Home BERITA Terima Sakramen Baptis Sudah Dewasa, Rani Alami Kedamaian di Gereja Katolik

Terima Sakramen Baptis Sudah Dewasa, Rani Alami Kedamaian di Gereja Katolik

0
Rani dibaptis di akhir tahun 2020 oleh Romo Nico Setiawan OMI. (Dok. Rani)

SELAMA 30 tahun imamat, baru pertama kali Liem Tjay membaptis secara Katolik terhadap orang dewasa yang semula punya keyakinan berbeda.

Sebut saja namanya Rani.

Dalam suasana santai, Liem Tjay ngobrol dengan Rani di teras Pastoran Banyumas. Mengenang kembali peristiwa baptisan yang baru saja terjadi di ujung akhir tahun 2020 lalu.

Rani dibaptis pada tanggal 24 Desember 2020 pukul 09.00 pagi. Masa pandemi Covid-19 masih menyelimuti suasana Natal. Sepi dan ya memang tidak ada kegiatan di dalam Gereja Maria Imakulata Paroki Banyumas.

Peristiwa baptisan memang terjadi satu tahun yang lalu, namun peristiwa itu menjadi memori terindah dalam hidup Rani.

Liem Tjay duduk santai dengan Rani yang sedang berkunjung di pastoran. Perjumpaan ini mendorong suasana akrab sehingga membuka hati Rani untuk mau bertutur dan berkisah.

Dengan antusias, Rani berkisah tentang pengalaman rohaninya bagaimana dia akhirnya memutuskan ingin menjadi Katolik dan mengalami hidup baru dalam Sakramen Baptis.

Jadi ingat lagi ketika dibaptis

Liem Tjay pun ingat kembali akan hari penting yang tercatat sebagai tonggak bersejarah menjadi seorang pengikut Yesus Kristus, anggota Gereja Katolik.

Ketika Liem Tjay masih berumur 10 tahun, duduk di kelas IV SD, tanggal 23 Oktober 1971 Liem Tjay dibaptis di Bruderan FIC Solo. Peristiwa baptisan ini meletakkan dasar dan arah hidup Liem Tjay kelak menjadi seorang imam.

Dengan Sakramen Baptis, status Liem Tjay adalah anak Allah yang berkenan, yang dikasihi.

Dalam Injil, ketika Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, terdengar suara dari langit: ”Inilah anak-Ku yang Ku-kasihi, kepadanya Aku berkenan.” 

Liem Tjay bersyukur, karena Sakramen Baptis Liem Tjay berkenan di hadapan Allah. Allah berkenan pula memilih Liem Tjay menjadi imam-Nya dalam Sakramen Imamat.

“Ini luar biasa,” kenang Liem Tjay dalam hati.

Kini hasil obrolan santai bersama Rani lalu dituangkan dalam goresan pena.

Liem Tjay

Saya membaptis Rani tanggal 24 Desember 2020 di Gereja Maria Imakulata Paroki Banyumas dalam masa PPKM dengan protokol kesehatan ketat.

Rani didampingi Wali Baptis. Ada satu adik perempuan yang ikut mengantar Rani untuk berjumpa dengan Tuhan Yesus dalam Sakramen Baptis.

Tidak ada orang lain yang memenuhi bangku gereja paroki. Sepi dan kosong.

Memang, saya menyadari orang yang mau dibaptis sebaiknya memiliki sikap “kosong” secara rohani. Itu berarti dirinya mau dijadikan “tempat” untuk kelahiran Sang Terang hidup baru.

Dengan Sakramen Baptis hidup ini dipenuhi dengan Roh Kudus.

Rani, apakah Anda dilahirkan di dalam keluarga Katolik?

Rani

Tidak. Saya malah berasal dari lingkungan keluarga Hindu. Saya selalu ingat akan peristiwa sedih di dalam kisah keluarga saya.

Ini dikisahkan dengan nada datar saja.

Orangtua saya bercerai. Saya tidak tahu mengapa bapak dan ibuku sampai bercerai. Saat itu, saya masih kecil dan tidak mengerti masalah internal keluarga.

Dalam keadaan seperti itu, kemudian saya tinggal bersama mbah puteri (nenek) dan budhe (tante). Kebetulan budhe (tante) seorang Muslimah, sedangkan mbah puteri memeluk agama Hindu.

Sejak kecil saya tinggal bersama mereka.

Saya tumbuh dan saya menjalani hidup dari waktu ke waktu, dengan pengalaman demi pengalaman, peristiwa demi peristiwa yang menyenangkan maupun yang membuat saya terluka.

Ada banyak kejadian dalam hidup saya yang sulit terungkap, baik yang masih saya ingat dan terlupakan, sehingga saya menjadi seperti ini sekarang.

Liem Tjay

Rani. Sakramen Baptis menjadikan identitas kita sebagai anak-anak terang. Manusia lama kita menjadi manusia baru karena baptisan.

Rani menyadari sangat sulit mengungkapkan pengalaman hidupnya yang pahit.

Ingat Rani, Roh Kudus yang diterima dalam baptisan membuka Rani untuk melihat dan menerima Karya Tuhan yang menuntun Rani sampai pada hidup yang terang.

Rani pernah dibesarkan oleh tante dan nenek. Namun, sebenarnya Rani ikut siapa dalam hidup beragama?

Rani

Ternyata identitas keagamaan saya pernah diubah. Dikatakan sambil menundukkan kepala.

Jujur saja, saya tidak tahu mengapa diubah. Saya tidak pernah dimintai persetujuan atas perubahan identitas ini.

Walau identitas telah diubah, namun saya tidak pernah menjalani atau pun mendalami hidup sebagaimana lazimnya. Itu kuakui dengan sadar dan sejujurnya.

Selama di SD dan SMP, saya tetap menjalankan dan mendalami agama warisan nenek. Awal mulanya saya merasa sangat berat, menjalani praktik beragama Hindu tapi dengan identitas berbeda.

Liem Tjay

Rani, bagaimana Rani sampai akhirnya mengenal ajaran Yesus dan akhirnya minta ingin dibaptis dan masuk menjadi anggota Gereja Katolik?

Rani

Seiring berjalannya waktu, saya makin dewasa. Namun, hidup saya mulai terganggu dan tidak nyaman. Ada konflik batin. Sejenak diam, sambil menghela nafas dalam-dalam.

Kebetulan, saat itu saya memasuki sekolah SMK Yos Sudarso Sokaraja. Saya menemukan dunia baru, berjumpa dan bergaul dengan teman-teman yang beraneka ragam latar belakang dan agama.

Satu hal yang mengesan bagi saya adalah walaupun beda, tapi tetap ada kasih, peduli, dan menerima satu sama lain sebagai saudara antar teman sekolah.

Kebetulan di SMK Yos Sudarso para siswa sebagian besar beragama Katolik.

Makin lama saya dapat mengambil banyak hal dalam kehidupan untuk dipelajari. Mulai saat itu tumbuh rasa ingin tahu lebih dalam tentang agama Katolik.

Dengan suasana lingkungan sekolah yang penuh cinta dan kehangatan, baik itu di antara siswa maupun guru-guru, saya tertarik dan terpanggil untuk menjadi bagian dari hidup orang Katolik.

Liem Tjay

Rani, apa yang menarik bagimua dari agama Katolik?

Rani

Kedamaian. Saya mendapatkan kedamaian hati di lingkungan sekolah Katolik. Saya belum berani menyatakan keinginan untuk menjadi seorang pengikut Yesus dan dibaptis di dalam Gereja Katolik.

Saya masih memendam keinginan ini, dengan keyakinan suatu saat pasti tercapai sesuai dengan jalan yang sudah ditentukan oleh Tuhan.

Liem Tjay

Yohanes Pembaptis menyerukan: ”Bertobatlah, mintalah dibaptis karena Kerajaan Allah sudah dekat.”

Syarat dibaptis adalah bertobat: menyadari sebagai orang berdosa dan berubah hidupnya, agar masuk Kerajaan Allah.

Sederhana sekali.

Lalu banyak orang datang bertobat dan dibaptis. Sekarang menjadi Katolik dengan dibaptis itu sulit dan susah prosedurnya.

Benarkah? Bagaimana dengan Rani?

Rani tidak otomatis dibaptis. Rani disiapkan sebagai calon baptis (katekumen), belajar pelajaran agama Katolik lebih dulu.

Rani

Benar Romo. Setelah lulus SMK, saya baru berani memutuskan ingin bergabung masuk Gereja Katolik. Saya merasa lega dan bersyukur.

Ketika saya minta izin dari “orangtua”, ternyata mereka juga mendukung saya.

Ada keluarga Katolik, namanya Bapak Aleks yang telah membantu, membimbing saya untuk mengenal tata cara ibadah, misa, dan berkegiatan di lingkungan Gereja Katolik.

Saya mendapat pelajaran agama Katolik dari dua guru agama di Paroki Banyumas yaitu Ibu Yustin dan Bapak Basuki.

Memang saya disiapkan cukup lama.

Selain itu, saya belajar sendiri di rumah membaca Kitab Suci, berdoa pribadi.

Ternyata tidak semudah yang saya bayangkan, saya jalani pelajaran demi pelajaran di pastoran, biarpun hujan, saya tetap datang.

Akhirnya hari yang kutunggu-tunggu di hari terakhir Masa Adven dalam kalender liturgi Katolik, saya dibaptis.

Ilustrasi: Upacara “Mempamit” (Dream becomes reality.wordpress.com)

Upacara “mepamit” di Bali

Liem Tjay ingat akan cerita dari Made Widane, teman lama yang tinggal di Bali. Bapak Made memiliki calon menantu perempuan beragama Hindu.

Puteranya yang Katolik akan menikah dengan wanita dari agama Hindu. Setelah melewati proses adat dan dengan persetujuan dari orangtua dan keluarga dekatnya, lalu diadakan upacara mepamit, berpamitan atau perpisahan di pura keluarga pihak calon menantu wanita, untuk bisa pindah ke agama calon suami (Katolik).

Upacara mepamit adalah upacara yang dilakukan oleh pengantin wanita untuk meminta izin (pamit) kepada leluhurnya. Pengantin wanita telah menikah dan menjadi milik serta tanggungjawab keluarga suaminya.

Ia akan menjadi anggota baru buat keluarga lelakinya.

Liem Tjay

Dibaptis berarti menanggalkan baju lama, kehidupan lama, ganti baju baru, mengenakan pakaian Kristus, kehidupan baru, hidup dengan semangat dan sesuai dengan ajaran Yesus Kristus.

Apa yang dialami oleh Rani ketika menerima Sakramen Baptis?

Rani

Hal yang membuat saya sangat bahagia dengan penantian begitu lama. Masa Adven akhirnya tiba. Pada tanggal 24 Desember pagi saya dibaptis oleh Romo Nico Setiawan OMI.

Saya bersyukur dan penuh sukacita. Saya mengalami kedamaian dan kesejukan rohani ketika air baptis mengena dan membasahi kepala saya. Hati saya berbinar melihat dan memandang secercah terang yang memberikan langkah yang pasti ke mana hidupku.

Ikut Tuhan Yesus. Itulah jawaban yang kutemukan.

Ilustrasi: Berdoa di sebuah pura. (Ist)

Sungguh pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan dalam hidup saya. Dikatakan dengan nada mantap dan tegas.

Kini, saya hidup baru dengan mengenakan pakaian Kristus, menjadi anggota Gereja Katolik.

Oh, ya Romo, saya memilih Santa Natalie sebagai santa pelindung saya.

Liem Tjay

Nama baptis itu punya arti bagi kita. Tahukah Rani makna Natalie itu?

Rani

Waduuh, maaf Romo, saya agak lupa kisah Santa Natalie.

Liem Tjay.

Berasal dari kata Latin: “Natale Domini” yang berarti “Hari Kelahiran Tuhan” atau “Hari Natal”.

Sangat tepat di hari Natal, Yesus lahir di hati Rani dengan Sakramen Baptis.

Santa Natalia dari Nikomedia.

Siapa Santa Natalie?

Santa Natalia adalah isteri dari Santo Adrianus, seorang perwira tentara romawi yang menjadi martir Kristus pada masa penganiayaan orang kristen oleh Kaisar Maximian (286-305).

Pada masa itu, tentara Romawi sering diperintahkan mengejar dan menangkapi semua orang Kristen. Tak sampai di situ saja, tidak jarang harta milik semua orang Kristen juga dirampas.

Saat itu Natalia sudah dibabtis, namun Adrianus masih seorang katekumen. Suatu ketika Adrianus harus memimpin anak buahnya melakukan penangkapan dan penganiayaan terhadap umat Kristen.

Walau masih seorang katekumen, namun dengan berani Adrianus menolak perintah tersebut.

Karena itu ia segera ditangkap dan digiring ke dalam penjara.

Santa Natalia menjenguk suaminya dan mengatur, supaya ia tetap mendapat pelajaran agama dan dibaptis dalam penjara.

Saat Adrianus dijatuhi hukuman mati, ia sudah tidak boleh lagi dikunjungi oleh isterinya.

Natalia tak kehabisan akal, ia menyamar sebagai seorang pemuda dan berhasil menemui suaminya. Natalia minta, agar bila nanti telah di surga Adrianus berdoa untuknya.

Natalia menyaksikan pelaksanaan hukuman mati suaminya, melihat bagaimana anggota tubuh suaminya dicincang. Dan, ia hampir tak dapat dibendung keinginannya untuk ikut terjun ke dalam bara api, ketika tubuh Adrianus dilempar ke tengah gulungan api bersama martir-martir lain.

Api kemudian padam, karena sekonyong-konyong turun hujan lebat. Orang Kristen mengumpulkan sisa jenazah dan menguburkannya dekat Argypolis, di Pantai Selat Bosphorus (Sekarang Turki).

Natalia menyimpan relikwi berupa sepotong tangan suaminya.

Dan sejak itu, ia memutuskan untuk hidup tidak jauh dari makam suaminya. Ketika Natalia tutup usia, ia dikuburkan di samping Adrianus, suaminya, dan di antara para martir Kristus

Inilah kesaksian dan kesetiaan Santa Natalie kepada Yesus dan suaminya yang masih katekumen, di lain sisi juga pengalaman hidup rohaninya.

Rani

Indah dan menakjubkan mendengarkan dan menghayati kisah Santa Natalie.

Terima kasih Romo.

Betul sekali Romo, saya bersyukur bisa memberikan kesaksian pengalaman dibaptis.

Inilah saya Natalie Rani yang baru dibaptis setahun yang lalu dalam masa pandemic corona.

Semoga saya mampu hidup seperti Santa Natalie.

Mengapa? Sebab Santa Natalie memberi kesaksian, setia mengikuti Yesus. Santa Natalie juga membawa suaminya kepada Yesus dengan dibaptis semoga saya menjadi orang Katolik yang setia mengikuti Yesus Kristus seperti Santa Natalie.

Liem Tjay

Hebat Rani. Begitulah perjalanan hidupmu dalam mengikuti gerakan Roh Kudus sampai pada peristiwa “dibaptis”

Catatan Liem Tjay tentang kisah baptisan Rani

  • Proses untuk menerima Sakramen Baptis itu adalah suatu pengalaman yang luar biasa, apalagi diterima saat sudah dewasa. Rani menyadari akan pilihan bebas untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan.
  • Ada rasul rasul awam yang rela dan paham akan tugas panggilannya untuk mengantar seseorang mengenal Kristus lewat pengajaran, pendampingan pribadi. Rasul awam tetap dibutuhkan dan sangat relevan di zaman digital.
  • Sekolah Katolik tetap berperan dan berfungsi sebagi agen pendidikan agama Katolik dan pewartaan Injil. Inilah ciri khas dan identitas Sekolah Katolik.

Rani pernah memberikan kesaksian pengalaman dibaptis pada Misa Live Streaming Paroki Banyumas, tanggal 10 Januari  2021.

Liem Tjay masih menyimpan tanggapan dari seorang Ibu lewat WA.

Begini ungkapan ibu itu:

“Terim kasih banyak untuk homili dan teladan iman melalui Rani, airmata saya mengalir dan sujud syukur atas semua kebaikan dan kemurahan Tuhan buat kami sekeluarga, bersyukur atas Sakramen Baptis yg sudah saya terima, juga untuk anak-anak.

Semoga saya sebagai ibu juga dimampukan Tuhan untuk mewariskan teladan iman yg baik utk anak-anak saya dan membuka pertobatan untuk suami saya.

Terim kasih banyak Romo, salam sehat dan baik selalu buat Romo dan Rani.”

“Kita telah menerima Sakramen Baptis, masuk dalam pelukan Gereja, serta menerima kehormatan disebut sebagai umat Kristiani. Tetapi, apa gunanya semua itu jika kita hanya Kristen dalam nama dan tidak dalam kenyataan?” – St. Andreas Kim Tae Gon.

Tepian Sungai Serayu

Pesta Pembaptisan Tuhan, 9 Januari 2022

Nico Setiawan Belawing OMI

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version