ACARA cleaning di Girisonta paska acara pemakaman mesti diceritakan juga. Sudah menjadi kebiasaan di Kolese Mikael yakni selalu bersih-bersih sebelum pulang.
Kebiasaan ini pun berlaku saat di Girisonta. Setelah makan siang, sejumlah karyawan, mahasiswa dan siswa langsung ikut bersih-bersih. Para karyawan putri ikut mencuci piring di ruang cuci piring. Para karyawan putra, mahasiswa dan siswa ikut bersih-bersih di ruang makan, dan halaman kebun. Sejumlah plastik besar dan kotak sampah sudah disiapkan.
Maklum saja, jumlah makanan yang dipesan saat hari pemakaman 1200 porsi. Dan ternyata jumlah ini masih kurang. Romo Minister Girisonta pun terpaksa tambah pesanan lagi. Itu berarti jumlah pelayat memang cukup banyak. Untunglah kegiatan bersih-bersih ini bisa mengurangi sampah yang berserakan oleh banyaknya pelayat.
Kelompok Koor Vitalis
Kelompok koor ini terdiri dari para mahasiswa dan dipimpin oleh alumni yang saat ini menjadi karyawan. Kelompok ini bertugas saat misa baik di Kampus Mikael maupun di Girisonta. Mereka masih bertugas lagi saat tuguran dan upacara pemakaman. Lagu-lagu yang dipilih tentu berbeda dengan lagu-lagu yang terdapat di buku misa requiem Girisonta.
Ada lagu yang sengaja dipilih untuk menghormati Romo Casutt. Lagu itu aslinya berbahasa Jerman Lasst mich gehen, dass ich Jesum muge sehen, tetapi ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia “Aku rindu akan Tuhan”. Mereka masih akan bertugas saat peringatan 7, 40, 100, sampai ke 1.000 hari. Keterlibatan mereka membuat suasana misa menjadi lebih agung, khusuk dan tentu saja liturgis.
Casutt’s Foundation
Terbentuknya Casutt’s Fundation. Saat rapat persiapan, panitia memutuskan untuk menyediakan kotak sumbangan. Namun saat kotak itu mau ditempatkan, sejumlah alumni menentangnya. Atas dasar itu, kotak yang sudah dipinjam dari RT batal diletakkan di pintu masuk.
Pada misa Minggu siang, kelompok alumni yang lain memprotes, kok tidak ada kotak sumbangan. Ini bertentangan dengan adat jawa. Apalagi sejumlah alumni memang sudah membawa amplop. Setelah runding sana-sini, akhirnya kotak kolekte dipasang lagi. Namun fungsi kotak sumbangan itu berubah.
Semula fungsi kotak sumbangan itu dimaksudkan untuk pemakaman. Kini sumbangan akan dipakai untuk beasiswa bagi siswa atau mahasiswa Kolese Mikael yang miskin. Bahkan sumbangan itu akan berkelanjutan. Untuk mewadahi tujuan ini, disepakati untuk dibentuk Casutt’s Foundation.
Demikian cerita dari Solo.
Artikel terkait:
-
Romo J. Casutt SJ Memilih Jam Kematian di Hari yang Tepat (1)
-
Sebelum dan Sesudah Meninggal, Romo J. Casutt SJ Kelilingi Bengkel Terakhir Kalinya (2)
-
Romo J. Casutt SJ Tes Sendiri Alat Penurun Peti Jenazah bagi Dirinya (3)
-
Podcast Kotbah Rm. Andre Sugijopranoto SJ Saat Misa Requiem Rm. Casutt SJ
-
Video Interview with Father Johann Casutt
-
Video “Klaus J. Jacobs Best Practice Award” Winner 2009: Father Johann Casutt SJ
-
Sepenggal Kisah tentang Romo J. Casutt SJ: Disiplin Spartan Buktikan Hasil Optimal (1)
-
Sepenggal Kisah tentang Romo J. Casutt SJ: Soal Kejujuran, Sungguh Tiada Ampun (2)
-
Sepenggal Kisah tentang Romo J. Casutt SJ: 15 Menit Sebelum Melepas Nafas Terakhir (3)
-
Sepenggal Kisah tentang Romo J. Casutt SJ: Surat Pribadi untuk Rodion Wikanto (4)
-
In Memoriam: Romo Johann B. Casutt SJ, Si Leher Jenjang dari Zurich, Swiss (1)
-
In Memoriam Romo Johann B. Casutt SJ: Jejak Rekam Panjang di Industri Teknik (2)
-
Mengenal Petilisan Romo J. Casutt SJ: ATMI Surakarta
-
RIP: Romo J. Casutt SJ, Pendiri ATMI Solo