JARAK tak menghalangi orang bisa berciuman. Meski secara fisik saling berjauhan, ternyata kemajuan teknologi telah berhasil menciptakan alat dimana kedua insan manusia beda lokasi tetap bisa berciuman. Alat terkini yang memungkinkan kontak lips-to-lips itu diberi nama Kissenger.
Kissenger merupakan kependekan dari Kiss-Messenger dan baru saja dipamerkan keberadaannya dalam sebuah pameran teknologi di Inggris bulan Juni 2012 lalu.
Lansiran AFP yang dikutip harian The Jakarta Globe memperlihatkan bagaimana Kissenger itu bisa menyediakan wahana agar dua insan beda jarak bisa berciuman. Bentuknya mirip sebuah kepala manusia dalam format kecil disertai ‘lobang’ berupa mulut terbuka terbuat dari silikon.
Konon, insinyur pinter yang merancang Kissenger ini adalah seorang profesor bidang teknologi berdarah Iran yang bekerja di Singapura. “Yang pasti, dengan Kissenger, orang bisa berciuman agar hubungan mereka makin hangat,” ungkap Prof. Hooman Samani sebagaimana dilansir AFP.
Ciuman jarak jauh
Lalu bagaimana orang bisa berciuman melalui gadget unik ini?
Prof Samani lantas buka suara. Ah itu gampang saja dilakukan. Cukup menghubungkan Kissenger ini dengan PC melalui kabel data dan segera aktifkan PC. Lalu cium saja silikon sangat peka ini maka gerakan ‘berciuman’ itu akan segera bisa ‘merangsang’ Kissenger lain di seberang pulau.
Layaknya orang berkomunikasi melalui YM atau Skype, maka dengan hadirnya Kissenger, makin lengkap sudah kalau dua insan manusia beda jenis dan beda jarak ingin melakukan komunikasi fisik antarmereka secara lebih ‘intensif’.
Meski peminat akan gadget unik ini sudah banyak, namun Kissenger belum siap dilempar ke pasar. Alasannya sederhana, kata sang profesor, karena ini menyangkut ‘masalah moral’.
Karenanya, persoalan sensitive itu akan dikaji ulang dari berbagai perspektif moral dan budaya agar tidak menimbulkan hal-hal negatif yang tidak dikehendaki.
“Ciuman itu tentu saja merupakan sebuah tindakan intim dari dua insan manusia. Jadi, mau tak mau harus dikaji efek negatifnya,” kata sang profesor.
Hingga kini, Kissenger masih dikaji secara serius di laboratorium teknik di the National University of Singapore (NUS) dan Keio University of Japan.
Di hadapan para mahasiswanya di NUS dan Keio University of Japan, Prof. Samani suka sedikit berolok-olok kalau projeknya menciptakan Kissenger ini merupakan lahan studi baru yang disebut Lovotics. Tak sulit menerjemahkan istilah baru ciptaan sang profesor ini, karena Lovotics merupakan bidang pengkajian atau riset ilmiah yang mencari celah pengetahuan untuk mengetahui ‘relasi’ antara robot dan manusia.
Sang profesor ini mengaku, selain Kissenger ia bersama tim projeknya juga tengah merancang aneka gadget lain yang kurang lebih akan membuat hubungan ‘emosional’ antara manusia dan robot semakin erat.
Setelah sekian puluh tahun ada sex toys, kini muncul Kissenger. Nanti, akan muncul apa lagi?
Sumber: AFP