Terbuka untuk Percaya

0
257 views
Hadir dalam peristiwa itu membuat hasil liputan dalam bentuk berita menjadi lebih "hidup" dan orisinil. (Royani Lim)


KEJADIAN
yang sama menghasilkan berita yang berbeda-beda. Tergantung sudut pandang dan kepentingan dari sang penulis dan penyebar berita.

Dalam pemberitaan terkandung dua hal, yakni opini dan fakta. Membaca berita menuntut kemampuan membedakan dua hal itu.

Kejadian sama, yakni Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahirnya (lihat Yoh 9) dan mengajar khalayak ramai mengundang reaksi yang berbeda-beda.

Sebagian mengatakan,”Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu mendengarkan Dia?” (Yoh 10: 20). Tetapi yang lain berkata, “Itu bukan perkataan orang yang kerasukan setan; dapatkah setan memelekkan mata orang-orang buta?” (Yoh 10: 21).

Respon berbeda melahirkan sikap iman yang berbeda pula. Orang yang lahir buta itu kemudian percaya dan sujud menyembah Dia (lihat Yoh 9: 38). Sedang orang Farisi menilai Yesus tidak berasal dari Allah, karena melanggar hari Sabat (lihat Yoh 9: 16).

Mengapa timbul pertentangan di antara mereka? Karena yang satu terbuka dan beriman, sedang yang lain tertutup demi mengamankan kepentingan.

Orang Farisi tidak mau percaya kepada Yesus, meski mukjizat-Nya jelas di depan mata. Sedangkan orang yang lahir buta dan sebagian orang Yahudi lainnya memutuskan untuk percaya.

Tuhan masih berkarya hingga saat ini. Karya ciptaan-Nya dan peristiwa hidup sehari-hari menjadi saksi. Apa respon orang? Sebagian tetap tertutup dan tidak mau percaya.

Bagaimana aku? Sejauh mana aku telah benar-benar terbuka untuk percaya?

Selasa, 10 Mei 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here