PERTEMUAN Orang Muda Katolik (OMK) Asia Tahun 2017 diselenggarakan di Indonesia yang berpusat di wilayah Kevikepan Yogyakarta Keuskupan Agung Semarang (KAS). Secara umumbertujuan untuk memberikan kesempatan kepada OMK untuk memperbaharui dan memperdalam iman mereka sebagai murid Kristus dengan menjadi saksi cinta Tuhan bagi sesama dalam konteks Asia yang majemuk.
Secara khusus bertujuan untuk:
- Memperkenalkan dan berbagi kesaksian iman Gereja Katolik di Indonesia dalam konteks keragaman sosial-budaya-agama dan merawat bumi dan seluruh ciptaan.
- Mengeksplorasi, merenungkan dan berbagi pengalaman iman sebagai Gereja Katolik yang hidup sebagai komunitas dengan budaya di Asia yang majemuk.
- Mendorong keterlibatan OMK di seluruh Indonesia pada khususnya dan Asia pada umumnya dalam mengemban misi evangelisasi Gereja sehingga mereka dapat berbagi nilai-nilai Kerajaan Allah sebagai saksi sukacita Injil dalam dialog multikultural dan bekerja untuk keadilan sosial dan perdamaian.
Asian Youth Day (AYD) ke-7 dimulai tanggal 30 Juli di 11 keuskupan dan berakhir 6 Agustus 2017 di Yogyakarta dengan tema “Joyful Asian Youth! Living the Gospel in Multicultural Asia.”
Keuskupan Agung Makassar (KAMS) bersama dengan sepuluh (10) Keuskupan di wilayah Indonesia, yaitu: KA Jakarta, KA Semarang, KA Palembang, KA Pontianak, Bandung, Bogor, Purwokerto, Malang, Surabaya, Denpasar telah mendapat tugas untuk menerima peserta dalam bentuk kegiatan Days in Dioceses (DID) atau live in bersama umat (orangtua angkat dan anggota keluarga) dengan harapan persyaratan, yaitu: keluarga yang memiliki keberagaman suku, agama, ras, adat, dan budaya pada tanggal 30 Juli hingga 2 Agustus 2017.
Tujuan DID (Days in Diocese) adalah untuk belajar dan mengenal keberagaman budaya setempat. Peserta yang datang ber-live in berasal dari Delegasi Korea Selatan (Korsel) 56 peserta termasuk Kardinal Andrew Yeom Soo-Jung dan Sekretaris Fr. Peter An Won-jin dari Keuskupan Agung Seoul, Brunei Darussalam 12 peserta termasuk Mgr. Cornelius Sim, KA. Merauke 13 peserta, K. Manado 25 peserta, K. Amboina 14 peserta, K. Manokwari-Sorong 31 peserta, K. Agats 9 peserta dan KA Makassar (sebagai tuan rumah) 30 peserta yang semua terdistribusi pada sepuluh (10) paroki di Kevikepan Makassar, yaitu Paroki Katedral, Andalas, Gotong-gotong, Mamajang, Mariso, Asisi, Tello, Kare, Sudiang, dan Sungguminasa.
Menurut pedoman pelaksanaan AYD 2017, bentuk kegiatan live in di dalam kehidupan keluarga meliputi:
- Penyambutan kedatangan delegasi.
- Sambutan selamat datang dan perkenalan budaya kepada peserta.
- Perayaan ekaristi bersama di setiap paroki.
- Orientasi keuskupan atau paroki.
- Pengenalan anggota keluarga dan tetangga yang berbeda agama, suku, budaya, ras, golongan.
- Misa atau doa pagi.
- Pengenalan karya misi gereja (sekolah, rumah sakit, panti asuhan, atau panti jompo).
- Hari bersama keluarga.
- Refleksi kegiatan.
- Eksposure multikultur (mengunjungi pesantren, wihara, pura, tempat-tempat sejarah), (11) bakti sosial (menanam pohon bersama, kerja baktimembersihkan lingkungan, membuat sumur resapan).
- Pentas seni dan budaya.
- Perpisahan dan refleksi.
- Misa perutusan.
- Keberangkatan menuju kota Yogyakarta untuk bertemu denganpeserta dari 10 keuskupan lain.
Di akhir setiap kegiatan dalam sehari, peserta diwajibkan menuliskan refleksi dengan tema:
- Being Open to Me, Myself, and I.
- In the Name of Love.
- My Happiness in the Multiculture.
- Ad Maiorem Dei Gloriam.
Peserta DID mengikuti kegiatan eksposur internal gereja pada Senin, 31 Juli 2017 yang dimulai dari Aula KAMS berupa penjelasan oleh RD. Carolus Patampang, Kunjungan ke Seminari Menengah Petrus Claver (SPC) bersama Rektor Seminari RD. Philipus Kala’ Patiallo, kunjungan ke rumah sakit Stella Maris dan Bumi Sekolah Rajawali.
Kegiatan eksposur eksternal gereja terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:
- Paroki Assisi, Mariso dan Sumigo mengunjungi Universitas Islam Negeri (UIN) dan Balla Lompoa.
- Paroki Kare, Tello, dan Sudiang mengunjungi Universitas Islam Makassar (UIM), Pura Giri Artha.
- Paroki Katedral, Andalas, Gotong-gotong, dan Mamajang mengunjungi Masjid Al-Markaz Al-Islami, Klenteng Xiang Ma.
Sebelum pergi ke Yogyakarta, peserta mengikuti misa perutusan yang dilaksanakan di Paroki Santo Fransiskus Assisi dengan selebran utama Mgr. John Liku-Ada’ dan konselebran Mgr. Yeom dan Mgr. Sim, bersama dengan delapan imam komkep dari setiap delegasi.
Misa diikuti oleh seluruh peserta DID, orangtua angkat, perwakilan OMK Paroki yang berasal dari 5 kevikepan di KAMS. Renungan dalam misa perutusan berasal dari Injil Matius 13: 36 – 43.
Dalam kotbah misa, Mgr. John Liku-Ada’ menceritakan awal mula perkembangan agama Katolik di Asia yang merupakan agama tamu. Kaum muda diutus untuk mewartakan kabar sukacita Injil dalam keberagaman budaya di Asia sehingga dapat diterima oleh masyarakat untuk secara bersama membangun kehidupan yang lebih baik.
Sebelum pelaksanaan DID-AYD, panitia yang dibentuk oleh Komisi Kepemudaan (KomKep) RD. Bernard Cakra Arung Raya telah mempersipkan acara melalui rapat dan pelatihan bagi para volunteer dan panitia lokal paroki yang bertujuan memberikan pembekalan berupa pemahaman dan pengetahuan mengenai tugas sebagai host, guide, dan fasilitator. Pelatihan bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata Republik Indonesia yang dilaksanakan di Hotel Gammara Metro Tanjung Bunga pada Kamis, 13 Juli 2017.
AYD telah dilaksanakan sebanyak 6 kali sebelumnya, yaitu Hua Hin Thailand (1999), Taipei Taiwan (2001), Bangalore India (2003), Hong Kong China (2006), Imus Philipina (2009), dan Daejeon Korea Selatan (2014).
Gereja Katolik di Asia hadir di tengah masyarakat yang memiliki tingkat keanekaragaman budaya, agama atau masyarakat multikultur. Indonesia sejatinya dikandung dan dilahirkan dari rahim multikultur yang merupakan akibat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Berpangkal dari kekayaan keberagaman tersebut, para Uskup Asia membulatkan komitmen untuk menyatukan diri dengan perjuangan bangsa Asia sebagai orang Asia.
Diawali dengan sidang paripurna FABC I (1974) yang mengambil tema Evangelization in Modern Day Asia, para Uskup di Asia merumuskan keprihatinan utama yaitu berevangelisasi bagi Gereja Asia yang berarti berpusat pada pembangunan Gereja setempat yang berdialog dengan keberagaman budaya, agama dan kemiskinan. Dialog ini akhirnya bermuara pada usaha menghadirkan Kerajaan Allah.
Konsili Vatikan II juga mendorong agar Injil Yesus Kristus diwartakan kepada segala bangsa melalui bentuk dan pendekatan kebudayaan setempat. Dalam hal ini, proses inkulturasi bukan berarti menggunakan kebudayaan sebagai alat untuk membungkus pesan Injil, tetapi dengan perjumpaan itulah, Gereja semakin terbuka memahami Injil dan menampilkannya secara baru. Di sinilah Gereja, juga Orang Muda Katolik tidak hanya menggunakan budaya sebagai alat pewartaannya, tetapi sekaligus juga mengembangkan kebudayaan itu. Mengingat, manusia hanya dapat menuju kepenuhan kemausiaannya yang sejati melalui budaya. Gereja juga merangkul dalam suasana dialog semua agama dan kepercayaan.
Gereja tidak lagi memasang garis pemisah antara umat beragama Katolik dan umat beragama lain. Akan tetapi pemisahnya (apabila ada) antara mereka yang pro Kerajaan Allah dan anti Kerajaan Allah. Gereja membuka kerjasama dengan umat beragama lain untuk menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah ke dalam masyarakat. Dengan demikian, umat beragama, juga orang muda Katolik diharapkan selalu pro Kerajaan Allah. Akan tetapi secara faktual, mereka yang mengaku beragama tidak jarang justru anti Kerajaan Allah.
Oleh karena itu, rasanya tidak cukuplah orang hanya beragama tetapi harus beriman.
Bukan to have religion tetapi being religious. Manusia agamawan harus sampai menjadi manusia yang religius, beriman, bertaqwa, berpengharapan, bercinta kasih, saling menolong, saling solider, salingmenjaga perdamaian di tengah dialektika konflik, saling melengkapi dan saling mengajak ke situasi dunia yang lebih baik, lebih akrab dan lebih menjaga kelestarian alam maupun umat manusia, lebih memanusiakan manusia. Itulah Kerajaan Allah.
Berpangkal dari Kisah Para Rasul 2: 1-11, kemajemukan dapat menumbuhkan rasa semangat untuk komunikasi-communio. Kemajemukan tersebut dapat berkomunikasi satu sama lain untuk perubahan menjadi yang lebih baik dan berujung pada communion. Bersatu tetapi tidak seragam.
Yang membuat seragam – teratur – harmoni adalah adanya komunikasi dan dialog dengan tetap menjaga keaslian tetap terjaga dan dapat bersatu dengan menjaga kearifan lokal yang merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari
bahasa masyarakat itu sendiri. Orang Muda hadir dalam keberagaman (suku, agama, ras, golongan dll). Orang Muda tinggal dalam keberagaman atau kemajemukan. Dalam bimbingan dan terang Roh Kudus menjalani perjalanan iman sampai pada kesadaran sebagai satu ciptaan. Kabar gembira dihadirkan dengan semangat baru dengan memenuhi kebutuhan manusia dilakukan secara partisipatif, dialogal, dan transformatif, serta mengantar orang untuk berjumpa dengan Allah dalam kehidupan sehari-hari, yang membuatnya menjadi baru.
Melalui Sekretaris Cardinal Pietro Parolin, Bapa Suci Paus Fransiskus menyampaikan salam hangat dan doanya kepada semua umat yang berkumpul di Yogyakarta dalam rangka AYD serta berdoa semoga bagi seluruh kaum muda dari segala penjuru Asia mendengarkan panggilan Tuhan dengan saksama dan menanggapi panggilan masing-masing dengan iman dan keteguhan hati. Dalam rangka mempersiapkan Hari Orang Muda Sedunia yang akan datang, Bapa Suci mengundang orang muda Katolik supaya mengikuti teladan Bunda Perawan Maria sebagai pewarta, berbicara kepadanya seperti layaknya berbicara kepada seorang ibu, dan selalu percaya terhadap perantaraannya.
Dengan demikian, orang muda mengikuti Yesus dengan lebih dekat seperti halnya wanita muda dari Nazaret, sekaligus orang muda juga, yaitu: “memperbarui dunia dan meninggalkan jejak dalam sejarah” (Pesan kepada Kaum Muda, 21 Maret 2017). Dengan menyerahkan orang muda dan keluarga mereka kepada Bunda Maria, Paus dengan senang hati memberikan berkat apostoliknya sebagai tanda perdamaian dan kegembiraan dalam Tuhan.
Dalam surat sapaan Mgr. Pius Riana Prapdi (Ketua KomKep KWI) kepada OMK, yaitu: Gereja Katolik Asia memandang OMK sebagai penerima sekaligus pembawa kabar gembira Injil. OMK dalam aktivitasnya setiap hari tiada henti menciptakan kisah-kisah orisinal bagaimana Injil dihayati dengan penuh sukacita. Melalui kisah-kisah itu aneka kebaruan dilahirkan dan hidup bersama menjadi lebih berpengharapan, seperti kisah generasi 1928 yang memecah kebekuan bangsa yang sedang dijajah dan menawarkan alternatif pergerakan nasional.
Tema AYD ke-7 mengingatkan kita mengenai cara bertindak murid-murid Yesus yang mengalami peristiwa Pentakosta, saat turunnya Roh Kudus dengan menunjukkan arah pembangunan “Gereja yang hidup” dengan OMK sebagai rasul-rasul terdepan yang tidak pernah kehabisan akal di tengah situasi dunia yang terus berubah.
Gereja merupakan paguyuban umat beriman yang kesaksian hidupnya secara internal bermakna dan secara eksternal relevan dengan kondisi masyarakat luas. OMK adalah bagian dari pemuda-pemudi Indonesia yang dipanggil untuk menghadirkan jejak keterlibatan nyata di tengah suka dan duka masyarakat moderen dalam sukacita Injil, termasuk dalam mempersiapkan AYD ke-8 di India.
Semoga kegiatan ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan memberi manfaat.