Karena di rumah sudah banyak umat lingkungan ada di rumah. Mereka bersiap akan mengikuti misa requiem. Guna mendoakan jiwa almarhum mama yang meninggal pukul 17.45.

Di situ sudah ada Romo Didik dan Romo Thomas Bani SVD.

Berita terakhir dari ketua lingkungan menyebutkan, romo paroki sedang ada acara di Soverdi (Rumah Provinsialat SVD Jawa di Surabaya). Ternyata Romo Thomas Bani SVD malah telah hadir.

Mengenai kehadiran Romo Didik dan tanpa sepengetahuan penulis, bulik saya Sr. Antonie PMY dan adik ternyata telah menghubungi Romo Didik Pr. Karena mereka kuatir kalau-kalau nanti tidak ada imam yang akan memimpin misa requiem.

Dua imam pimpin misa requiem

Malam itu, kami dan keluarga besar memutuskan mengadakan misa requiem. Karena besok paginya pukul 07.00 WIB, kami semua akan berangkat menuju Muntilan. Guna memakamkan jenazah mama agar pusaranya bisa berdekatan dengan almarhum bapak.

Akhirnya, kedua imam tersebut memimpin misa requiem. Romo Thomas Bani SVD memimpin ekaristi; Romo Didik Pr memberi homili.

Dalam homilinya, Romo Didik menceritakan perjumpaannya dengan keluarga kami. Dimulai dengan kami sebagai salah satu dari beberapa mahasiswa dampingannya di Kota Surabaya. Lalu dengan kedua orangtua kami.

Bagaimana kemudian adik-adik dan teman mahasiswa se-Surabaya ikut dalam aksi 1997/1998; mengunjungi dan mencukupi kebutuhan para aktivis politik yang ditahan di penjara seperti Dita Indah Sari, M. Sholeh dan lainnya.

Selanjutnya, keterlibatan adik-adik dalam pendampingan anak jalanan, pendampingan anak disabilitas tuli yang dimulai dengan berkenalan dengan Sr. Antonie PMY.

Dengan almarhum mama, Romo Didik sampai bertukar buku SDM dan berdiskusi tentang statistic. Itu terjadi demikian, karena mama bekerja di BPS (Badan Pusat Statistik).

Kemudian tahun-tahun belakangan di segala kesibukannnya sebagai Vikaris Pastoral, Romo Didik juga masih sempat mampir ke rumah keluarga kami di Pacet. Untuk sekedar ngopi dan ngobrol dengan bapak dan mama.

Pastoral keluarga

Cerita ini bukan hanya terjadi di keluarga penulis. Di lain kesempatan, ketika menghadiri misa tujuh hari bapak seorang teman, dalam homilinya Romo Didik juga bertutur tentang keluarga teman tersebut. Hal ini mencerminkan bahwa pastoral keluarga yang di “imani” Romo Didik sungguh luar biasa. Begitu bisa mengenal satu per satu anggota keluarga.

Saat pengumuman beliau ditetapkan menjadi Uskup Keuskupan Surabaya, umatmu sangat bersukacita. Banyak cerita yang disampaikan warga lingkungan, teman komunitas dan beberapa teman lintas agama.

Intinya, mereka mau bilang bahwa beliau adalah sosok sangat luar biasa dengan segala karya yang telah dilakukan. Juga dekat dengan berbagai kalangan dan sosok yang sederhana. Banyak ungkapan cinta yang tidak bisa digambarkan satu per satu.

Modik (panggilan akrab umat Keuskupan Surabaya untuk Romo Didik), entah panggilan akrab apa yang bisa kami sematkan untuk beliau sekarang. Yang pasti tetaplah sentuh kami umatmu dengan hatimu. (Berlanjut)

Baca juga: Selebrasi iman bersama umat Katolik asal Manggarai, Flores (2)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here